41-Perkumpulan Kedua

14 2 0
                                    

kaki Daisy sudah menginjak anak tangga terakhir dan bersiap untuk berbelok ke ruang lab fisika sebelum akhirnya secara tiba-tiba suara bariton khas Pak Rudi terdengar, memanggil namanya.

mendengar hal itu sontak Daisy menghentikan langlahnya, dengan cepat ia menoleh kebelakang, menatap santun Pak Rudi yang saat ini tengah menaiki anak tangga, bergerak mendekati Daisy.

"tunggu sebentar Sy" seru Pak Rudi ditengah langkahnya.

Daisy menurut, dengan setia ia menunggu Pak Rudi sampai dihadapannya lalu bertanya.

"ada apa pak" tanya Daisy santun, perlahan ia melirik tumpukan kertas folio berukuran besar yang tengah dipeluk Pak Rudi "ada yang bisa Daisy bantu?"

Pak Rudi mengembangkan senyum tipisnya, "tadinya Bapa manggil kamu supaya bisa masuk ke lab fisika bareng, tapi karna kamu nawarin bantuan Bapak gak bisa nolak"

kini Pak Rudi tampak menyodorkan tumpukan lebaran kertar hvs kearah Daisy, membaginya menjadi dua bagian dan meletakkan separuh kertas itu pada tangan Daisy yang memang sudah siap sedari tadi.

setelah kertas-kertas itu terpegang sempurna, barulah Pak Rudi dan Daisy kembali melanjutkan langkah mereka, bergerak menuju pintu utama ruang lab fisika dengan langkah ringan mereka.

tak seperti yang Daisy kira, ternyata di lab fisika sudah banyak orang yang terududuk manis, Daisy tebak, mereka pastinya adalah anggota tetap kelompok tersirat. Beberapa wajah yang Daisy lihat sebenarnya tampak tak asing, tapi Daisy tidak benar-benar mengenal mereka, ia hanya tau wajah tapi tidak dengan nama. Ya, kecuali Dito.

“simpen disini aja Sy” perintah Pak Rudi terdengar, suaranya secara tidak langsung mengisi seluruh ruangan lab fisika yang sedari tadi terasa lenggang.

Pak Rudi berkata sambil menunjuk sebuah meja kecil yang terletak didekat pintu utama, menyuruh Daisy untuk menyimpan lembaran kertas folio itu disana.

Setelah semua lembaran kertas itu Daisy letakkan diatas meja, dengan gerakan pelan Pak Rudi memalingkan kepalanya kearah deretan bangku lab yang tersusun saling berhadapan, memberikan isyarat kepada Daisy untuk segera duduk disana, menyusul beberapa anggota lain yang sudah terduduk rapi.

Dengan santun Daisy mengikuti perintah Pak Rudi, ia terduduk pada bangku kosong yang terletak  dibagian ujung barisan. Sebelum Daisy benar-benar terduduk dikursinya, ia menyempatkan diri untuk membalas senyuman manis seorang siswa perempuan yang terduduk disamping bangkunya, tak banyak yang Daisy tau tentang wanita yang ada disampingnya ini, ia hanya tau bahwa wanita itu satu angkatan dengan Daisy.

Sementara itu, didepan sana mata elang Dito membidik sinis kearah Daisy, sorot matanya seolah memberikan peringatan bahwa Daisy sudah melakukan kesalahan besar karena duduk tepat dihadapannya.

“sinis amat liatnya” bisik Raksa tepat ditelinga Dito. Kebetulan Raksa terduduk disamping Dito, jadi ia tidak perlu mengeluarkan banyak pergerakan ketika melakukan acara bisik-bisiknya, “si Daisy gak pantes dapet tatapan sinis dari elo, muka lugu kaya gitu pantesnya ditatap dengan sorot penuh kasih sayang”

“Najis” jawab Dito spontan, Dito berkata dengan suara yang cukup keras, tak peduli dengan kenyataan bahwa semua orang yang ada diruangan ini akan mendengarnya, termasuk Pak Rudi.

