"keluar. sekarang" perintah Dito penuh penekanan.
Pandangan Daisy meredup, dengan gerakan pelan ia pun membuka pintu mobil, keluar tanpa berucap sepatah kata pun.
Sebelum Daisy kembali menutup pintu mobil, ia menyempatkan diri untuk melihat kondisi pipi Dito, namun, sorot matanya seketika ia putuskan saat melihat raut marah yang Dito tunjukan. Daisy pun memilih untuk pasrah, dan menutup pintu mobil dengan pelan.
Setelah pintu mobil Dito tertutup sempurna, Daisy langsung dikejutkan dengan suara klakson motor Aster yang saat ini mendekat ke arahnya, dari posisinya, Daisy bisa melihat dengan jelas bahwa saat ini Aster sedang menahan amarah.
Aster turun dari motornya dengan gerakan cepat, menghampiri Daisy dengan langkah panjangnya. Setelah sampai di hadapan Daisy, kedua tangan Aster dengan erat memegang kedua bahu Daisy, kedua matanya menyorot Daisy khawatir, ia berusaha memastikan keadaan Daisy.
Aster sangat khawatir dan marah saat melihat Dito tadi mengendarai mobilnya seperti orang yang tengah kesurupan, sampai-sampai motor Aster pun tak kuasa mengejarnya.
"lo gak papa?" tanya Aster khawatir, salah satu tangannya kini mendarat di pipi Daisy, mengusapnya lembut.
Daisy menggeleng, namun sangat jelas dari sorot matanya bahwa Daisy masih sedikit syok.
Dengan cepat Aster menoleh ke arah mobil Dito yang masih berada di samping mereka, Dito masih terpaku di dalam sana, tak juga menyalakan mobilnya. Menyadari hal itu, secara spontan napas Aster berderu, ia kini bersiap untuk mendekati Dito dan kembali memberikan pelajaran kepadanya.
Namun, pergerakan Aster terhenti saat kedua tangan Daisy menggenggam pergelangan tangannya, berusaha menahan pergerakan Aster.
Aster menghela napasnya kasar, lalu menoleh ke arah Daisy, menatapnya penuh tanya.
Daisy menggeleng pelan, ia jelas-jelas tau apa yang akan Aster lakukan, jika saja ia tak menahan pergerakannya, sesuatu yang tak diinginkan mungkin akan kembali terjadi.
"Sy, dua kali Sy, dua kali dia mau celakain lo. orang kayak gitu harus dikasih pelajaran" kesal Aster, ia kembali melangkah namun lagi-lagi ditahan oleh Daisy.
Daisy melirik ke arah mobil Dito, kesal karena Dito tak juga menyalakan mobilnya.
"Ster, udah Ster, gue gak mau lo kebawa emosi kayak tadi pagi" Daisy menghentikan perkataannya sesaat, sakit magnya yang sempat reda kini kembali terasa, membuatnya secara spontan meringis pelan.
"lo gak papa?" tanya Aster panik, ia kembali menghadapkan dirinya ke arah Daisy.
Daisy memejamkan matanya, tangannya semain kuat mencengkram pergelangan tangan Aster, berusaha menahan rasa sakit yang semakin hebat.
"Sy, jawab gue, lo--"
"gue pengen pulang" lirih Daisy pelan,
Dengan sangat terpaksa Aster menghela nafasnya, dengan berat hati mengikuti keinginan Daisy, menuntun Daisy mendekati motornya, dan membawanya pulang. Aster tak mau Daisy kenapa-napa.
Sepanjang perjalanan tak ada percakapan yang terjalin antara Aster dan Daisy, keduanya sama-sama sibuk dengan pikiran dan kondisi masing-masing, sesekali Aster tampk membenarkan letak spion motornya, berusaha memastikan keadaan Daisy di belakang sana, Aster bisa melihat dengan jelas bahwa Daisy tengah menyembunyikan rasa sakitnya.
Beberapa saat berlalu sampai akhirnya Aster dan Daisy sampai di komplek perumahan mereka, hanya tinggal berbelok satu kali di depan, dan mereka pun akan sampai.
"Daisyy!! Syy!! udah pulang??"
Seruan menggelegar terdengar saat motor Aster berbelok ke blok rumahnya, tentu saja Aster tau siapa orang yang barusan berseru heboh, dia adalah mamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Simpul [SELESAI]
Teen FictionHidup itu sederhana, layaknya membentangkan benang. Namun, kita lupa, diluar sana ribuan bahkan milyaran benang dibentangkan, hal itulah yang memperumit. Benang-benang saling bertemu dan membentuk simpul tak jelas, yang bahkan si pembentangnya pun t...