"kenapa pada diem? kalian mau orang-orang curiga sama kita? cepet masuk!" Dito kembali melanjutkan ucapannya,
Daisy dan Aster masih terdiam di posisi mereka masing-masing, tak bergerak sedikit pun, keduanya menunjukkan respon yang jauh berbeda. Aster menunjukkan wajah datar tanpa ekspresinya sedangkan Daisy kini tengah mengamati sekitar, memperhatikan setiap lorong di lantai dua yang sebenarnya terlihat sepi, wajar saja, di lantai dua hanya ada beberapa lab semua jurusan dan perpustakaan saja, jadi sangat jarang anak-anak Panutan datang ke atas sini.
decakan kesal dari mulut Dito kini terdengar, lalu tanpa aba-aba ia masuk kedalam ruang Lab Fisika tanpa menoleh sedikit pun ke arah Aster dan Daisy.
setelah Dito masuk ke dalam sana secara spontan Aster dan Daisy saling pandang, saling menyorot satu sama lain tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Detik berikutnya kontak mata itu terpaksa terhenti, Aster yang lebih dulu memutuskannya lalu beranjak dari hadapan Daisy, mengikuti Dito masuk ke dalam ruang Lab Fisika. Detik berikutnya Daisy langsung ikut bergerak, mengejar langlah Aster, membuntutinya.
Daisy duduk pada bangku yang berada tepat di samping Aster, saat ini mereka duduk tepat di hadapan Dito. Sekedar info saja, bangku-bangku di Lab Fisika memang disusun saling berhadapan dan di pisahkan oleh meja dari bata dengan bentuk memanjang yang memang di gunakan untuk melakukan praktek dan diskusi.
ruangan terasa sepi dalam waktu yang cukup panjang, tak ada satu pun orang yang berniat membuka topik pembicaraan, mereka kini sibuk dengan kegiatan masing-masing.
merasa canggung dengan situasi yang tercipta, perlahan Daisy mendongakkan kepalanya, dengan hati-hati ia melirik Aster di sampingnya yang saat ini tengah sibuk dengan ponsel mahal ditangannya.
Detik berikutnya Daisy melirik Dito yang ada di hadapannya, dengan hati-hati memperhatikan gerak-gerik Dito yang saat ini tengah sibuk dengan buku catatan mini yang ada di tangannya, ia terlihat tengah menuliskan sesuatu yang tak Daisy ketahui.
perlahan Daisy melirik jam tangannya, jarum jam masih menunjukkan pukul empat lebih lima belas, masih ada lima belas menit tersisa sebelum pertemuan ini di mulai, dan saat ini Daisy yakin bahwa lima belas menit akan terasa sangat panjang jika dilalui bersama dua orang yang tak begitu dekat dengannya.
Daisy tak berani untuk sekedar membuka topik pembahasan, mau bangaimana pun ia adalah orang baru disini. Jika pun Daisy memiliki keberanian untuk angkat suara, mungkin saja dirinya akan di abaikan oleh kedua laki-laki ini, terbukti dengan sikap mereka yang terlihat dingin kepada semua orang.
"Daisy"
Tiba-tiba Dito angkat suara, memanggil nama Daisy dengan suara berat nya.
mendengar hal itu secara spontan Daisy langsung menolehkan wajahnya ke arah Dito, menatap nya penuh tanya.
Tak hanya Daisy, saat ini fokus Aster pun mulai teralihkan, ia melirik Dito dengan sorot penuh waspada, takut jika Dito mengatakan hal yang mungkin akan menyinggung Daisy.
"jadi elo yang namanya Daisy" lanjut Dito lagi.
perlahan Dito memperbaiki posisi duduk nya, dibuat lebih santai. Mata elang Dito kini fokus menatap Daisy, menyorotnya penuh kebencian.
Setelah beberapa saat membidik Daisy dengan tatapan mautnya kini decakkan pelan terdengar dari mulut Aster, Decakkan yang terlihat meremehkan.
"Ternyata elo sama Bapak lo itu gak ada bedanya" Ucap Dito dingin.
Daisy mengernyit bingung, sama sekali belum mengerti dengan arah pembicaraan Dito. saat ini dirinya menganggap bahwa apa yang diucapkan Dito adalah sebuah basa-basi yang di ciptakan agar suasana canggung berubah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Simpul [SELESAI]
Novela JuvenilHidup itu sederhana, layaknya membentangkan benang. Namun, kita lupa, diluar sana ribuan bahkan milyaran benang dibentangkan, hal itulah yang memperumit. Benang-benang saling bertemu dan membentuk simpul tak jelas, yang bahkan si pembentangnya pun t...