15-Berubah atau Kalah

27 1 0
                                    

“serius gak mau nginep aja?” Tanya Daisy khawatir, kedua matanya kini menatap lurus punggung Laila yang tengah sibuk memakai sepatu ketsnya. Sesekali Daisy mendongakkan kepalanya, menatap langit jingga kekuningan yang sudah mulai menggelap.

“Gak ah, takut ngerepotin ntar” jawab Laila di ikuti kikikan jailnya.

Posisi Laila masih sama, kedua tangan dan matanya masih sibuk mengikat tali sepatu, ia melemparkan jawaban tanpa menoleh sedikitpun ke arah Daisy.

Tanpa Laila sadari, dibelakang sana Daisy tampak mengernyit bingung. Bukan apa-apa, Daisy hanya merasa aneh dengan kata-kata yang baru saja terlontar dari mulut Laila. Sudah hampir genap sepuluh tahun mereka berteman dan baru kali ini Daisy mendengar Laila berkata ‘takut merepotkan’. Karena nyatanya, Laila sudah sangat sering merepotkan.

“tumben lo—“

“lo besok sekolah kan?”

Belum sempat Daisy menyelesaikan ucapannya, tiba-tiba saja Laila menyahut. Ya, jika sudah seperti ini, tak ada pilihan lain, Daisy hanya bisa menghela nafas dengan penuh kesabaran seperti biasanya.

Heran karena tak juga mendapat jawaban dari Daisy, perlahan Laila menoleh ke belakang “gimana? Sekolah kan?” ulang Laila lagi.

Melihat sikap Laila yang tak sabaran, tanpa sadar Daisy kembali menghela nafasnya.

“ya—“

“jangan bilang kalo lo gak bakal sekolah besok” Lagi, Laila kembali menyela perkataan Daisy.

Dengan heboh Laila bangkit dari posisinya, menunjukkan ekspresi berlebihan lengkap dengan tatapan waspadanya, seolah tengah mewanti-wanti perkataan yang akan keluar dari mulut Daisy.

“emm...” Perlahan Daisy mengangalihkan pandangannya, seolah ragu dengan jawaban yang hendak ia ucapkan. Tak hanya itu, wajahnya pun kini terlihat gelisah, rasa takut terlihat jelas diraut wajah nya.

“kayaknya, buat besok ngga dulu deh La” lirih Daiy pelan, nada ragu terlihat jelas dari intonasi suaranya.

Di lain sisi, ekspresi Laila kini mulai melunak, kedua matanya menatap sendu wajah Daisy, Laila sangat paham betul dengan apa yang saat ini Daisy rasakan. Namun, seperti biasa, Laila tak akan mungkin menunjukkan raut sedihnya, seperti sekarang, dengan cepat Laila merubah kembali raut wajahnya, mau bagaimana pun ia harus bisa menghibur Daisy, kan gak lucu kalo Laila ikut melow juga.

“ah lo mah lebay” Ejek Laila sembari mendorong keras salah satu bahu Daisy, membuat Daisy terhuyung dan dengan susah payah berusaha kembali menyeimbangkan pijakkannya.

“masa karna masalah kayak gitu lo gak mau sekolah sih, lemah tau gak” lanjut Laila lagi, lengkap dengan tatapan sinis andalannya.

Setelah kembali berdiri tegak, Daisy tampak melirik ke arah Laila sesaat namun dengan cepat ia kembali mengalihkan pandangnnya, berusaha menghindari tatapan sinis yang di lemparkan Laila.

“bukan gitu”

Lagi, Daisy kembali mengedarkan pandangannya, seolah deretan bunga di halaman rumahnya lebih menarik daripada kehadiran sahabatnya.

“gue juga mau sekolah, tapi...”

Untuk beberapa saat Daisy tampak menggantungkan ucapannya, sebelum akhirnya helaan nafas panjang keluar dari mulutnya.

“gue takut” lirih Daisy pelan, sangat pelan. Pandangan Daisy kini berhenti di satu titik, lalu dengan gerakan cepat kepalanya mulai menunduk dalam.

Mendapati reaksi yang diluar dugaan, dengan sekuat tenaga Laila berusaha mengontrol ekspresinya, lalu detik berikutnya ia menghela nafas pelan.

“Sy, gak ada yang perlu ditakutin. Lo yakin kan Ayah lo gak salah?” tutur Laila pelan, kini dengan intonasi yang lebih bersahabat.

Simpul [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang