Pagi ini Daisy menjalani keseharian nya seperti biasa, sekolahnya kini sudah mulai belajar dengan kondusif. tak ada yang spesial, waktunya ia habiskan untuk menatap dan mencatat materi fisika yang diterangkan Bu Indah di pelajaran pertama.
Kini dua jam telah berlalu, pelajaran pertama telah berakhir. Setelah Bu Indah meninggalkan kelas, beberapa siswa langsung berhamburan keluar, menyerbu kantin belakang, berbeda dengan Daisy dan Laila yang kini tengah mengeluarkan bekal makanan masing-masing. sebenarnya bukan hanya mereka berdua saja, banyak teman sekelas mereka yang juga lebih memilih membawa bekal dari rumah dan memakannya di kelas.
"Panggilan, kepada Agatha Daisy Paramita, ditunggu di ruang wakasek."
"Sekali lagi, kepada Agatha Daisy Paramita ditunggu di ruang wakasek"
Daisy menghentikan kegiatannya, perlahan ia menoleh pada Laila, jari telunjuknya ia arah kan ke wajah, menatap Laila penuh tanya, seolah memastikan apakan panggilan itu memang ditujukan kepadanya atau bukan.
"Iya, nama lo yang di panggil. Gak ada siswa SMA PANUTAN yang namanya sama persis kaya nama panjang lo Daisy. Liat noh, anak kelas juga lagi ngeliatin elo"
Daisy mengedarkan pandangannya, benar perkataan Laila, beberapa teman sekelas nya kini tengah menatapnya risih, seolah memberikan pesan tersirat, menyuruh Daisy untuk segera datang ke ruang wakasek, atau pengumuman akan kembali diulang yang tentunya mengganggu aktifitas mereka.
"Lo gak macem-macem kan sy?" Laila kembali bersuara.
Wajar saja jika Laila merasa heran, jarang sekali pihak sekolah memanggil siswa nya menggunakan speaker. hanya deretan anak-anak nakal yang namanya sering disebut, itu pun jika pihak sekolah sudah jengah menghadapi kenakalan mereka, itu satu-satu nya cara agar anak-anak itu merasa jera dan malu karna kenakalan nya disebar luaskan.
Daisy hanya mengangkat bahu acuh, lalu bangkit dari duduknya, dan menghilang dibalik pintu.
Laila bergerak melanjutkan kegiatannya, perutnya sudah meraung minta diisi, perlahan ia membuka tutup bekalnya, mulai melafalkan doa, dan bergerak mengangkat satu sendok penuh nasi goreng nya. Belum sempat suapan itu masuk ke mulutnya, seruan seseorang yang memanggil namanya terdengar, membuat Laila terpaksa kembali menghentikan kegiatannya. Dengan cepat Laila melirik ke sumber suara dengan mata tajam nya.
"Apaan?" Tanya Laila garang,
Kedua mata Laila semakin memicing, menatap Rifky dan ketiga temannya yang kini tengah menoleh dengan wajah penasaran.
Sesaat, Rifky tampak bergidik dengan ekspresi yang berlebihan, ngeri sendiri dengan tingkah Laila "si Daisy kenapa?"
Laila menghela nafasnya jengah, sudah ia duga Rifky pasti bertanya demikian. Jelas-jelas Laila tak tau apa yang terjadi dengan Daisy, dan lagi, jika pun ia tau alasan Daisy dipanggil, ia tak akan mungkin memberitahunya, permasalahan pribadi orang lain tak pantas di sebar luas kan bukan?
"Gak tau" Jawab Laila singkat.
Dengan kesal Laila mendelik sinis, kembali pada posisinya, bergerak melanjutkan kegiatannya yang tadi tertunda, perut nya sudah sangat lapar.
"Heeeeyyy!!!" Seru seseorang.
Lagi, Laila menghentikan kegiatannya, menatap kesumber suara dengan tingkat kekesalan yang mulai bertambah.
Disana, Lisa, Anak tergaul di kelas ini muncul di balik pintu, diikuti dua siswi lain yang lebih cocok dibilang babunya. bibir merah Lisa terlihat mencolok, tentu saja warna itu ia dapat dari koleksi liptint yang seabreg, salah satu tangannya memegangi kipas berbentuk sedang dengan warna yang tak kalah mencolok.
KAMU SEDANG MEMBACA
Simpul [SELESAI]
Teen FictionHidup itu sederhana, layaknya membentangkan benang. Namun, kita lupa, diluar sana ribuan bahkan milyaran benang dibentangkan, hal itulah yang memperumit. Benang-benang saling bertemu dan membentuk simpul tak jelas, yang bahkan si pembentangnya pun t...