Aster melepaskan genggaman tangan Dito pada Daisy dalam satu hentakkan, membuatnya terlepas begitu saja.
Daisy menghela nafas lega, menatap kedua pergelangan tangannya yang tampak memerah, jari-jari tangan Dito tampak membekas dikulit tangannya. Dengan susah payah Daisy menahan mulutnya agar tak menyuarakan ringisan kesakitan, berusaha menahan rasa perih yang mulai menjadi.
Sementara itu, saat ini Aster membidik Dito dengan tatapan mautnya yang dibalas tatapan risih oleh Dito.
Situasi tetap sama untuk beberapa saat sebelum akhirnya Daisy sadar akan sesuatu. Perlahan Daisy mendongak, berhenti mempedulikan dirinya sendiri, beralih menatap Aster dan Dito yang tampak saling melemparkan tatapan kebencian.
Dito menunjukkan senyum sinisnya “ada tamu gak diundang”
Aster menanggapi ucapan itu dengan decakan pelan, lalu mengalihkan pandangannya kepada Daisy, memilih untuk tidak meladeni tigkah Dito dan lebih fokus pada Daisy yang saat ini tampak kesakitan.
“ayo pulang”
Dengan gerakan pelan Aster meraih pergelangan tangan Daisy, mencengramnya pada bagian yang sama seperti yang tadi Dito lakukan.
Menyadari hal itu, sontak Daisy meringis pelan, sentuhan Aster membuat tangannya semakin terasa perih.
Aster dengan cepat menarik tangannya kembali, berusaha meneliti pergelangan tangan Daisy yang memang memerah, bekas jari-jari tangan terlihat jelas disana, kontras dengan warna kulit Daisy yang memang putih pucat.
“kasar banget sih jadi cowok” suara Dito kembali terdengar, dari intonasi suaranya terlihat jelas bahwa Dito sedang marah dan merasa kesal.
Aster kembali menoleh kearah Dito dengan rahang yang mengeras, sorot tak suka jelas-jelas terlihat disana.
Dengusan kesal Aster kembali terdengar “gue? Kasar?, apakabar sama lo?”
Dito tampak berseru heboh dengan kedua tangan yang ditepuk dalam tempo lambat, seolah memberikan apresiasi terhadap keberanian Aster.
“sopan santunnya mana? Saya kakak kelas loh” ucap Dito dengan wajah tengilnya. “oh lupa, orang kaya lo kan emang gak pernah di didik ya”
Aster tampak menggertakkan giginya, kedua tangannya mulai terkepal kuat, seluruh emosinya mulai terkumpul. Perlahan Aster bergerak mendekati Dito, siap memberikan satu pukulan telak atas penghinaannya.
Daisy yang sedari tadi menyaksikan perseteruan itu pun kini mulai bergerak tak karuan, Daisy sangat tahu bahwa sebentar lagi hal yang tak diinginkan akan terjadi. Sangat jarang Daisy melihat Aster terbawa emosi, jika sudah seperti ini semuanya pasti akan kacau.
Aster semakin mendekat kearah Dito, dari pergerakannya tergambar jelas bahwa Aster hendak melampiaskan kekesalannya. Satu-satunya hal yang bisa Daisy lakukan adalah mencegah hal itu terjadi, situasi akan tak terkendali jika Aster sampai meluapkan emosinya.
“Ster udah Ster” ucap Daisy pelan,
Dengan cepat Daisy berdiri, berusaha menghalau pergerakan Aster, kedua tangannya terangkat, mendorong kedua bahu Aster agar kembali mundur.
Namun, usaha Daisy ternyata tidak semudah itu, Aster terus bergerak maju dengan tenaga yang lebih besar, membuat Daisy terdorong kebelakang.
Untungnya Daisy berdiri dengan pijakan yang kuat sebelumnya, jika tidak mungkin Daisy akan tersungkur dilantai akibat dorongan Aster. saat ini Daisy berusaha menyeimbangkan pijakannya, lalu kembali mendekati Aster, masih berusaha menghalau pergerakannya agar tidak menyakiti Dito.
KAMU SEDANG MEMBACA
Simpul [SELESAI]
Teen FictionHidup itu sederhana, layaknya membentangkan benang. Namun, kita lupa, diluar sana ribuan bahkan milyaran benang dibentangkan, hal itulah yang memperumit. Benang-benang saling bertemu dan membentuk simpul tak jelas, yang bahkan si pembentangnya pun t...