Laila terbangun dari tidurnya dengan seragam sekolah yang masih melekat di tubuh. Sepulang sekolah kemarin ia memang langsung masuk ke kamar dan beristirahat karna kelelahan, bagaimana tidak? Orang dia dihukum untuk membersihkan seluruh bilik wc di SMA Panutan.
Kemarin, Laila langsung tertidur begitu saja, tak mempedulikan seragamnya yang berbau tak sedap karna hukuman yang diberikan oleh Bu Yanti itu.
dalam posisi tengkurap ini Laila dengan mudah melihat jam weker yang diletakkan di meja belajarnya, sudah pukul lima pagi. Perlahan Laila bangkit dari posisinya, rasa kantuk nya sudah hilang, teralihkan oleh rasa tak nyaman karna badannya sudah sangat lengket di tambah lagi dengan keadaan baju dan rambutnya yang sangat lepek.
Laila meregangkan tubuhnya, bangkit dari posisi, dan mulai melangkah untuk membersihkan tubuh.
Tak berselang lama, akhirnya Laila pun menyelesaikan kegiatan bersih-bersihnya. Kini ia tengah mengeringkan rambut dengan handuk yang di gosok-gosokan.
Laila tertegun, ia mengamati tas ransel berwarna kuning cerah yang kini tergeletak di meja belajarnya. Perlahan Laila melangkah mendekat, mengamati tas ransel itu dengan teliti.
Detik berikutnya Laila menepuk jidat. Ia lupa untuk mengantarkan tas itu ke pemiliknya. Dan lagi, dari kemarin ia belum menghubungi Daisy, ia terlalu kelelahan bahkan untuk sekedar menanyakan keadaan sahabatnya itu.
Laila mulai uring-uringan, ia dengan heboh menggeledah kasurnya, mencari keberadaan handphone yang entah di simpan dimana, bantal dan selimutnya ia lemparkan sembarang, tak mempedulikan keadaan kamarnya yang terlihat semakin kacau.
Tak lama Laila menemukan benda hitam berbentuk persegi panjang itu. Secepat kilat ia memencet kontak Daisy dan meneleponnya. Selang beberapa detik hanya suara sambungan monoton yang Laila dengar, tak ada sahutan sama sekali dari sebrang sana, Daisy tak juga mengangkat teleponnya. Bahkan saat percobaan kedua pun tetap sama.
Dengan pasrah Laila menurunkan ponsel nya sambil menghela nafas pelan, ntah kenapa perasaan Laila menjadi tak enak, tiba-tiba saja ia merasa khawatir dengan keadaan Daisy, terlebih karena masalah yang kemarin terjadi kepada Pak Joko di sekolah, Daisy pasti sangat terkejut.
Perlahan Laila berjalan ke ujung ruangan, bergerak mendekati jendela berukuran sedang yang tertutup oleh gorden sederhana. Dengan gerakan cepat Laila menyibak kan gorden jendela kamarnya, didongakkan nya kepala ke atas sana, mengamati langit yang kala itu masih terlihat sedikit gelap.
Mungkin matahari belum muncul, namun tekat Laila sudah bulat, ia sudah sangat khawatir dengan sahabatnya, dia juga sedikit merasa bersalah karena menghilang begitu saja saat sahabatnya mungkin sedang membutuhkan kehadirannya. Tanpa aba-aba Laila berbalik, bergerak mengambil blazer putihnya dan langsung melesat menuju rumah Daisy. Tak lupa ia membawa serta tas kuning Daisy yang tergeletak di meja belajarnya.
🌼🌼🌼
Laila dengan keras menepuk-nepuk pipi Daisy yang saat ini masih tertidur pulas di kasurnya. Tanpa ragu Laila mengerahkan seluruh kekuatannya, tak menghiraukan suara mengerikan yang terdengar setiap kedua tangannya itu menyentuh wajah Daisy. Ya... Bukan, itu bukan tepukkan biasa, hal yang Laila lakukan saat ini lebih tepat jika dibilang tamparan bertubi-tubi, seperti orang yang tengah meluapkan emosinya.
Ntah lah, Laila hanya khawatir dengan keadaan Daisy, terlebih ketika dirinya mendapati wajah Daisy yang terlihat pucat pasi.
Tak butuh waktu lama bagi Daisy untuk bereaksi, ia langsung bergerak menghindar tepat ketika pukulan ke tiga hendak Laila layangkan. Dengan gerakan kilat Daisy menggulingkan tubuhnya, lalu merubah posisinya menjadi terduduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Simpul [SELESAI]
Teen FictionHidup itu sederhana, layaknya membentangkan benang. Namun, kita lupa, diluar sana ribuan bahkan milyaran benang dibentangkan, hal itulah yang memperumit. Benang-benang saling bertemu dan membentuk simpul tak jelas, yang bahkan si pembentangnya pun t...