"Gue mau bantu lo kak" Ucap Aster yakin, langsung pada inti pembicaraan. Saat ini Aster sengaja berbicara dengan suara lebih halus, dengan tujuan agar Dito mau menerima bantuannya.
Dengan cepat Dito bereaksi, salah satu alisnya terangkat, perlahan ia menoleh ke arah Aster dengan ekspresi penuh tanya.
"Bantu?" Tanya Dito ragu "perasaan gue gak pernah minta bantuan" Lanjut Dito lagi, kembali menunjukan sikap keras kepalanya.
Mendapati respon yang seperti itu, perlahan Aster mengulas senyumnya. Sebenarnya sikap yang Dito tunjukan barusan cukup membuatnya muak, tapi jujur saja, untuk kali ini Aster harus menahannya, ia tak boleh memperburuk keadaan, dan memilih untuk memaklumi sikap Dito.
"Iya. Gue mau bantu lo" Ulang Aster lagi, "ini menyangkut perkumpulan kita, kelompok tersirat".
Untuk beberapa saat Dito tampak semakin tak karuan, kedua alisnya mulai tertaut, masih belum mengerti dengan maksud perkataan Aster. Detik berikutnya, dengan kesal Dito menghela nafas frustasi, mulai tak sabaran.
"Lo bisa gak ngomong yang jelas? Langsung ke inti. Bisa?" Cecar Dito.
Lagi, Aster kembali mengulas senyum tipisnya "Biar gue yang ngasih tau Daisy soal hasil diskusi sekarang" Jawab Aster, sesuai permintaan Dito, langsung ke inti.
Dito tampak mendengus cukup keras, terlihat meremehkan ucapan Aster. "lo fikir gue setuju sama keputusan tadi?. Lo fikir gue mau ngebujuk si Daisy? Ngajak dia jadi anggota kelompok tersirat gitu?" Tanya Dito bertubi-tubi.
Kedua alis Aster bertemu, menatap Dito heran "kak. Lo fikir kita peduli sama pendapat lo? Semua anggota kelompok tersirat setuju sama keputusan Pak Rudi. Ya, kecuali elo"
Dito terlihat mengeraskan rahangnya, tampak tersinggung dengan apa yang baru saja Aster ucapkan. Detik berikutnya Dito terlihat menarik nafasnya perlahan, berusaha meredam emosinya. Untuk saat ini, mungkin Dito memang harus mengalah.
"Biar gue yang ngasih tau si Daisy" Ucap Dito akhirnya, masih dengan sisa kekesalan yang kentara.
Menyadari respon Dito yang diluar dugaan, perlahan Aster menegakkan tubuhnya "serius?" Tanya Aster tak yakin. "Gue aja"
Perlahan Dito menoleh ke arah Aster dengan kedua mata menyipit "kok lo—" Jeda sesaat, Dito tak melanjutkan ucapannya, ia seolah baru teringat sesuatu "lo pacar nya si Daisy?"
Mendapati pertanyaan yang diluar dugaan, refleks Aster menggelengkan kepalanya dengan gerakan cepat "gue cu—"
"Gue baru inget. Kemarin sore, waktu si Daisy pingsan, elo adalah orang paling panik yang gue liat" Sanggah Dito cepat.
Perlahan Dito merubah posisinya, tubuhnya ia hadapkan sepenuhnya ke arah Aster, dengan kedua mata yang menyorot serius.
"Lo takut si Daisy kenapa-napa lagi?" Tanya Dito langsung pada inti.
"Kak. Coba deh lo fikir-fikir lagi. Kalo elo gak berhasil ngebujuk si Daisy, semua bakalan jadi lebih ribet. Dan lo bisa bayangin sendiri apa yang nanti bakal Pak Rudi lakuin" Ucap Aster yakin.
Pandangan Dito kini meredup, ekspresi nya mulai melunak, kini ia mengalihkan pandangannya, terlihat tengah menimbang-nimbang keputusan yang akan di ambil selanjutnya. Mau bagaimana pun, ucapan Aster ada benarnya, Dito tidak yakin dirinya bisa membujuk Daisy dengan mudah. Dan lagi, jika dirinya gagal, mungkin Pak Rudi akan sangat kecewa padanya.
Perlahan, Dito kembali mendongak ke arah Aster "jadi. Menurut lo gue gak bisa ngebujuk si Daisy?" Tanya Dito masih dengan logat songong nya.
"Iya"
KAMU SEDANG MEMBACA
Simpul [SELESAI]
Teen FictionHidup itu sederhana, layaknya membentangkan benang. Namun, kita lupa, diluar sana ribuan bahkan milyaran benang dibentangkan, hal itulah yang memperumit. Benang-benang saling bertemu dan membentuk simpul tak jelas, yang bahkan si pembentangnya pun t...