9-"penyusup"

26 1 0
                                    

Daisy terbangun dari tidur kala telepon kabel di rumah nya berdering nyaring, mengeluarkan nada berulang-ulang yang sontak membuat nya menggeram kesal, merasa risih.

Dengan malas Daisy membuka matanya, mengucek nya perlahan.

Setelah kejadian tadi siang, Daisy memang langsung mengikuti Ayahnya pulang ke rumah, meninggalkan beberapa pelajaran di jam berikut nya. Sepulang dari sekolah, ia langsung naik ke kamarnya, tak melontarkan sepatah kata pun kepada Ayah nya, ia perlu menenangkan diri. Kejadian tadi siang terlalu tiba-tiba bagi nya.

Dan karena hal itulah Daisy jadi ketiduran di meja belajarnya, terlelap dengan salah satu tangan yang dijadikan sebagai bantalan dan tangan yang lain memeluk erat poto almarhum Ibunya.

Semenjak Ibu nya meninggal, Daisy sudah berjanji bahwa dia tidak akan menangis lagi, ia tidak mau cengeng seperti dulu. Dan memilih tidur untuk menjadi penenang hati nya.

Perlahan Daisy bangkit dari posisinya, mulai berjalan dengan langkah gontai, berharap dering telepon itu segera berhenti saja daripada harus ia angkat.

Dengan sekali hentakkan Daisy membuka pintu kamarnya, mengamati setiap bagian rumah sesaat. Daisy tebak, Ayahnya pasti sedang tak ada di rumah, jika tidak belanja mungkin Ayahnya itu sedang berkebun di belakang.

Dengan jengah Daisy menghela nafasnya, perlahan mulai mendekati telepon kabel dengan warna yang sudah usang itu.

"Ha-"

Belum sempat Daisy menyelesaikan ucapannya, seseorang disebrang sana langsung menyela dengan suara heboh, tentu saja Daisy tau siapa yang menelepon sekarang, dia pasti Agung, suaranya sudah sangat familiar di pendengaran Daisy.

"Sy, lo udah ketemu Laila sama si Rif-"

"Gung ngomong nya biasa aja" Ucap Daisy dengan nada kesal.

"Aduh Sy, jangan dulu nyela, pulsa gue dikit lagi. Lo udah ketemu sama si Lail- tut... tut... tut"

Daisy mengernyit bingung, perlahan menjauhkan telepon yang sedari tadi menempel di telinganya. Detik berikutnya Daisy mengangkat sebelah alis nya, sepertinya pulsa Agung keburu habis.

Daisy menyipitkan matanya penuh selidik, mencoba mengingat perkataan yang Agung lontar kan tadi. Daisy sangat yakin, Agung menyebut nama Laila tadi, suaranya terdengar panik.

Beberapa pertanyaan mulai berputar di kepala Daisy, apa terjadi sesuatu kepada Laila saat dirinya meninggalkan sekolah tadi?. Dan lagi, bukankah sedari tadi Laila belum menghubungi nya?.

Perlahan Daisy mulai bergerak gelisah, ia sangat mengenal Laila, anak itu sangat sulit mengontrol emosi nya, sangat sering Laila menimbulkan masalah di sekolah, dan Daisy harap hal itu tak lagi terulang.

Daisy mengerjapkan mata nya sesaat, dengan gerakan cepat ia mulai menurunkan tangannya, bermaksud untuk balik menelepon Agung.

Namun, belum sempat jemari tangannya menyentuh deretan angka yang tertera di papan telepon, pergerakan Daisy tiba-tiba terhenti, tangannya melayang di udara. Daisy baru ingat, ia tak hafal nomer telepon Agung, mustahil dia menghubungi nya lewat telepon rumah.

Dengan cekatan Daisy kembali meletakan telepon di tempatnya, dan mulai berlari menuju kamar, berniat mengambil ponsel nya.

Di dalam sana, Daisy mengedarkan pandangannya, menyusuri setiap jengkal kamar dengan nuansa serba kuning itu, berusaha mengingat tempat terahir ia menyimpan ponsel nya.

Detik berikutnya Daisy tertegun sesaat, ia baru ingat, terakhir kali ia memainkan ponselnya saat jam istirahat pertama dimulai tadi siang, lalu ponsel nya itu ia simpan dengan apik di dalam tas nya. Dan sekarang tas Daisy tak ada disini, ia meninggalkan tas nya begitu saja tadi siang, tak ingat bahwa didalamnya tersimpan beberapa barang yang tentunya berharga.

Simpul [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang