Setelah Pak Rudi Pergi, untuk beberapa saat ruangan tampak lenggang, semua sibuk dengan fikiran masing-masing, tak ada satu pun yang berniat untuk beranjak dari sana.
Tak lama, suara deritan kursi yang digeser terdengar, seolah memecah kesunyian. Suara itu berasal dari bangku yang tadinya di duduki Dito.
"Gue gak setuju!" Ucap Dito tiba-tiba, kini ia mulai beranjak dari kursinya, bergerak maju dan berdiri tepat pada posisi yang sama dengan Pak Rudi tadi.
"Gue yakin, kalian juga pasti—"
"Gue setuju!"
Suara tegas seorang wanita terdengar, dengan beraninya menyela perkataan Dito. Dia adalah Kanya, satu-satunya perwakilan wanita dari angkatan Dito. Kanya termasuk orang yang tegas dan sangat realistis, dia juga termasuk kakak kelas yang cukup terkenal, terbukti dengan pengikut media sosial nya yang sudah ribuan.
"Dit, apa yang diucapin sama Pak Rudi itu bener" Lanjut Kanya lagi, pembawaannya memang masih tetap santai, tapi jelas kedua bola matanya itu menatap Dito serius.
"Gimana kalo si Daisy gak sengaja denger apa yang kita omongin kemarin? Bisa bahaya"
Decakan pelan kini terdengar dari mulut Dito "Kalo emang yang di omongin lo bener, kita bisa kok tutup mulut si Daisy"
"Caranya?" Tanya Kanya spontan diikuti tatapan penasaran semua orang.
Kini senyum sinis tergambar dibibir Dito, senyum yang terlihat seolah meremehkan "kasih aja si Daisy uang, yakin gue di bakal tutup mulut. Kaya Ayahnya"
Semua orang kini tampak membulatkan matanya, tak menyangka bahwa Dito akan berkata demikian.
Termasuk Aster, saat ini kedua tangannya terkepal kuat, amarahnya seketika timbul saat Dito dengan santainya menjelek-jelekan orang yang ia kenal.
Namun, belum sempat ia membalas ucapan Dito, pergerakannya kembali terhenti saat melihat Kanya menggeser bangku yang ia duduki dengan kekuatan penuh, menimbulkan bunyi berdebum yang cukup kencang.
Semua mata kini tengah memperhatikan pergerakan Kanya, termasuk Aster yang kini juga tengah mengamatinya sambil berusaha meredam kembali amarahnya.
Dengan beraninya Kanya bergerak mendekati Dito, menatapnya dengan sorot yang susah di artikan, seolah amarah dan kekecewaan menyatu di sana.
"Gue gak nyangka lo ngomong gitu Dit" Ucap Kanya saat posisinya hanya berjarak satu langkah saja dengan Dito.
"gue adalah orang yang paling gak percaya waktu Pak Joko kena kasus itu, gue fikir lo sama kayak gue Dit" Kini Kanya tampak menggelengkan kepalanya tak percaya "Tapi ternyata engga"
Setelah mengucapkan hal itu, dengan cepat Kanya beranjak dari hadapan Dito, lalu pergi begitu saja dengan langkah panjangnya.
Dengan wajah datarnya Dito kembali berdecak pelan, terlihat seolah tengah meremehkan ucapan Kanya barusan.
"Kak"
Kini giliran Aditya yang angkat suara, seolah meminta perhatian pada semua orang. Aditya memang satu angkatan dengan Aster, dan hubungan mereka pun cukup akrab, bisa dibilang Aditya lah satu-satunya orang yang dekat dengan Aster di kelompok ini.
Dengan hati-hati Aditya bangkit dari duduk nya, pergerakannya sangat perlahan, seolah takut menimbulkan kegaduhan seperti apa yang dilakukan Kanya beberapa saat lalu.
Wajah Aditya kini terlihat tak karuan, Aster yakin Aditya pun pasti tak menyangka dengan kata-kata yang tadi Dito ucapkan.
"Aditya izin masuk ke kelas duluan"
KAMU SEDANG MEMBACA
Simpul [SELESAI]
Fiksi RemajaHidup itu sederhana, layaknya membentangkan benang. Namun, kita lupa, diluar sana ribuan bahkan milyaran benang dibentangkan, hal itulah yang memperumit. Benang-benang saling bertemu dan membentuk simpul tak jelas, yang bahkan si pembentangnya pun t...