"ada yang namanya Daisy?" suara lantang itu terdengar dari arah pintu, membuat seluruh penghuni kelas menoleh secara bersamaan.
Daisy yang saat itu tengah memakai tas ranselnya sontak membulatkan mata, menatap kearah pintu dengan wajah tak percaya, bagaiamana bisa Dito datang kekelasnya, jika seperti ini Daisy pasti akan menjadi pusat perhatian, dan Daisy tak suka akan hal itu.
Mata Daisy semakin membulat sempurna saat semua pasang mata beralih menatapnya secara serentak, menyadari hal itu, dengan cepat Daisy melipat tangannya diatas meja, lalu menenggelamkan wajahnya diatas sana, untung saja saat ini rambutnya dibiarkan terurai, jadi beberapa bagian wajahnya tak terlalu terlihat dalam posisi seperti ini.
Laila menyenggol Daisy dengan siku nya "si lo ngapain sih" bisi Laila "kak Dito udah ngeliat elo"
Daisy masih bergeming, tak menghiraukan ucapan Laila. sebelum akhirnya seseorang menepuk punggungnya.
"La, bilang aja Daisynya dah pulang La" bisik Daisy.
"gue tau itu elo, Daisy" bisik Dito yang entah sejak kapan ada di dekatnya.
Daisy merutuki dirinya sendiri, malu dengan apa yang baru saja ia katakan. perlahan Daisy mulai mendongakkan wajahanya, melirik Dito yang saat ini berdiri di sampingnya. posisi Dito saat ini membelakangi Aster, jadi Daisy tidak bisa melihat dengan jelas bagaiaman reaksi anak itu.
"pesan gue kok gak dibales? telepon juga, kok gak diangkat?" tanya Dito dengan suara yang cukup keras, seolah sengaja meninggikan suaranya agar terdengar oleh seisi kelas.
Daisy masih diam, dari posisinya saat ini ia bisa mendengar beberapa orang tampak berbisik-bisik, terkejut dengan apa yang baru saja Dito katakan.
Kehadiran Dito dan Raksa di kelas mereka saja sudah sangat menggemparkan, ditambah lagi dengan ucapan Dito barusan yang seolah mengumumkan pada semua orang bahwa dirinya dan Daisy memiliki hubungan spesial.
Dito tampak hendak kembali berkata namun kembali diurungkan saat Raksa berjalan mendekatinya, membisikkan sesuatu tepat ditelinga Dito.
"si Daisy gak bakalan nyaman kalo lo ngamongnya pake toa gini, apalagi dihadapan temen-temennya. lo janjian bawa dia ketaman kan?" bisik Raksa setengah kesal.
Dito tampak menghela nafas pelan, padahal dia sengaja memanas-manasi Aster, tapi demi kebaikan Daisy, ia pun memilih untuk menurut saja kepada Raksa.
Perlahan Dito meraih pergelangan tangan Daisy, menggenggamnya. "ikut gue bentar. gak mau jadi pusat perhatian kan?"
Daisy tampak menolak pergerakan Dito yang mulai menariknya, namun detik berikutnya ia memilih untuk pasrah saja, ia sangat tak mau jadi pusat perhatian.
Daisy bangkit dari posisinya dengan salah satu tangan yang masih digenggam Dito, sebelum dirinya pergi, Daisy menyempatkan diri untuk menatap kearah Aster, takut jika Aster mungkin akan kecewa kepadanya karena telah melanggar janji. Namun, semua jauh dari perkiraan Daisy, Aster sama sekali tak menoleh kearahnya. Berbeda dengan anak-anak lain yang menjadikan Daisy sebagai tontonan, Aster justru fokus nencatat materi di papan tulis, ia terlihat tak peduli kepada apa yang menimpa Daisy. Dan ntah kenapa Daisy merasa kecewa.
Daisy mengikuti langkah Dito dengan pasrah, dibelakangnya Raksa pun ikut keluar, membuntuti Dito dan Daisy.
Setelah kepergian Daisy, beberapa seruan heboh mulai terdengar dipenjuru kelas, beberapa dari mereka bahkan mengaku iri kepada Daisy, terlebih ketika melihat Dito menjingjing sebuah godybag bergambarkan bunga daisy yang mereka tebak adalah hadiah yang akan Dito berikan pada Daisy. ada juga yang heboh sendiri membuat beberapa konspirasi-kospirasi tentang hubungan Daisy dan Dito. Tadi, Rifky bahkan ikut keluar kelas, membuntuti Daisy, Dito dan Raksa dengan gelagat seperti seorang detektif abal-abal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Simpul [SELESAI]
Novela JuvenilHidup itu sederhana, layaknya membentangkan benang. Namun, kita lupa, diluar sana ribuan bahkan milyaran benang dibentangkan, hal itulah yang memperumit. Benang-benang saling bertemu dan membentuk simpul tak jelas, yang bahkan si pembentangnya pun t...