21- Banyak Bicara

25 2 0
                                    

Daisy menghela nafas lega kala kedua kakinya berpijak di lantai rooftop belakang sekolah. ya, setelah menerima pesan singkat dari Aster tadi, Daisy memang langsung menyetujui pertemuan itu, dirinya sudah dibuat penasaran tentang rahasia dibalik kejadian beberapa hari lalu yang menimpa dirinya, tentang mengapa dirinya sampai diserang secara tiba-tiba, Daisy harus mengetahui alasannya.

perlahan Daisy mengangkat tangan kirinya, mengamati jam tangan berwarna abu-abu yang kini menunjukkan pukul sebelas kurang dua menit, Daisy memang sengaja datang ke rooftop lebih awal, ia bukan tipe orang yang suka ditunggu, Daisy adalah salah satu orang yang memiliki moto lebih baik menunggu daripada ditunggu, ya begitulah.

Dengan langkah ringan Daisy mulai berjalan menuju ke tengah rooftop, kedua matanya terus mengamati sekitar, berusaha mencari keberadaan Aster. Sejauh mata Daisy memandang, kedua matanya sama sekali tak menemukan kehadiran seseorang disini, mendapati hal itu, tanpa sadar Daisy kembali menghela nafasnya lega, ia berhasil datang sebelum Aster.

Kali ini langkah Daisy terhenti di ujung rooftop, ia menumpukan kedua tangannya pada pinggiran rooftop, kedua matanya dengan antusias mengamati pemandangan sekitar. Bagi Daisy, rooftop belakang sekolah memang sudah menjadi tempat pavoritnya sejak dulu, ia sering di ajak oleh Ayahnya atau Bu Dewi untuk sekedar menikmati pemandangan di atas sini. Dan ini merupakan kali pertama bagi Daisy datang lagi ke sini setelah ia naik ke kelas sebelas.

Perlahan Daisy memejamkan matanya, menikmati terpaan angin yang membelai lembut pipinya, sesekali menerbangkan anak rambut yang keluar dari kepangan.

Di lain sisi, di ambang pintu menuju rooftop Aster berdiri, kedua matanya mengamati punggung gadis berkepang rumit yang kini tengah berdiri di ujung rooftop. Aster tau wanita itu adalah Daisy, tapi ia memilih untuk tetap terdiam di posisinya, tak mendekat sedikit pun, ntah kenapa hati nya terasa damai  saat melihat pemandangan di depannya, seolah untaian rambut Daisy yang berlatarkan langit biru adalah perpaduan yang pas.

Aster terdiam pasa posisinya dalan waktu yang cukup lama sebelum akhirnya iya tersadar bahwa ia harus segera menyapa Daisy, mengajaknya bergabung ke dalam 'kelompok tersirat', ia tak boleh menyia-nyiakan kesempatan yang dipunya.

perlahan Aster beranjak dari posisinya, bergerak menghampiri Daisy dengan langkah pelan, berharap agar suara langkah kakinya tak mengganggu Daisy. Untuk beberapa langkah mungkin usaha Aster memang berhasil, langkah kaki nya sama sekali tak mengusik Daisy. Namun, itu tak berlangsung lama, tepat saat Aster hanya berjarak dua langkah dari Daisy, dengan tiba-tiba Daisy membalikkan tubuhnya, menunjukkan wajah terkejut untuk beberapa saat sebelum akhirnya ia menghembuskan nafas lega ketika mendapati keberadaan Aster.

Aster merespon tatapan Daisy dengan senyuman kaku, jujur saja, hanya itu yang bisa ia lakukan, saat ini otaknya tiba-tiba saja kosong, tak ada satu kalimat pun yang terlintas di benaknya, ntah kenapa dirinya tiba-tiba saja menjadi gugup seperti ini.

Tentu saja senyuman Aster pun kembali dibalas senyuman tipis oleh Daisy, senyuman yang di tunjukkan Daisy pun sama canggung nya. Ya, terlihat lucu memang, mereka sudah lama saling mengenal tapi masih saja merasa canggung saat bertemu, sama canggungnya ketika bertemu dengan orang baru.

“sorry telat” tutur Aster dengan nada kaku.

Setelah beberapa saat berlalu akhirnya ada sebuah kalimat yang pas melintas di kepala Aster. walaupun kalimat yang ia ucapkan barusan terdengar seperti basa-basi biasa tapi bagi Aster itu adalah sebuah pencapaian yang luar biasa, jarang sekali dirinya menyuarakan basa-basi seperti itu.

Daisy tampak merespon ucapan Aster dengan menggelengkan kepalanya pelan,

“engga kok, gue emang sengaja dateng lebih awal” sanggah Daisy apa adanya.

Simpul [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang