"serius lo gak bakal makan?" tanya Laila ragu, dari sorot matanya terlihat jelas bahwa saat ini ia menghawatirkan Daisy.
Daisy menelan ludahnya dengan wajah tak berselera "engga deh kayaknya, gak tau kenapa nafsu makan gue tiba-tiba ilang"
"gara-gara liat muka si Aster ya jadi lo enek”
Dengan cepat Daisy menggeleng “bukan”
sesaat, Laila tampak menghela nafasnya “badan lo udah kecil Sy. Mag lo kambuh tau rasa lo" lanjut Laila lagi, sudah jengah dengan alasan klasik yang di lontarkan Daisy, sudah tau penyakitan, masih aja ngeyel.
"ya mau gimana lagi, dari pada gue muntahin lagi kan" ucap Daisy memberikan pembelaan.
Laila tampak memutar bola matanya "serah lo deh" ucapnya pasrah, dengan ganas ia menyuapkan satu sendok penuh nasi gorengnya, mengunyahnya dengan gigitan yang terlihat mengerikan.
Dengan tempo pelan kedua kepala Daisy menggeleng tak wajar, sudah tak aneh dangan kelakuan luar biasa yang di tunjukkan Laila.
Bersamaan dengan itu, dentingan khas yang berasal dari ponsel Daisy terdengar, suaranya sangat pelan karna memang ponsel itu Daisy simpan di dalam ranselnya.
Dengan sigap perlahan Daisy memutar tubuhnya, meraih tas ransel yang ia gantungkan pada sandaran kursi, lalu meronggoh ponselnya.
Setelah tangannya menemukan keberadaan ponsel, dengan satu hentakkan Daisy kembali memutar tubuhnya keposisi semula. Pergerakan Daisy tak berjalan sempurna, tubuhnya seketika mematung kala rasa sakit di bagian punggungnya kembali terasa, seolah ada aliran listrik bertegangan tinggi yang menyetrumnya. Tentu saja hal itu membuat Daisy meringis pelan, salah satu tangannya secara refleks langsung memegangi punggung.
merasa ada yang aneh dengan keadaan Daisy, perlahan Laila memelankan kunyahannya, dengan gerakan cepat ia mengalihkan pandangannya, terheran-heran mendapati Daisy yang tampak kesakitan,
"kenapa lo?" tanya Laila bingung dengan mulut yang penuh dengan makanan.
Tak ada jawaban dari Daisy, saat ini ia masih fokus mengusap-usap punggungnya pelan sambil mengatur nafasnya, dan hal itu cukup berhasil, terbukti dengan rasa sakit di punggungnya yang mulai mereda.
"punggung lo sakit lagi?" tanya Laila khawatir, kali ini dengan suara yang lebih jelas.
"dikit" jawab Daisy diikuti cengiran salah tingkahnya.
Walaupun sebenarnya rasa sakit di punggungnya terasa begitu hebat, tapi Daisy berusaha menutupi itu, ia tak mau Laila khawatir, lagi pula rasa sakitnya mulai mereda.
"mau ke UKS?" tanya Laila lagi.
Daisy menggeleng cepat "gak usah, gue gak papa" tolak Daisy sungguh-sungguh, sedikit panik karna takut Laila memaksanya "tadi gue gak hati-hati aja pas mau ngambil hp, sekarang udah gak sakit kok"
Laila mengamati Daisy dengan seksama, seolah meragukan perkataannya barusan "serius lo?" tanya nya tak yakin.
Dengan cepat Daisy mengangguk mantap "iya, serius" jawab Daisy sungguh-sungguh.
kini Laila tampak menyipitkan matanya, berusaha untuk memastikan perkataan Daisy barusan. Namun, usaha nya nihil, apalah daya dirinya yang diciptakan sebagai seorang wanita dengan tingkat kepekaan yang minim, karena itu Laila memilih untuk menyerah saja.
"yaudah, kalo sakit bilang" ucap Laila, terdengar seperti peringatan.
Dengan patuh Daisy menganggukkan kepalanya, sedikit lega karena Laila tak memperpanjang semuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Simpul [SELESAI]
Teen FictionHidup itu sederhana, layaknya membentangkan benang. Namun, kita lupa, diluar sana ribuan bahkan milyaran benang dibentangkan, hal itulah yang memperumit. Benang-benang saling bertemu dan membentuk simpul tak jelas, yang bahkan si pembentangnya pun t...