45-Panik dan Khawatir

6 1 0
                                    

Aster terbangun dari tidurnya saat suara tinggi mamanya terdengar dari balik pintu kamar, Linda mengetuk pintu kamar Aster sambil berteriak heboh, seolah ada hal genting yang harus diselesaikan dengan cepat.

Aster bangkit dari posisinya sambil menghela nafas kasar, untung saja demamnya sudah hilang sedari tadi, jika tidak mungkin amarah Aster akan bertambah dua kali lipat.

Dengan malas Aster memutar kunci pintu kamarnya lalu membuka daun pintu dengan gerakan perlahan.

"ada apa sih mahh?" tanya Aster dengan suara seraknya, kedua matanya masih belum terbuka sempurna, rasa kantuk masih menguasai.

"kamu tau hari ini si Daisy pergi kemana?" tanya Linda panik, tanpa basa-basi langsung menodong Aster dengan pertanyaan inti.

Aster mengernyit, dengan susah payah berusaha membuka sebelah matanya "gak tau" jawabnya risih "emang kenapa?"

Mendengar jawaban Aster barusan, tanpa sadar linda memijat keningnya, raut khawatir terlihat semakin jelas disana. "aduhh... itu calon mantu mama kemana perginya" gumam Linda.

Aster semakin mengernyit bingung, kedua matanya yang masih belum terbiasa dengan cahaya itu berusaha dibuka "ada apa?"

Kini Linda tampak menatap Aster serius, "tadi Pak Joko kesini, dia nanyain Daisy ke kamu. Ya, mama bilang aja kalo kamu gak kesekolah"

"gimana?" tanya Aster lagi, masih belum bisa mencerna dengan baik arah pembicaraan mamanya.

Dengan kesal Linda tampak menghela nafasnya "Daisy belum pulang"

Mendengar hal itu, sontak kedua mata Aster terbuka lebar. Dengan cepat ia menoleh pada jam yang tertempel di dinding kamarnya, waktu sudah menunjukkan pukul tujuh lebih, hari tentu saja sudah gelap, dan Daisy masih belum pulang dari sekolahnya.

Tanpa pikir panjang Aster mulai mendekati kasurnya dengan langkah panjang, meraih ponselnya lalu segera menghubungi Daisy.

Selang beberapa detik hanya ada suara monoton yang terdengar dari ponsel Aster sebelum akhirnya suara operator terdengar, Daisy tidak mengangkat panggilannya. Hal itu tentu saja membuat Aster mendesah pelan, menyadari ponsel Daisy sulit untuk dihubungi membuat Aster semakin merasa khawatir.

Dengan panik Aster membuka whatsAppnya, membuka grup yang beranggotakan dirinya dan ketiga teman dekatnya, berniat untuk menanyakan Daisy. Namun, sebelum jari-jari Aster mengetikkan sesuatu di papan ketiknya, sebuah kiriman Vidio dari Rifky tiba-tiba saja membuat pergerkannya berhenti, dibawah vidio Rifky mengetikkan pertanyaan yang mempertanyakan apakah orang yang ada dividio itu adalah Daisy.

Dengan cepat Aster membuka vidio itu, dengan wajah tak percaya ia melihat tubuh mungil Daisy memeluk perawakan Dito, lebih tepatnya berusaha menenangkan kakak kelasnya itu.

Tanpa sadar tangan Aster terkepal kuat saat melihat Dito memukuli punggung Daisy. Aster sangat tau, punggung Daisy belum sepenuhnya pulih, dan Dito terlihat menambah rasa sakit pada tempat yang sama. Amarah Aster tiba-tiba saja pulih, terlebih ketika ia ingat dengan kenyataan bahwa Dito selalu menjelek-jelekan Daisy.

Tanpa fikir panjang Aster menyambar kunci mobil yang tergeletak dinakas tempat tidurnya, meraih jaket abu yang ada di kasurnya, dan melesat pergi keluar kamar, meninggalkan mamanya yang saat ini mematung dengan raut tak percaya.

Untuk beberapa saat situasi tetap sama, sebelum akhirnya Linda tersadar dari lamunannya saat punggung Aster sudah melesat cukup jauh.

"mau kemana?" teriak Linda diposisinya

"keluar sebentar" jawab Aster ditengah langkahnya.

Dengan tergesa Aster berjalan menuju garasi, mendekati mobil dengan warna super white miliknya.

Simpul [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang