Seperti biasa, hari ini Daisy kembali menunggu Laila di koridor kelas dua belas, membiarkan Aster berjalan duluan ke kelas. Namun, tampaknya Laila sedikit terlambat datang, terbukti dengan Daisy yang saat ini menunggu lebih lama.
detik berikutnya, tiba-tiba saja ponsel digenggaman Daisy berdering nyaring, menandakan sebuah panggilan masuk.
Daisy mengangkat ponselnya, sedikit mengernyit saat melihat nama Bu Dewi muncul disana.
Bu Dewi, guru Panutan sekaligus ibu kandung Dito yang sudah Daisy anggap seperti ibunya sendiri itu tiba-tiba saja menghilang dari hidup Daisy, setelah ayah Daisy berhenti bekerja di Panutan, ia pun tak pernah melihat Bu Dewi lagi, dan Daisy baru sadar akan hal itu.
dengan cepat dan tanpa rasa ragu Daisy mengangkat telepon itu, ia sudah sangat rindu dengan perhatian Bu Dewi kepadanya, terlebih karena pertemuan terakhir mereka saat itu berjalan tak baik, Daisy waktu itu kesal dengan kasus ayahnya dan melampiaskannya ke Bu Dewi, dan saat ini, ia menyesalinya.
"halo ibu" sapa Daisy riang "ibu kemana aja"
kekehan pelan terdengar di sebrang sana, "Daisy, kamu apa kabar, maaf ibu baru sempat ngehubungin kamu, biasanya tiap malem ibu teleponan sama kamu kan?"
Daisy menunjukkan senyum tipisnya, "Daisy baik bu, ibu gimana?"
"ibu juga baik, maaf ya baru sempat ngehubungin, ibu lagi diluar kota beberapa hari yang lalu, dan hari ini baru pulang"
Daisy tampak mengangguk pelan, "pantesan Daisy jarang liat"
"iya, ada kerjaan mendadak waktu itu" tutur Dewi "kamu baik-baik aja kan Sy? semenjak ayah kamu dikeluarkan dari Panutan, kamu pasti sedih, jangan banyak fikiran ya. maaf juga waktu itu ibu gak bisa nolong"
Daisy kembali menunjukkan senyumnya, sedikit senang karena ada orang yang mempedulikan dirinya, Bu Dewi memang selalu sukses membuat Daisy nyaman.
"Daisy gak papa kok bu"
Bu dewi tampak menghela nafasnya "ibu tau ini susah, tapi kamu pasti bisa. pokoknya jangan mikirin sesuatu yang engga penting, jangan peduliin omongan orang-orang"
Daisy mengangguk pelan, walau ia tau Bu Dewi tak mungkin melihatnya, mulutnya malas berucap sekarang, ia hanya mencoba berusaha mendengarkan ucapan bu Dewi.
"Daisy, ibu tutup ya, di depan rumah ada yang manggil. nanti kita ketemu disekolah aja ya, kita ngobrol-ngobrol lagi gitu kaya dulu"
Daisy kembali mengangguk "iya Bu"
"yaudah ibu tutup ya. assalamualaikum"
"waalaikumussalam"
Daisy mengembangkan senyum tipisnya, saat ini hatinya benar-benar terasa tenang, perkataan bu Dewi selalu sukses membuat Daisy nyaman.
Saat Daisy hendak menyimpan handphonenya di saku rok, Sebuah tepukkan tiba-tiba mendarat di bahu Daisy, dengan cepat ia mendongak dengan wajah kesal, hendak melontarkan omelannya kepada Laila karena sudah membuat dirinya menunggu lama.
Namun, di detik berikutnya ekspresi Daisy perlahan berubah, terkejut saat mendapati bahwa orang yang ada di sampingnya saat ini bukanlah Laila, melainka Dito prakarsa.
"kebiasaan deh, kalo liat gue mukanya kayak kaget gitu, emang gue seganteng itu apa?" tutur Dito dengan percaya diri.
Perlahan Daisy menetralkan raut wajahnya, sedikit lega karena Dito kembali menggunakan sebutan elo-gue, membuat Daisy jadi sedikit lebih nyaman.
"gak ke kelas?" tanya Dito penasaran,
Daisy mengangguk pelan, "mau"
Dito tampak menarik ujung bibirnya dengan wajah tak berselera, sedikit kecewa karena Daisy semakin dingin kepadanya, terlihat jelas bahwa saat ini Daisy tak nyaman ada di dekatnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Simpul [SELESAI]
Teen FictionHidup itu sederhana, layaknya membentangkan benang. Namun, kita lupa, diluar sana ribuan bahkan milyaran benang dibentangkan, hal itulah yang memperumit. Benang-benang saling bertemu dan membentuk simpul tak jelas, yang bahkan si pembentangnya pun t...