Daisy dengan canggung melepaskan genggaman tangannya dengan Aster setelah mereka sampai di depan pedagang kaki lima yang menyediakan menu nasi goreng kesukaannya. Daisy sangat sering datang kesini bersama ayahnya, ia selalu membeli nasi goreng di sini paling tidak dua kali dalam seminggu, bahkan Daisy sudah sangat akrab dengan laki-laki paruh baya yang menjual nasi goreng ini, Daisy memanggilnya dengan sebutan Mang Abah.
Pangkalan nasi goreng Mang Abah terletak di jalan kecil di pinggir mall, jaraknya sangat dekat dengan mall yang tadi Aster dan Daisy kunjungi, mereka hanya perlu berjalan beberapa menit saja, bahkan Daisy pun meminta Aster untuk tetap menitipkan motornya di parkiran mall.
Disinilah tempat Mang Abah berjualan, ia meletakkan grobak nasi gorengnya dipinggir jalan, memanfaatkan teotoar yang luas untuk menggelar beberapa kursi bagi pembeli. Saat ini tampaknya dagangan Mang Abah tengah sepi pembeli, tak ada pembeli disana, hanya ada Aster dan Daisy saja.
"eh neng Daisy" sapa Mang Abah ramah saat menyadari kehadiran Daisy "mau nasi gorengnya neng? Berapa?" tanya nya semangat.
"pesen dua Mang, dimakan disini ya" setelah berucap demikian Daisy langsung segera duduk di salah satu kursi plastik, diikuti Aster yang juga duduk disamping.
Untuk beberapa saat Daisy tampak mengedarkan pandangannya, mengamati keadaan sekitar yang tampak lebih sepi dari biasanya. Pandangan Daisy kini berhenti di Aster, ia menatap Aster yang saat ini tengah memperhatikan Mang Abah meracik nasi goreng nya.
Detik berikutnya Daisy tampak mengerjap, ia lupa bertanya kepada Aster, bisa jadi laki-laki disampingnya ini tak nyaman dan tak biasa makan dipinggir jalan seperti ini.
"Aster" panggil Daisy setengah membisik, ia berkata sepelan mungkin agar Mang Abah tak mendengar ucapannya.
Aster menoleh, menunjukkan wajah penuh tanya nya
"lo gak papa kan kalo makan disini?" Daisy kembali bertanya dengan suara yang lebih pelan, bahkan terlihat seolah hanya menggerakkan bibirnya saja tanpa suara.
Aster tersenyum miring, gemas sendiri dengan sikap berlebihan yang ditunjukkan Daisy, "gak papa, santai aja"
Daisy tampak menghela nafasnya lega, bersamaan dengan pergerakan Aster yang kembali memperhatikan keahlian Mang Abah saat membuat nasi goreng.
Tak lama setelah itu, dua piring penuh nasi goreng dengan sebuah telur ceplok diatasnya disuguhkan ke Daisy dan Aster. Membuat Daisy secara tak sadar bergumam takjub dengan kedua mata berbinar, tak sabar untuk segera melahapnya. Aster yang saat itu tak sengaja melihat tingkah Daisy sontak mengembangkan senyumnya, merasa gemas sendiri.
Dengan semangat Daisy menyerukan ucapan terimakasih yang dibalas kedipan jail oleh Mang Abah, setelah melemparkan senyumnya kearah Daisy, Mang Abah langsung kebali berbalik, melayani dua orang pembeli yang baru saja datang.
"udah ada gambaran belum buat kadonya si fei?" Daisy bertanya dengan mulut yang terisi penuh oleh nasi goreng,
Aster menggelengkan kepalanya pelan, memberikan jawaban sesungguhnya. Detik berikutnya ia mulai memasukkan satu sendok penuh nasi goreng ke dalam mulutnya, memulai suapan pertama.
Daisy menghentikan kunyahannya, fokusnya kini beralih kepada Aster, menunggu reaksi yang akan Aster tunjukkan setelah melahap nasi gorengnya. Sadar tengah diperhatikan, perlahan Aster kembali menoleh kearah Daisy, menatapnya penuh tanya.
"gimana? Enak?" tanya Daisy was-was.
Aster tampak mengangguk pelan "lumayan"
Raut lega kembali menghiasi wajah Daisy, ia merasa sangat senang melihat Aster menyukai nasi goreng Mang Abah ini, terbukti dengan gelagat Aster yang saat ini tampak menyantap dengan lahap nasi gorengnya. Menyadari hal itu, Daisy pun dengan semangat kembali melahap nasi gorengnya dengan khidmat.
"Sy" panggil Aster pelan.
Salah satu tangan Aster kini menyodorkan layar handphonenya ke Arah Daisy, memperlihatkan sebuah pesan chat dari mama Aster yang memberitahukan bahwa dirinya baru saja mengantarkan makanan untuk Joko yang baru pulang kerja, mama Aster bahkan mengirimkan poto yang membuktikan bahwa dirnya benar-benar memberikan perhatian kepada Joko.
Daisy membaca pesan itu dengan senyuman yang terukir dibibirnya, merasa terharu karena Linda benar-benar memberikan perhatian kepada Ayahnya yang mungkin akan kerepotan jika harus memasak sendiri. Dari awal Daisy memang sudah meminta izin kepada Ayah nya untuk pergi sebentar dengan Aster, dan Ayahnya itu dengan senang hati mengizinkan, membiarkan Daisy pergi karena tau anak gadisnya itu pergi bersama orang yang ia percaya.
"mama nyuruh gue ngeliatin ini ke elo" terang Aster apa adanya "jadi lo gak usah khawatir"
Daisy semakin mengembangkan senyumnya "makasih banyak Aster"
"yang ngasih mama gue, bukan gue"
"makasih banyak mama Aster" ralat Daisy,
"nanti gue sampein"
"Aster" panggil Daisy lagi yang langsung disahut oleh Aster dengan gumaman pelan,
"coba diiget-inget lagi si Fei sukanya apa"
Aster menuruti permintaan Daisy, sambil mengunyah nasi gorengnya fikiran Aster mulai berkelana, mengingat-ingat hal apapun yang mungkin disukai oleh adiknya.
Hal itu berhasil, sekelebat bayangan tentang adiknya tiba-tiba saja muncul. Aster baru ingat bahwa dia sering sekali mengeluh karena buku-buku catatan sekolahnya selalu dijadikan buku gambar dadakan oleh Fei. Tak hanya itu, Aster juga cukup sering mendengar keluhan mamanya yang kesal karena Fei selalu menggambar didinding rumah, walaupun awalnya kesal tapi mamanya itu akhirnya memilih untuk pasrah, dan membiarkan Fei menyalurkan imajinasinya. Perlu mereka akui, gambar yang dibuat Fei tak bisa dianggap remeh dan tentunya akan sangat unggul jika dibandingkan dengan gambar anak-anak se usianya. Hal itu lah yang membukam mama Aster, tak lagi mengomeli Fei karena memang gambar-gambar yang dibuat Fei bisa menambah nilai estetika di rumah mereka.
"udah ada gambaran?" tanya Daisy memastikan, penasaran dengan hasil dari daya ingat Aster.
Aster mengangguk yakin "udah"
"apa?" tanya Daisy antusias, bangga dengan kerja keras Aster yang berhasil untuk mengingat.
"si Fei suka banget gambar, cuma itu yang gue ingat"
Kedua mata Daisy kini berbinar, ia terdengar berseru takjub, seolah Aster baru saja mengatakan sebuah sandi rahasia untuk membuka hartakarun "itu gak cuma-cuma, kita bisa beli banyak barang yang berhubungan sama dunia gambar, dan pastinya si Fei bakal suka." seru Daisy antusias "udah makan kita pergi ketoko di deket perempatan alun-alun kota, disana ada toko antik yang cocok banget buat penyuka seni, emang sih harganya agak mahal tapi kualitasnya gak perlu di ragukan, top markotop deh pokoknya"
Aster kembali mengangguk pelan, tanda setuju "oke, ayok. Tapi abisin ini dulu"
Daisy menunjukkan senyuman lebarnya "ayok makan dulu"
Dari situ, tanpa mereka sadari ada banyak hal yang berubah. Hubungan mereka tak lagi seperti dulu.
.
.
.
.
.
🌼🌼🌼
KAMU SEDANG MEMBACA
Simpul [SELESAI]
Teen FictionHidup itu sederhana, layaknya membentangkan benang. Namun, kita lupa, diluar sana ribuan bahkan milyaran benang dibentangkan, hal itulah yang memperumit. Benang-benang saling bertemu dan membentuk simpul tak jelas, yang bahkan si pembentangnya pun t...