Benar saja, perkataan Dito barusan sukses merebut perhatain semua orang, dengan serentak seluruh pasang mata melirik kearah Dito, menatapnya dengan sorot tak percaya. Sementara itu, disamping Dito, Raksa tampak gelagapan, dengan gerakan kaku ia mulai menjauh dari Dito, soalah tak ingin ikut campur dengan beberapa peringatan yang mungkin akan terdengar.

Lain halnya dengan Dito, saat ini ia masih terduduk santai di kursinya, wajahnya itu sama sekali tak menunjukkan raut penyesalan. Dito malah semakin memperjelas wajah dinginnya, tatapannya masih menyorot kearah Daisy, menatapnya muak. Ntahlah, saat ini Dito hanya merasa kesal, dirinya masih belum bisa menerima kehadiran Daisy, bagi Dito, kehadiran Daisy hanya akan membuat misi kelompok mereka jadi berantakan.

“bisa gak sih tatakramanya diterapkan” protes Kanya tiba- tiba, dengan susah payah ia mendorong tubuh Raksa kebelakang, membuat Raksa dengan spontan menyender pada sandaran kursi yang didudukinya, hal itu Kanya lakukan kerena Reksa duduk tepat disampingnya dan secara tidak langsung menutupi arah pandangnya kepada Dito. Ya, dari semua siswa yang ada disini hanya Kanya yang berani menegur.

Telinga Dito dengan jelas mendengar perkataan Kanya barusan, namun, ia sama sekali tak berniat untuk membalas ucapannya, target Dito saat ini adalah Daisy, dan ia hanya akan fokus pada satu target saja. Tatapan Dito tentunya dibalas tatapan bingung oleh Daisy, ia sama sekali tak tau apa yang saat ini ada dikepala Dito, yang jelas, Daisy sangat yakin bahwa tatapan yang Dito tunjukkan adalah tatapan tak bersahabat yang penuh kebencian. Dito tak menerima kehadiran Daisy, dan Daisy sadar akan hal itu.

Decakkan kanya kembali terdengar “gak salah nih ketua osis kaya gini?”

“kanya” panggil Pak Rudi pelan,

Dengan penuh kesabaran Pak Rudi mengernyitkan alisnya, memberikan peringatan agar murid perempuannya itu diam.

Sebenarnya Pak Rudi bisa saja memarahi Dito seperti biasanya, tapi hal itu segera ia urungkan saat sadar bahwa hari ini adalah perkumpulan pertama bagi Daisy, ia tak mau membuat Daisy tak nyaman. Diamnya Pak Rudi juga karena ia tidak mau perdebatan antara Dito dan Kanya kembali terulang, jika hal itu terjadi mungkin pertemuan kali ini akan dibatalkan.

“oke”

Seru Pak Rudi sambil menepuk tanganya, berusaha mengambil alih perhatian semua orang. Hal itu berhasil, terbukti dengan semua pasang mata yang mulai menoleh ke arahnya. Jujur saja, hampir semua anggota lelah dengan perdebatan, setiap kelompok tersirat melakukan perkumpulan, pasti saja ada perselisihan didalamnya.

“sebelumnya Bapak yakin kalian pasti masih ingat dengan perkataan Bapak yang berniat mengajak Daisy bergabung ke kelompok kita” perlahan Pak Rudi menoleh kearah Daisy “dan... inilah Daisy, dia dengan senang hati bersedia menjadi anggota kelompok tersirat”

Semua pasang mata kini menoleh kearah Daisy, menatapnya ramah. Kecuali Dito, ia masih setia dengan tatapan sinisnya.

“selain kabar tentang anggota baru kita, Bapak juga akan memberikan informasi tentang penyelidikan kasus Pak Joko”

Mendengar nama ayahnya disebut, secara spontan tubuh Daisy mulai menegang, ia sangat mewanti-wanti ucapan selanjutnya yang akan Pak Rudi katakan.



.

.

.

.

.

🌼🌼🌼

Simpul [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang