12-Keputusan Tersirat

21 2 0
                                    

Kelompok 'tersirat'

Kak Dito 
Seperti yang sudah di infokan tadi malam, ada amanah dari Pak Rudi, sekarang kita kumpul di Lab Fisika, ditunggu secepatnya.

Kak Kanya
Oke Dit

Nila
Baik kak

Kak Raksa
OTW Dit

Aditya
Siap kak

Pak Rudi
Bapak tunggu secepatnya. Rapat kita mulai jam 6, usahakan tepat waktu, kita selesaikan pembicaraan sebelum sekolah ramai, khawatir ada yang curiga.


Dengan wajah datarnya Aster membaca rentetan notifikasi yang berasal dari salah satu grup whatsApp nya, 'kelompok tersirat' namanya, salah satu organisasi tertutup yang hanya memiliki enam orang anggota dan seorang pembina saja.

Sebenarnya, Aster bukanlah orang yang suka bersosialisasi. Menurutnya, mengikuti organisasi disekolah hanya membuang-buang waktu saja dan membuatnya tak fokus belajar. Hal itu terbukti dengan keaktifannya yang hanya mengikuti satu ekstrakurikuler saja, yaitu futsal, itupun karena dipaksa oleh sahabat karibnya yang selalu saja mengejek bahwa kehidupan Aster datar. Yap, orang itu tak lain dan tak bukan adalah Agung.

"Aster"

Dengan cepat Aster mendongakkan kepalanya, mengalihkan perhatiannya pada seorang laki-laki berwajah tegas yang saat ini ada di hadapannya. Laki-laki itu adalah Dito Prakarsa, kakak kelas Aster sekaligus seorang ketua Osis yang belum melepaskan masa jabatannya.

Sekilas, perawakan Dito terlihat hampir sama dengan Aster, tinggi mereka pun hampir setara. Penampilan keduanya sama-sama mencerminkan style standar pelajar SMA PANUTAN. Namun, jika dilihat lebih teliti, ada hal cukup kentara yang membedakan mereka, sebuah pin bintang berwarna emas menempel pada rompi hitam Dito, sebuah pin langka yang hanya diberikan pada murid-murid tertentu saja. Sejauh ini, hanya Dito lah satu-satu nya orang yang memiliki pin itu, tak lebih.

Menyadari tatapan datar yang di layangkan Aster, sekilas Dito berdecak pelan, sangat pelan, bahkan Aster pun mungkin tak akan menyadarinya jika saja matanya itu tak meneliti dengan detail.

Dalam hatinya Aster menebak-nebak, apakah yang baru saja ia lihat itu adalah decakan kesal? Jika ya, mungkin itu terjadi karena Dito merasa disepelekan oleh Aster. Disaat seluruh murid SMA PANUTAN tunduk dan sungkan ketika ada dihadapan Dito, lain halnya dengan Aster, ia bersikap biasa saja, datar, tak menunjukkan sikap berlebihan seperti anak-anak biasanya.

"Cepat"

Ucap Dito pelan, namun cukup mengerikan. Dari intonasi suaranya kita bisa mendengar nada tegas dan dingin menjadi satu, logat yang bisa membuat siapa pun yang mendengarnya mematung karena ketakutan.

Namun, tentu saja tidak dengan Aster. Di mata Aster, ia tak pernah memandang Dito sebagai orang yang patut di segani. Dalam sudut pandangnya, Dito hanyalah seorang siswa beruntung yang dipercaya untuk menjadi seorang ketua Osis, dia hanya orang biasa yang berkedok kepalsuan dan mengandalkan jabatan.

Sebenarnya, bukan tanpa alasan Aster berfikiran demikian. Jujur saja, dulu, Aster pun sama seperti murid-murid lain, mengagumi Dito.

Namun, semua langsung berubah dihari itu. Tepat saat Aster memulai pembelajaran semester ke dua di kelas sepuluh, tiba-tiba saja orang yang di panggil Dito itu datang menemuinya, mengajaknya bercengkrama bak teman lama, padahal saling tegur sapa pun tak pernah. Saat itu, butuh beberapa saat bagi Aster untuk sadar bahwa Dito hanya sedang menggunakan trik nya, ia berusaha merayu Aster agar bergabung dalam kelompok tersirat yang ia bangga-banggakan. Awalnya, tentu Aster menolak, tapi, penolakan itu sia-sia, tak ada penolakan dalam memilih keanggotaan 'kelompok tersirat', dan dari situ, Aster hanya bisa Pasrah.

Simpul [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang