Dengan sisa tawa yang masih terdengar perlahan rombongan kakak kelas itu mulai menjauh, meninggalkan suasana kelas yang saat ini terasa lenggang. Butuh beberapa detik berlalu sampai akhirnya suasana kelas menjadi ricuh seperti semula, anak-anak kelas kembali sibuk dengan kegiatan masing-masing. Bahkan ada beberapa diantara mereka yang memeberikan semangat kepada Daisy, meminta Daisy agar tak mempedulikan perkataan dari kakak kelas tadi.
Dari awal teman-teman sekelas Daisy memang tak percaya dengan kasus yang menimpa Joko, banyak diantara mereka yang saat ini berada dipihak Daisy, walaupun mereka baru dipertemukan dalam satu kelas beberapa hari yang lalu tapi mereka sudah menunjukkan dukungan mereka kepada Daisy. Tentu hal itu bukan tanpa alasan, Joko sudah pernah mengajar semua teman-teman sekelas Daisy, banyak diantara mereka yang tak percaya dengan kasus yang saat ini menjerat Joko, mereka selalu bilang jika Ayah Daisy itu amat sangat baik, jadi sangat tak mungkin Joko melakukan hal demikian.
“Sy. Lo gak lagi nginget-nginget omongan kakak kelas tadi kan?” tanya Laila tiba-tiba, ia sangat khawatir karena sedari tadi Daisy tampak terdiam diposisinya, ntah memikirkan hal apa.
Perlahan Daisy menoleh kearah Laila, menunjukkan senyum tipis andalannya “engga kok. Gue cuma terharu aja sama dukungan anak-anak kelas, mereka baik banget mau dukung gue yang bahkan gak punya bukti kalo Ayah gak salah” jujur Daisy.
Untuk beberapa saat Laila tampak mengangguk maklum “tapi ya Sy, lo harus hati-hati juga, banyak loh orang yang di depan baik tapi dibelakang beda lagi, mereka lebih bahaya. Gak Cuma itu, lo harus hati-hati juga sama orang yang ngebenci lo secara terang-terangan” saat ini Laila tampak mengalihkan pandangannya kearah Lisa.
Dengan raut tak suka Laila memperhatikan gerak-gerik cewek sok cantik itu, ntah kenapa Laila merasa bahwa kedatangan kakak kelas tadi ada hubungannya dengan Lisa. Saat tengah fokus-fokus nya memperhatikan Lisa, dengan santunnya Rifky berlalu di hadapan Lisa, secara spontan langsung menghalangi arah pandang Laila.
Saat ini target Laila berganti, kali ini ia dengan sangar memperhatikan gerak-gerik Rifky yang hendak duduk di bangkunya dengan wadah cilok yang ia ayun-ayunkan, mata Laila menyorot Rifky penuh dendam, membidiknya dengan tatapan tak suka.
Dengan kesal Rifky menaruh wadah ciloknya di atas meja Agung dan Ikhlas, membuat tiga pasang mata itu menatapnya Rifky secara serentak, sejenak menghentikan kegiatan mereka yang saat ini tengah kembali menyantap bekal masing-masing.
“elo kenapa sih Rif? Yang di sindir sama kakak kelas tadi itu si Daisy, kok jadi elo yang marah-marah” tanya Agung kesal,
Agung berbicara dengan kedua jari yang sibuk menari diatas papan ketik handphonenya, dengan pengertian membalas satu persatu pesan dari beberapa followers nya yang mempertanyakan alasan Agung menghentikan live secara tiba-tiba. Ya, Agung memang langsung mematikan live instagramnya saat sadar bahwa Agis mungkin akan menimbulkan keributan.
“elo sih Ster” ucap Rifky kesal, ia sama sekali tak menghiraukan ucapan Agung tadi.
Saat ini Rifky tampak menatap Aster kesal, menyorotnya tak suka seolah Aster lah yang harus bertanggung jawab atas semua hal yang baru saja terjadi.
“kok jadi si Aster?” Tanya Agung bingung, mewakilkan pertanyaan yang mungkin akan Aster lontarkan jika tak malas.
Walaupun saat ini Aster tengah menunjukkan wajah datar tanpa ekspresinya, tapi Agung yakin sebenarnya Aster terusik dengan perkataan Rifky barusan, namun Aster lebih memilih diam, tak meladeni kekesalan Rifky.
Dengan kesal Rifky tampak menghela nafasnya “kalo tadi si Aster mau nganter gue jualan ke kantin mungkin hal kayak tadi gak bakal kejadian. Kasian tau si Daisy, lo gak kasian apa Ster?”
Tak ada respon dari Aster, ia dengan santai dan tanpa ekspresi terus menyantap bekal nya, bersikap seolah tak mendengarkan ucapan Rifky barusan padahal sebenarnya kepikiran.
Kesal melihat Aster yang sama sekali tak memberikan respon, dengan sinis Rifky kembali melanjutkan ucapannya “gue lupa, elo kan gak punya hati”
Mendengar itu dengan kesal Aster meletakkan sendok makannya, menimbulkan suara berdesing yang cukup keras, membuat Agung Ikhlas bahkan Rifky terkejut dengan hal itu.
Menyadari situasi yang mulai memanas, dengan suara lembutnya Ikhlas mulai angkat suara “udahlah, yang udah terjadi gak usah di omongin lagi, gak bisa kita ubah juga kan. Mending lanjut makan yok, supaya gak mag kaya si Daisy”
“nahh… ini ni” seru Agung riang “gue gak setuju. Apaan coba lanjut makan, mending kita saling sindir menyindir kayak tadi, atau engga saling baku hantam. Lumayan kan gue bisa jadiin itu konten, kalo dapet uang ntar gue bagi-bagi” ucap Agung bersemangat dengan wajah tanpa dosa nya.
Mendengar hal itu dengan sekuat tenaga Ikhlas menginjak kaki Agung, melampiaskan kekesalannya tanpa ampun.
“Yuk Ster baku hantam” ajak Rifky Riang “di rooftop belakang sekolah kayaknya enak tuh buat adu tinju”
Kali ini Ikhlas berhenti menginjak kaki Agung, kedua bola matanya kini membulat sempurna, tubunya seketika lemas mendengar ucapan Rifky barusan. Sementara itu, disebelah Ikhlas Agung tampak bersemangat, kedua matanya terlihat berbinar, membayangkan jutaan penonton yang mungkin akan tertarik dengan kontennya.
Lain hal nya dengan Aster, setelah berhenti memakan bekalnya Aster langsung meraih handphonenya, membuka nya dengan perasaan bimbang. Saat ini layar ponsel Aster menampilkan sebuah ruang chat antara dirinya dengan Daisy, Setelah beberapa saat bergelut dengan keraguannya akhirnya Aster mengambil satu keputusan. Mengetikkan sebuah pesan singkat lalu mengirimnya kepada Daisy.
Aster
Nanti kumpul Kelompok Tersirat pulang sekolah
Semangat!Setelah mengetikan pesan itu degan cepat Aster langsung mengirimnya, setelah pesan itu benar-benar terkirim dengan cepat Aster langsung mematikan ponselnya, saat ini ia merasa malu dengan dirinya sendiri. Butuh waktu beberapa saat sampai akhirnya Aster sadar bahwa dirinya telah bertingkah aneh, lagi-lagi Aster lupa dengan wataknya yang biasanya tak mempedulikanorang lain. Bukankah apa yang Aster lakukan barusan terlalu berlebihan?, dirinya memberikan perhatian yang sebelumnya belum pernah ia lakukan.
Setelah sadar bahwa ada sesuatu yang salah, dengan cepat Aster kembali menyalakan handphonenya berniat menarik kembali pesan yang tadi ia kirimkan. Namun, niat Aster tersebut seketika diurungkan saat dirinya mendapati pesan yang ia kirimkan sudah dibaca oleh Daisy.
Dengan pasrah Aster tampak menghela nafasnya, detik berikutnya ia menoleh kearah bangku Daisy, penasaran dengan respon yang saat ini Daisy tunjukkan, apakah mungkin dia akan jijik atau terlihat biasa saja.
Aster menoleh kea rah Daisy bersamaan dengan Daisy yang juga hendak menoleh ke arahnya. Secara tak sengaja pandangan mereka kembali bertemu untuk kedua kali nya, saling menatap tanpa ada satu kata pun yang terlontar dari mulut masing-masing.
“lo chattingan sama si Daisy?” tanya Rifky tiba-tiba, secara otomatis langsung membuat kontak mata antara Aster dan Daisy terputus.
“ciee saling tatap-tatapan kaya film india, acikiwirrr” goda Agung dengan wajar super menyebalkannya.
Menyadari hal itu secara spontan raut wajah Aster berubah masam, ia lupa bahwa saat ini dirinya dikelilingi oleh ketiga teman-temannya. Tanpa sadar Aster mulai bergerak salah tingkah, sedikit aneh dengan perasaan asing yang saat ini ia rasakan.
.
.
.
.
.
🌼🌼🌼
KAMU SEDANG MEMBACA
Simpul [SELESAI]
Teen FictionHidup itu sederhana, layaknya membentangkan benang. Namun, kita lupa, diluar sana ribuan bahkan milyaran benang dibentangkan, hal itulah yang memperumit. Benang-benang saling bertemu dan membentuk simpul tak jelas, yang bahkan si pembentangnya pun t...