24-Bantuan Terakhir

23 1 0
                                    

Setelah punggung Aster benar-benar menjauh dan menghilang dibalik tembok dibawah sana, dengan Gerakan cepat Daisy kembali memegangi perutnya. Mau sekuat apa pun Daisy berpura-pura baik-baik saja, tubuhnya tak bisa bohong. Rasa sakit itu masih terus terasa.

Namun, sekali lagi Daisy harus kuat, ia harus segera turun kebawah.

Dengan sekuat tenaga Daisy kembali mengeratkan cengkramannya pada pinggiran tangga, menjadikannya tumpuan agar bisa bangkit dari posisi nya dengan mudah. Perlahan Daisy mulai mengangkat tubuhnya, berusaha bangkit dari posisinya.

Belum sempat tubuhnya berdiri sempurna, pergerakan Daisy kembali terhenti ketika rasa sakit mulai menjalar di punggungnya, rasa sakit bekas kejadian beberapa hari lalu kembali terasa, membuat Daisy secara spontan meringis kesakitan dan kembali terduduk di anak tangga dengan keadaan tubuh yang sudah lemas.

Jujur saja, keadaan Daisy belum sepenuhnya pulih, ia tentu saja masih membutuhkan istirahat. Tapi jika hari ini Daisy tak masuk sekolah pastinya orang-orang akan menganggap bahwa Daisy malu dengan kasus yang terjadi kepada Ayahnya. Daisy tak mau itu terjadi, Daisy tak mau orang-orang berasumsi bahwa Ayahnya memang salah.

Mungkin semuanya akan baik-baik saja jika Daisy memakan bekalnya dan tak banyak melakukan pergerakan. Tapi apa boleh buat, semuanya sudah terjadi, menyesali hal itu tak membuat rasa sakit Daisy berkurang, malah mungkin membuat tubuh Daisy lebih lemas seperti sekarang.

Dengan susah payah Daisy berusaha menarik nafas nya dalam-dalam, berusaha mengstabilkan deru nafasnya yang sudah terdengar berantakan. Daisy menarik kata-kata nya tadi yang bilang bahwa rasa sakit ini pernah ia rasakan, karna nyatanya jelas-jelas rasa sakit yang ia rasakan kali ini jauh lebih menyiksa, semua anggota tubuhnya seolah mau rontok, Daisy bahkan tak memiliki sedikitpun tenaga, tubuhnya sangat lemas.

Di saat-saat seperti inilah Daisy baru sadar bahwa dirinya membutuhkan pertolongan. Daisy tak akan bisa menuruni tangga sendiri, ia bahkan tak punya tenaga untuk meminta pertolongan, harusnya tadi Daisy meminta pertolongan saja kepada Aster, bukan bertingkah seolah dirinya baik-baik saja.

Daisy amat sangat membutuhkan pertolongan sekarang, dalam situasi seperti ini otaknya tak bisa di ajak berkompromi, sulit baginya untuk menemukan jalan keluar. Jika saja Daisy membawa handphonenya mungkin sudah sedari tadi ia menghubungi Laila.

Tubuh Daisy semakin terasa tak karuan, tangannya bahkan tak bisa lagi berpegangan pada pinggiran tangga, ia sudah kehabisan tenaga saat ini. Satu-satunya hal yang bisa Daisy lakukan adalah menyuarakan permintaan pertolongan walau dia tau tak akan ada orang yang bisa mendengar suara pelannya.

Dengan sekuat tenaga Daisy berusaha berseru meminta pertolongan ditengah ringisannya, walaupun suara yang ia keluarkan terdengar seperti bisikan, tapi Daisy terus berusaha, ia hanya berharap seseorang menemukan keberadaannya.

Sementara itu, Setelah menuruni tangga rooftop Aster memang langsung berbelok menuju koridor kelas IPS. Namun, ia tak langsung beranjak dari sana, Aster mematung beberapa saat setelah berbelok satu langkah menuju koridor IPS. Dirinya merasa ada yang aneh dengan keadaan Daisy, ia sangat yakin bahwa tadi Daisy tampak sedang memegangi perutnya. Walaupun tingkat kepekaan Aster sangat minim, tapi ntah kenapa Aster merasa bahwa saat itu Daisy tengah kesakitan. Lagi pula, apa coba yang dilakukan Daisy disana, Aster yang sekedar melewati tangga itu saja merasa pengap apalagi Daisy yang terduduk disana.

Rasa tak tenang kini mulai menyelimuti diri Aster, ia sangat mengkhawatirkan keadaan Daisy tapi tak berani untuk kembali berbalik ke posisi Daisy tadi, bagaimana jika sebenarnya Daisy baik-baik saja, Aster pasti akan susah untuk mencari alasan.

Di tengah ke khawatirannya, tiba-tiba saja Aster teringat sesuatu, ia bisa memastikan terlebih dahulu apakah Daisy memang memiliki penyakit bawaan atau mungkin takut akan ketinggian. Ia tentunya memiliki teman yang mungkin saja lebih mengenal Daisy dari pada dirinya. Ya, siapa lagi jika bukan Agung.

Simpul [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang