Aster terus merangkul bahu Daisy sampai mereka benar-bener keluar dari ruang rawat Dito dan kembali menutup pintu itu rapat-rapat.
Langkah mereka terhenti tepat didekat kursi tunggu yang tadi Daisy duduki, mereka terdiam tanpa berniat mengucapakan sesuatu.
Kedua mata Aster meneliti tangan dan wajah Daisy yang tampak lebam dibeberapa bagian, sesekali ia meringis saat membayangkan rasa sakit yang saat ini Daisy rasakan.
"sebelum pulang, gue obatin dulu ya lukanya" tawar Aster tulus, ia sangat kasihan melihat tubuh Daisy babak belur seperti ini.
Daisy mengangguk dalam diam, saat ini ia sama sekali tak punya tenaga, bahka untuk sekedar membuka mulutnya.
Daisy langsung menerima tawaran Aster tanpa berfikir panjang, Daisy tau ayah Aster bekerja dirumah sakit ini, jika ayahnya bisa maka Daisy yakin anaknya pun bisa mengobati lukanya. jujur saja, semua bagian tubuh Daisy terasa berdenyut nyeri sekarang, dan Daisy yakin rasa sakit itu berasal dari lebam yang ada ditubuhnya.
Aster kembali mengajak Daisy berjalan dengan tangan yang masih setia merangkul bahunya. Aster hanya takut Daisy tiba-tiba ambruk
Aster membawa Daisy ke ruang pribadi ayahnya, Aster sudah sangat hapal dengan semua hal yang ada diruangan ini, ia bahkan tau dimana ayahnya itu meletakkan perlengkapan p3k dan obat-obatan lain. Aster bahkan pernah beberapa kali memberikan obat pada pasien, hal yang dilakukan tanpa ada kesalahan tentunya.
didalam sana, Aster dan Daisy sontak mengedarkan pandangan mereka masing-masing, Aster melakukannya dengan tujuan untuk mencari ayahnya, sedangkan Daisy mengedarkan pandangan dengan mata bingung, sesekali ia mengagumi ruangan berukuran besar yang dipenuhi obat-obatan ini.
ada banyak sekali kekaguman yang ingin Daisy suarakan saat ini, namun tubuh dan otaknya sedang tak sejalan sekarang. seluruh bagian tubuh Daisy amat sangat sakit, untuk saat ini ia memilih untuk diam saja.
Aster berhenti mengedarkan pandangannya, saat ini ia sama sekali tidak menemukan kehadiran ayahnya. Tadinya Aster berniat untuk meminta ayahnya agar mengobati Daisy, tapi sepertinya ayahnya itu sedang sibuk. jadi, apa boleh buat, saat ini Aster yang harus bertindak.
salah satu tangan Aster masih setia merangkul Daisy, ia dengan perlahan menuntun Daisy agar terduduk di sova panjang yang biasa digunakan oleh beberapa tamu ayahnya.
setelah memastikan Daisy duduk dengan nyaman, barulah Aster beranjak dari samping Daisy, ia mulai bergerak ke pojok ruangan, tepatnya menuju tempat p3k, mengambil beberapa obat dan peralatan yang sekiranya dibutuhkan.
setelah merasa cukup dengan obat-obat yang ia dapat, Aster dengan segera langsung kembali mendekati Daisy yang kala itu tampak mengedarkan pandangannya.
Saat ini, Aster benar-benar tidak tau harus berbuat apa, dirinya merasa sangat canggung bahkan untuk sekedar mengatakan sesuatu.
Daisy berhenti mengedarkan pandangannya saat mendapati Aster terdiam didekatnya. Daisy sangat tau apa yang ada dipikiran Aster kali ini, ia pasti tengah bingung.
"sini" ucap Daisy dengan suara yang dibuat lebih bersemangat, berusaha menutupi rasa sakitnya.
Daisy berkata sambil mengulurkan salah satu tangannya, meminta Aster untuk memberikan kotak p3k yang ada ditangannya. jujur saja, Daisy masih merasa canggung, tapi bagaimana pun ia harus berusaha mencairkan suasana.
Aster tampak tertegun sesaat, ia tak langsung merespon ucapan Daisy, dirinya masih bingung harus berbuat apa sekarang, ia tak tau apakah harus mengobati luka Daisy dengan tangannya sendiri atau membiarkannya.
selang beberapa detik semua tetap sama, Aster masih terdiam pada posisinya, menatap datar tatapan penuh harap Daisy.
"sini" Daisy kembali mengulang ucapannya, tangannya pun semakin ia ulurkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Simpul [SELESAI]
Teen FictionHidup itu sederhana, layaknya membentangkan benang. Namun, kita lupa, diluar sana ribuan bahkan milyaran benang dibentangkan, hal itulah yang memperumit. Benang-benang saling bertemu dan membentuk simpul tak jelas, yang bahkan si pembentangnya pun t...