28- Jadi Beli Cilok Rifky Gak?

17 1 0
                                    

Hari ini waktu istirahat pertama Aster ia lalui dengan perasaan risih. Bagaimana tidak? Sedari tadi Rifky terus menarik-narik tangannya sambil merengek minta di antar jualan di kantin. Sebenarnya Aster selalu igin membantu Rifky, tapi jika hal itu berkaitan dengan kantin dirinya benar-benar angkat tangan. Walaupun Aster sudah ada niat untuk merubah dirinya agar lebih berani datang ke tempat ramai tapi ternyata melakukannya tak semudah yang ia bayangkan, Aster masih selalu malas jika harus berhadapan dengan tempat yang di datangi oleh banyak orang. Terlebih karena hari ini tak ada jamkos jadi Aster mungkin akan kerepotan dan tak menikmati waktu istirahat.

“Ster ayolah Sterr, cilok gue masih banyak nih. Entar gue traktir deh”

Tak ada respon dari Aster, ia sama sekali tak menghiraukan rengekkan Rifky dan memilih untuk memutar bangkunya agar menghadap ke meja belakang, tepatnya kearah bangku Ikhlas dan Agung yang saat ini sudah siap dengan bekal masing-masing dimeja mereka.

“kok malah pada makan sih? Gak kasian apa lo pada sama gue” lagi-lagi Rifky merengek, menatap ketiga temannya dengan ekspresi berlebihan.

“ah lo ma Rif, dari tadi gue sama si Ikhlas nawarin bantuan lo nya nolak, lo bilang cuma mau sama si Aster. Eh sekarang waktu kita mau makan lo malah bersikap seolah-olah kita gak peduli sama lo. hadehhh Rifky Rifky”

Dengan santai Agung berbicara panjang lebar dengan kedua tangan yang sibuk menyusun beberapa buku tebal dihadapannya, lalu menyenderkan hanphone kesayangannya dan mulai menyalakan vitur live di instagramnya. Setelah itu Agung mulai membuka tutup tempat makannya, mulai melahap makanan layaknya seorang yutuber yang sering membuat konten mookbang.

“temen laknat lo Gung, orang lagi kesusahan elo malah live ig. Gak berperi kepersahabatan lo Gung” protes Rifky ngawur

Tak ada jawaban, tiga manusia yang kini ada dihadapan Rifky tengah sibuk dengan santapan mereka masing-masing. Tak mempedulikan keadaan Rifky saat ini.

Sadar bahwa tak ada satu pun yang merespon ucapan Rifky, perlakan Ikhlas mulai mendongakkan kepalanya, mengalihkan pandangannya kearah Rifky.

“Rif, bener kata si Aster tadi. Waktu istirahat bentar, kita gak punya jamkos. Mending sekarang lo makan bekel lo juga, nanti istirahat kedua baru kita jualan, gimana?”

Mendengar perkataan Ikhlas barusan perlahan hati Rifky mulai sedikit tenang, lega karena akhirnya ia mendapat kan saran yang sangat mudah di terima.

“gimana?” tanya Ihklas berusaha memastikan.

“tapi lo pada janji kan bakal batu gue jualan pas istirahat kedua?”

“iya Rifky. Udah solat dzuhur nanti kita keliling” jawab Aster yakin tanpa menunggu persetujuan dari Aster dan Agung

Mendengar jawaban itu sontak kedua mata Rifky kembali berbinar, semangatnya kini mulai bangkit. Dengan gerakan cepat Rifky pun mulai membalikkan kursinya ke arah bangku Agung dan Ikhlas, mulai menyantap bekal yang mereka bawa masing-masing.

Selang beberapa menit semuanya tampak bak-baik saja, Aster dan ketiga temannya menyantap bekal makanan mereka dengan khidmat tanpa ada gangguan. Namun, beberapa saat kemudian fokus mereka mulai teralihkan kepada Lisa yang kini tengah berdiri di samping kursi Rifky, menepuk-nepuk bahu Rifky tak sabaran.

“apaan sih lo ketombe, ganggu makan gue aja” gerutu Rifky risih,

“depan kelas ada Kak Agis” ucap Lisa terburu-buru

“terus apa hubungannya sama gue? Gue gak ada urusan sama dia”

“dia nanyain cilok lo Rif, katanya kenapa elo gak jualan di kantin” tutur Lisa,

Simpul [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang