Ditengah keheningan dan rasa keterkejutan, sebuah seruan tiba-tiba terdengar dibelakang sana, itu adalah suara Aster, ia menyerukan nama orang yang saat ini tak ingin Daisy dengar, tidak sebagai pelaku dibalik kasus ayahnya.
"Bu Dewi?"
setelah nama itu terdengar, tubuh Daisy terasa semakin lemas, seluruh tenaga yang ia keluarkan tadi rasanya benar-benar hilang sekarang, darah ditubuh Daisy rasanya mengalir lebih cepat sekarang, diikuti rasa sesak di hatinya, rasa sakit karena telah dikhianati oleh orang yang ia percaya.
"ibu...?" lirih Daisy, ia berkata dengan suara bergetar, raut kecewa tergambar jelas disana.
Tiba-tiba Dito mendekat, meraih pergelangan Bu Dewi dengan kasar "mama ngapain disini?!" tanya Dito penuh emosi,
seluruh tubuh Dito bergetar, bukan karena ia menangis, lebih tepatnya saat ini Dito tengah menahan amarahnya, amarah yang tak bisa ia lampiaskan pada orang yang di tuju.
Dito yakin Daisy kecewa, tapi saat ini dirinya lebih meresa kecewa, ia sudah sering disakiti mamanya, tapi saat ini penghianatan mamanya lebih dari apapun, rasa sakitnya terasa berkali-kali lipat sekarang. Dito sudah terbiasa dibentak dan tak dipedulikan mamanya, tapi saat ini ia tak baik-baik saja karena penghianatan mamanya berhubungan dengan Daisy.
"kenapa ma?" tanya Dito frustasi, "mama boleh sakitin Dito, tapi engga orang lain ma, apalagi--"
Dito melirik Daisy yang masih mematung di tempatnya dengan wajah tak percaya, dengan lemah Daisy perlahan mundur, dan berlari begitu saja ke area sekolah.
Bukan hanya Daisy, saat ini Bu Dewi pun melepaskan dirinya dari genggaman Dito, ia berlari begitu saja tanpa mengucapkan sepatah kata pun, meninggalkan Dito yang saat ini merosot ke tanah dengan perasaan yang tak karuan.
Sementara itu, saat ini Aster pun ikut kebingungan, ia belum bisa mencerna dengan baik situasi saat ini. Ditengah kebingungannya, Aster perlahan mendekati Dito, berusaha menyamakan posisinya.
"lo gak papa?" tanya Aster khawatir,
Dito menoleh dengan wajah kesal "lo bego?"
Aster tersentak, terkejut mendapat jawaban yang diluar dugaan.
"harusnya lo kejar si Daisy, bukan nanya keadaan gue"
Aster dengan cepat bangkit, dirinya benar-benar tak karuan tadi dan sekarang baru sadar bahwa seharusnya ia mengejar Daisy.
tanpa berpamitan Aster melenggang pergi, berlari dengan sekuat tenaga, berusaha mengejar Daisy, meninggalkan Dito yang saat ini tampak mengepalkan kedua tangannya, ia berusaha meredam amarah kepada Mamanya.
Dilain sisi, saat ini Daisy berlari menuju koridor kelas sepuluh, mencari keberadaan Pak Rudi. Jika Pak Rudi tidak menyusulnya tadi, kemungkinan saat ini Pak Rudi menolong Raksa di koridor kelas sepuluh.
Dugaan Daisy benar, kedua bola matanya dengan cepat mendapati keberadaan Pak Rudi bersama Kanya yang tengah memastikan keadaan Raksa yang saat itu tampak babak belur, beberapa lebam terlihat jelas di wajahnya, walau begitu, Raksa masih tetap sadar dan hanya mengeluhkan luka-lukanya.
"Daisy, kamu baik-baik aja?" tanya Pak Rudi saat mendapati Daisy berjalan ke arahnya.
Daisy menghentikan langkahnya tepat dihadapan Pak Rudi, ia menyorot Pak Rudi dengan bola mata dan tubuh yang bergetar.
Daisy menarik napasnya dalam-dalam, berusaha menenangkan dirinya, bersiap untuk mengatakan sesuatu kepada Pak Rudi,
"Sy, lo gak papa kan?" tanya Kanya khawatir, disusuli tatapan penuh tanya oleh Raksa.

KAMU SEDANG MEMBACA
Simpul [SELESAI]
Fiksi RemajaHidup itu sederhana, layaknya membentangkan benang. Namun, kita lupa, diluar sana ribuan bahkan milyaran benang dibentangkan, hal itulah yang memperumit. Benang-benang saling bertemu dan membentuk simpul tak jelas, yang bahkan si pembentangnya pun t...