Laila terus menggigiti kuku ibu jarinya dengan ganas, sedari tadi ia tak bisa tenang, merasa khawatir dengan keadaan Daisy yang sampai sekarang belum juga sadar.
“serius kita gak bakal ngasih tau Pak Joko?” Suara Ikhlas terdengar, menyerukan pertanyaan yang ia tujukan kepada Laila.
“jangan. Daisy pasti bakal marah banget kalo kita ngasih tau Ayahnya, Daisy paling gak mau bikin orang lain khawatir” jawab Laila mantap.
Perlahan Laila menurunkan tangannya, berhenti mengamati Daisy dari balik jendela UKS, dan beralih menatap Aster yang saat ini ada di sampingnya, menyorot nya sangar.
“sebenernya apa sih yang terjadi sama si Daisy? Kok dia bisa sampe pingsan gitu?” tanya Laila frustasi.
Saat ini Laila sudah sangat kesal dengan Aster karena sedari tadi ia sama sekali tak memberikan penjelasan tentang apa yang sudah terjadi kepada Daisy.
“gue gak tau” jawab Aster singkat,
Dengan susah payah Aster berusaha menutupi rasa khawatirnya. Jujur saja, saat ini Aster masih merasa bersalah karena ketegangan yang ia ciptakan sesaat sebelum Daisy turun dari rooftop.
Mendengar jawaban Aster barusan secara spontan Laila langsung berdecak kesal, tak habis fikir bahwa Aster akan berkata demikian.
“gak tau? maksud lo gimana sih Ster?. Jelas-jelas disini elo yang pastinya paling tau sama keadaan si Daisy. Tadi elo sama si Daisy udah ketemu—”
“ceritanya panjang”
“yaudah ceritain, certain semuanya. Gue dengan senang hati mau denger cerita lo yang panjang itu”
“gue lagi males cerita”
Kedua alis Laila kini bertemu, sorot aneh dan bingung bersatu disana. Detik berikutnya Laila terdenagr mendengus cukup keras, semakin kesal dengan respon yang di tunjukkan Aster.
“Gung”
Kini Laila tampak mengalihkan pandangannya kearah Agung, menatapnya dengan sorot prihatin.
“kok lo betah sih temenan sepuluh tahun sama si Aster, harus di apresiasi loh ini. Nahan rasa kesel itu gak gampang loh”
“berisik banget sih lo” seru Rifky kesal, kedua bola matanya kini menatap Laila risih. “gak denger apa kata anak PMR tadi apa? Si Daisy butuh istirahat”
“Si Daisy didalem, kita diluar, gak mungkin kedengeran” protes Laila tak terima
“kalo lo kesel sama si Aster gak usah di tahan-tahan La, lampiasin aja” jawab Agung gamblang.
“pengen nonjok boleh?” tanya Laila penuh kekesalan.
“gak masalah, silahkan”
“eh eh eh, apaan lo” kini Rifky kembali angkat suara “jangan berani-berani lo nonjok si Aster, nanti wajah penglaris cilok gue ancur. Kalo cilok gue gak laku lagi gimana, mau tanggung jawab lo?”
Dengan jengah Ikhlas menghela nafas nya kencang “kalian bertiga bisa diem gak sih?, jangan berisik, kita ada di depan UKS, banyak orang sakit”
Detik berikutnya suara helaan nafas kembali terdengar, kali ini berasal dari mulut Aster.
“gue ke kelas dulu” pamit Aster sambil beranjak dari posisinya.
“mau kemana lo?” cegah Laila cepat, dengan cekatan ia menahan pergerakan Aster dengan menarik jaket Abu yang dikenakannya.
“kelas” jawab Aster apa adanya,
“jangan kabur lo, pokok nya gue gak mau tau, lo harus tanggung jawab” ucap Laila dengan nada tinggi, terdengar seperti perintah mutlak yang tak bisa di tolak.
“tanggung jawab?”
“kalo si Daisy udah sadar anterin dia pulang, lo gak kasian apa sama dia? Kalo nanti di angkot dia pingsan lagi gimana?” tanya Laila sangar.
“kenapa gue?”
“terus siapa lagi Aster? Gue?. Kalo gue yang nganterin dia pulang yang ada ntar si Daisy bukan pulang ke rumahnya tapi pulang ke rahmatullah”
“serius si Daisy mau bareng si Aster?, si Aster naik motor loh” tutur Rifky tak terima,
“ya emang kenapa Rifkong” tanya Laila setengah kesal
“La, lo galiat apa badan si Daisy lemes gitu, yakin lo kalo nanti si Daisy naik motor dia gak bakal terbang?”
Perlahan Laila menghela nafasnya, berharap mendapatkan kekuatan agar bisa menghadapi kelakuan aneh para laki-laki di hadapannya ini.
“lo fikir si Daisy kantong plastik?. Pokoknya keputusan gue udah bulat, si Aster anter Daisy pulang, sekalian pulang juga kan lo Ster” ucap Laila kekeh
“si Agung aja” tolak Aster tak terima,
Dengan cepat Laila menggeleng “gak, gak bisa”
“kenapa?”
“karena…”
Laila tampak menggantungkan kalimatnya, dengan susah payah berusaha mencari alasan yang pas agar membuat Aster terpaksa menuruti keinginannya karena mau bagaimana pun Aster lah yang harus bertanggung jawab. Bersamaan dengan itu, secara kebetulan Lisa dan kedua temannya melewat tepat di depan mereka, membuat Laila seketika mendapat kan pencerahan.
“karna si Agung mau nganterin gue pulang”
Sebenarnya Laila tak benar-benar ingin di antar pulang oleh Agung, ia hanya sedang mencari alibi agar Aster mau mengantar Daisy pulang, hal itu juga ia lakukan untuk mulai memanas manasi Lisa yang Laila tau sedang menyukai Agung.
Laila tampak mengedip-ngedip kan sebelah matanya kearah Agung, memberikan isyarat agar Agung segera meng iya kan perkataanya barusan.
Mendapati Laila bertingkah seperti itu, tanpa fikir panjang Agung langsung mengangguk kan kepalanya. Agung beranggapan bahwa mungkin saja Laila ingin membuat Aster mengantar Daisy pulang, kemungkinan Agung hanya sampai situ.
“iya, gue mau nganterin si Laila”
Ucap Agung lantang yang tentu saja langsung di dengar oleh ke tiga temannya.
Pada jarak yang sedekat ini Laila tentu saja yakin bahwa Lisa dan kedua temannya pun pasti akan mendengar ucapan Agung barusan.
Mendengar hal itu dengan pasrah Aster tampak menghela nafasnya, mau tak mau ia harus melakukannya, tak ada pilihan lain.
.
.
.
.
.
🌼🌼🌼

KAMU SEDANG MEMBACA
Simpul [SELESAI]
Novela JuvenilHidup itu sederhana, layaknya membentangkan benang. Namun, kita lupa, diluar sana ribuan bahkan milyaran benang dibentangkan, hal itulah yang memperumit. Benang-benang saling bertemu dan membentuk simpul tak jelas, yang bahkan si pembentangnya pun t...