Hujan deras turun tepat saat motor yang ditumpangi Aster dan Daisy berbelok ke area perumahan mereka, awalnya Aster menawarkan untuk menepi sejenak sampai hujan reda tapi Daisy dengan cepat menolaknya, Daisy beralasan bahwa hari sudah hampir larut dan jarak kerumah mereka pun hanya tinggal beberapa meter saja. Tanpa berat hati Aster menyetujui permintaan Daisy karena memang alasan Daisy ada benarnya juga.
Daisy menepuk-nepuk bahu Aster cepat saat mereka melewati rumah Aster, memberikan tanda bahwa dia turun disini saja. Dengan cepat Aster menghentikan laju motornya, menuruti saja apa yang Daisy mau, membiarkan Daisy turun dari motornya.
“ini Ster” Daisy menyodorkan helm yang ia pakai kepada Aster “makasih ya”
Dengan sigap Aster menerima helm itu, membiarkan Daisy pergi begitu saja ke arah rumahnya. Sebenarnya Aster ingin sekali memanggil Daisy, mengucapkan kata terimakasih. Tapi untuk sekarang Aster tak bisa, hujan sudah turun dengan begitu deras, Aster tak mau Daisy demam nantinya.
Setelah memastikan Daisy masuk kedalam rumah, dengan cepat Aster memasukkan motornya kedalam pekarangan rumahnya yang gerbangnya sudah sedaritadi dibukakan oleh Mang Jajang.
Setelah memarkirkan motornya, Aster langsung masuk kedalam rumah dengan baju yang basah kuyup. Untung saja kado yang hendak ia berikan ke Fei sudah Daisy masukkan kedalam tasnya yang memang anti air.
“Asterrrr...!” suara nyaring Linda tiba-tiba terdengar.
Linda berjalan cepat kearah Aster dengan baju daster dan celemek yang dipenuhi noda terigu. Aster tebak mamahnya itu pasti tengah membuat kue untuk kejutan ulang tahun Fei nanti malam.
“Aster!, kamu udah renang dimana? Kok renang pake baju seragam sih?” setelah jarak mereka hanya tinggal beberapa langkah Linda kembali melanjutkan ucapannya sambil menatap Aster heran.
Aster terlihat menghela nafas pelan “Aster gak renang mah. Aster kehujanan dijalan”
“kehujanan? Emang diluar hujan?. Untung tadi sore mama udah pindahin jemuran” Linda kembali berkata dengan wajah paniknya.
Aster tampak memaklumi ucapan mamanya barusan, dinding rumahnya ini memang dibuat begitu kokoh, suara hujan petir bahkan badai pun tak akan terdengar kedalam, terlebih ketika gorden dan jendela sudah ditutup, kedap sudah semuanya.
“Fei mana?” kini Aster bertanya dengan was-was, takut jika adiknya itu tiba-tiba datang menghampiri.
“dia udah tidur dari tadi, kayaknya lupa kalo besok ulang tahunnya. Kamu udah dapet kado kan Ster?”
Dengan cepat Aster mengangguk yakin, “udah. Barang yang Fei suka” ucap Aster penuh penekanan.
Kini Linda tampak menghela nafas lega, percaya dengan ucapan Aster barusan karena memang anaknya itu membeli kado bersama Daisy, Daisy pasti menyarankan kado yang sesuai dengan selera Feinda.
Detik berikutnya Linda terlihat membelakakkan matanya, seolah teringat sesuatu “tadi kamu bilang diluar ujan kan? kamu pergi sama si Daisy kan? Dia kehujanan juga?”
Mendengar pertanyaan itu perlahan Aster mengangguk kaku “kehujanan”
“Yaallah Aster... itu anak orang loh, gimana kalo besok si Daisy demam terus Pak Joko gak ngijinin si Daisy buat pergi sama kamu lagi? Bisa bahaya loh, pokoknya jangan sampai itu terjadi, mama gak bakalan rela kalo satu-satunya cewek yang mau deket-deket sama anak mama ini tiba-tiba ngejauh, pokoknya mama gak mau.”
“mama apaan sih,”
“kamu sih. Kan mama dari dulu juga udah nyaranin buat bawa mobil aja, kamu udah dapet SIM ini, jadi pasti aman. Ngeyel sih jadi anak, masih aja bawa motor”
Aster tampak menghela nafasnya, jika sudah membahas mobil mamanya itu pasti akan terus mengoceh tanpa henti. Jujur saja, Aster masih sedikit tak nyaman jika harus membawa mobil kesekolah, bukan ragu dengan skill mengemudinya, Aster sudah sangat ahli dalam hal itu, Aster hanya takut terlihat mencolok dimata orang lain. Lagipula, membawa motor jauh lebih praktis, ia bisa pulang dan pergi dengan waktu singkat dan tak perlu berlama-lama ketika jalanan macet.
“pokoknya besok bawa mobil” ucap Linda terdengar seperti perintah
Dengan cepat Aster menggeleng, tak terima dengan ucapan mamanya barusan “bahasnya nanti aja ma. Mau nganti baju nih, dingin”
Setelah mengucapkan hal itu, tanpa menunggu persetujuan dari Linda Aster langsung beranjak dari posisinya, berlari kearah lantai dua, menuju kamarnya. Meninggalkan Linda yang saat ini hanya bisa menghela nafas pasrah.
Satu jam berlalu dan saat ini Aster sudah menyelesaikan acara bersih-bersihnya, ia sudah mandi dan mengganti bajunya dengan kaos polos hitam yang dipadukan dengan celana selutut berwarna senada.
Perlahan Aster bergerak kepojok ruangan, mendekati tas ranselnya yang kini sudah kering. Dengan hati-hati Aster mengeluarkan barang yang tadi ia beli bersama Daisy, memastikan kado yang sudah dibungkus rapi itu.
Aster menghela nafas lega saat mendapati barang pembeliannya itu terlihat aman.
Detik berikutnya Aster tertegun sesaat, ia belum sempat mengucapkan terimakasih kepada Daisy tadi. Dengan cepat Aster mengambil handphonenya yang ia simpan di rak dinding, berniat mengirimkan pesan kepada Daisy.
Aster
Makasih banyakSetelah mengirimkan pesan itu Aster langsung mematikan handphonenya, lalu meronggoh sebuah kantong plastik yang ia simpan dibagian depan tas ranselnya.
Aster mengamati kantong plastik bertuliskan ‘Toko Antik’ tersebut untuk beberapa saat, lalu didetik berikutnya ia membukanya, meronggoh tiga buah gelang tali yang tadi Daisy perhatikan di toko.
Yap, tanpa berfikir panjang tadi Aster langsung mengambil tiga gelang ini dan membelinya, tanpa sepengetahuan Daisy tentunya.
Tentu saja tadi Aster cukup merasa kesulitan untuk mengalihkan perhatian Daisy, tapi Akhirnya ia bisa. Harga gelang itu cukup fantastis memang jika dibandingkan dengan bentuknya yang mini dan sederhana, tapi Aster yakin pasti ada nilai lebih yang terdapat dalam gelang itu, terlebih bagi Daisy yang menganggap gelang itu mirip dengan gelang pemberian ibunya.
Sebenarnya Aster sendiri belum tau alasan mengapa dirinya mau membeli gelang itu, lebih tepatnya memborong gelang itu. Ntahlah saat itu Aster hanya merasa bahwa dia harus melakukannya, membeli gelang itu untuk Daisy walaupun ia sendiri tak tau kapan harus memberikannya.
Mungkin, walaupun Aster mendapatkan waktu yang tepat ia tetap tak akan memberikannya.
Untuk sekarang, Aster belum memiliki keberanian untuk melakukan hal itu.
.
.
.
.
.
🌼🌼🌼
KAMU SEDANG MEMBACA
Simpul [SELESAI]
Teen FictionHidup itu sederhana, layaknya membentangkan benang. Namun, kita lupa, diluar sana ribuan bahkan milyaran benang dibentangkan, hal itulah yang memperumit. Benang-benang saling bertemu dan membentuk simpul tak jelas, yang bahkan si pembentangnya pun t...