Jaehyun tadi mendapatkan telepon dari anak buahnya untung saja dia udah selesai rapat. Dia langsung mengangkat dong.
Anak buahnya melaporkan ada yang memaksa masuk ke rumah Taeyong. Jaehyun langsung bergegas untuk cepat-cepat pergi ke rumah Taeyong dia juga berpesan untuk mereka memastikan Taeyong aman di dalam sana.
Jaehyun langsung pergi menuju parkiran mobilnya, dia dengan kecepatan penuh membelah jalanan tanpa peduli apapun untuk secepatnya ke rumah Taeyong.
Dia dengan liarnya melaju dengan mobilnya di jalanan yang masih ramai itu, apalagi jalanan licin karena salju. Jaehyun tidak ada takut-takut nya.
Tidak butuh waktu lama dia pun sampai di rumah Taeyong, gelap sekali. Jaehyun lekas turun dari mobilnya.
Untung saja pengaman pintu yang baru dia beli itu menggunakan baterai bukan listrik. Jadi bisa hidup.
Jaehyun menekan pin nya dan masuk ke dalam rumah Taeyong, firstly dia tidak mau langsung memanggil Taeyong takut ada orang lain di dalam sini.
Jaehyun bingung mau cari ke mana sampai telinganya mendengar suara samar-samar dari arah dapur.
Perlahan dia melangkah menuju dapur mengikuti suara itu, seperti tangis kecil. Dia yakin itu Taeyong. Jaehyun meraba jalannya.
Dia berhati-hati takut menabrak atau menginjak Taeyong. Jaehyun mendengar suara nya semakin jelas, dia pun berjongkok dan menyentuh bahu seseorang.
"PERGI! PERGI!! PERGI!!" Jaehyun menahan pukulan tangan Taeyong, dia cepat-cepat mengeluarkan handphone nya dan menyalakan flash nya.
"Ini aku, ini aku." Jaehyun menyenterkan handphone nya agar Taeyong bisa melihat dirinya. Bisa Jaehyun lihat Taeyong betul-betul ketakutan setengah mati.
Tanpa menunggu lagi, Taeyong memeluk tubuh Jaehyun. Dia sangat takut dia takut, bahkan tubuhnya bergetar hebat dalam pelukan Jaehyun.
"Aku... Aku... Aku takut. Dia...." Taeyong bahkan sampai tidak mampu berbicara. Dia memeluk Jaehyun dengan sangat erat.
"Sshhtt, tenang lah..." Jaehyun memberikan kata pemenangnya untuk Taeyong, kali ini Taeyong betul-betul ketakutan bukan main. Napasnya saja tidak beraturan masih.
Taeyong terus memeluk erat Jaehyun tanpa mau melepaskan nya. Karena di sana masih gelap hanya ada cahaya handphone. Jaehyun mengambil tangan Taeyong agar pelukannya bisa lepas.
"Jangan... Jangan di lepas. Aku mohon..." Minta Taeyong, dia tidak peduli di tagih denda berapa miliar oleh Jaehyun, dia tidak peduli untuk sekarang.
"Kita tidak bisa diam disini, ayo berdiri. Aku disini." Ucap Jaehyun, minimal dia harus menyalakan lampu untuk Taeyong.
"Aku disini, tidak akan ku tinggalkan. Berdiri, pegang tanganku." Taeyong melonggarkan pelukannya, dia meraih tangan Jaehyun.Taeyong menurut dia mencoba berdiri perlahan, Jaehyun juga membantunya karena dia ingat kaki Taeyong.
Genggaman tangan Taeyong begitu kuat, seperti jika lepas Jaehyun pergi meninggalkan nya sendiri. Jaehyun membiarkan nya saja. Dia mengerti situasi nya.
Perlahan Jaehyun memapah Taeyong sambil menyenterkan jalan mereka. Dia membawa Taeyong untuk duduk di sofa.
Dia membantu Taeyong duduk. Jaehyun memberikan handphonenya untuk Taeyong dan dia mengambil hp Taeyong.
"Tunggu disini, aku lihat listriknya." Ujar Jaehyun. Taeyong langsung menggeleng, dia menahan tangan Jaehyun. Air matanya terus saja mengalir dari mata cantiknya karena dia takut. Tapi tidak terlalu kelihatan Jaehyun karena gelap dan panik juga
"Pegang ini, tunggu. Aku akan kembali. Aku janji." Taeyong terus menggeleng, Jaehyun bingung masa iya dia gelap-gelapan begini.
KAMU SEDANG MEMBACA
You're My Destiny [Jaeyong]
General FictionJung Jaehyun adalah seorang single Parent yang merawat anak satu-satunya Jung Jeno, yang terlahir tanpa mengenal siapa ibunya. Karena ibunya meninggal saat melahirkan dirinya. Menjadi seorang ayah dan ibu sekaligus untuk anaknya membuat Jaehyun memi...