49-Alasan

3 1 0
                                    

Raksa menatap pintu ruang rawat inap Dito dengan malas, ini sudah kesekian kalinya ia menemani Dito dirumah sakit, dan itu jauh dari kata menyenangkan.

Helaan nafas yang cukup kasar itu terdengar, dengan terpaksa Raksa menyentuh kenop pintu lalu membukanya dalam satu kali hentakkan. Pandangan Raksa langsung tertuju ke tengah ruangan, tempat Dito berada.

Awalnya Dito terduduk diatas ranjangnya, menatap kearah daun pintu dengan raut penuh harap, namun saat tau bahwa orang yang saat ini menjenguknya adalah Raksa, Dito dengan malas langsung menghela nafasnya lalu bergelung dibalik selimut, menutupi seluruh bagian tubuh termasuk kepalanya. Dito kecewa, ia kira Daisy akan kembali menemuinya, ternyata tidak.

Raksa semakin dibuat jengah saat mendapati respon Dito yang seolah tak mengharapkan kehadirannya, padahal dia sudah berbaik hati datang kesini.

Dengan malas Raksa kembali menutup pintu dibelakangnya, lalu berjalan dengan langkah gontai kearah Dito.

"kenapa lagi sih lo. Bosen gue nemenin lo di rumah sakit kaya gini" keluh Raksa,

Tak ada respon dari Dito, ia sama sekali tak menyahut ucapan Raksa.

"Dito... Dito... bulan lalu jatuh dari tangga, dua minggu yang lalu nusuk tangan sendiri, sekarang kecelakaan. bosen hidup lo? kalo mau mati, berdiri di rel kereta, dijamin langsung koit lo"

"saran yang bagus. minggu depan gue coba" sahut Dito dengan suara santainya.

Raksa tampak membelakakkan matanya, "bukan gitu maksud gue. Ah lo mah"

Dengan wajah frustasi Raksa mulai terduduk pada kursi disebelah ranjang Dito, ia bingung harus menasehati Dito dengan cara seperti apa.

"Dit, udahlah. Lo gak cape apa nyakitin diri sendiri? apapun masalah yang lo punya pasti ada jalan keluarnya. Bahkan masalah lo dimasa lalu juga pasti ada jalan keluarnya kalo elo mau damai sama diri lo sendiri. Gue tau itu susah, tapi ya apa salahnya dicoba, lo bisa mulai dengan konsul ke psikiater, terapi. Tapi bukan cuma itu aja, lo juga harus lebih mendekatkan diri kepada yang maha kuasa, banyakin istigfar dan tobat"

"berisik"

Raksa mengatupkan mulutnya, merasa terhina karena kata-kata mutiara yang ia lontarkan tadi ditepis begitu saja oleh Dito.

Dengan penuh kesabaran Raksa kembali menghela nafasnya, ia harus bisa menghadapi sikap menyebalkan Dito.

"lo kenapa si? kok bisa kecelakaan?"
Kini Raksa mulai mengalihkan pembicaraan, berharap perkataannya yang ini bisa diterima oleh Dito.

"lo kenapa dateng kesini sih Sa? buat sekarang lo bukan orang yang gue harepin buat ngejenguk" ucap Dito dibalik selimutnya.

Raksa semakin kehilangan kesabaran, nafasnya terdengar memburu sekarang, kesal dengan sikap tak tau malu Dito.

"lo pikir gue mau ngejenguk lo?" suara Raksa terdengar semakin meninggi.

"bukan soal mau gak mau, tapi ada orang yang lebih gue harapkan sekarang" koreksi Dito, ia masih berkata dibalik selimutnya, tak bergerak sedikit pun.

"siapa?" tanya Raksa dengan suara yang lebih tenang "malaikat maut?"

"Daisy"

Raksa mengernyit, berusaha meyakinkan dirinya sendiri bahwa Dito barusaja salah sebut nama orang, bagaimana bisa Dito yang selalu terlihat tak menyukai Daisy kini malah mengharapkan kehadirannya.

Raksa mengamati pergerakan Dito yang mulai bangkit dari posisinya dalam diam, Dito menurunkan selimutnya sampai ke kaki, tubuhnya ia dudukkan dengan punggung yang menyender pada bantal.

Simpul [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang