Hari berlalu, sudah tiga hari ini Jeno tidak melihat daddynya pulang kerumah. Kemaren Jaehyun bilang ada tugas di luar negeri. Jadi akhirnya Jeno sendiri, sudah biasa sendiri.
Selama di sekolah, dia juga tidak bertemu Mark. Soalnya Mark ada kegiatan dan selalu dispand. Jeno benar-benar merasa sendiri, anehnya Jaemin juga seperti menjauh dari dirinya.
Jeno bingung, apa dia punya salah sampai semua orang seperti tidak ingin dekat padanya? Terakhir dia bicara pada Jaehyun juga waktu di pulang jalan sama Jaemin. Itu juga Jaehyun hanya menanyakan hasil periksa Jeno.
Diam dirumah, hanya bermain handphone, komputer, membaca buku, membuat Jeno bosan. Bahkan semua buku di kamar nya sudah semua di bacanya. Dia gak tau harus apa lagi, Haechan sibuk latihan vokal, Jaemin tidak mengangkat teleponnya.
"Aaaaa, bosannya!" Keluh Jeno, dia ingin keluar. Tapi tidak tau mau kemana, ke makam Mommynya tapi jauh. Jeno gak punya tujuan.
Karena sudah tidak sanggup lagi, Jeno mengambil jaket Hoodie putihnya, dia harus keluar. 3 hari di dalam rumah sendiri membosankan.
"Mau kemana den?" Tanya bibi Ahn yang melihat Jeno turun dari tangga. Jeno berjalan ke tempat obat-obatan dan mengambil inhaler nya. Mana tau kambuh di jalan.
"Mau keluar sebentar ya Bi? Jeno bosan di rumah. Tapi jangan bilang Daddy..." Bibi Ahn tersenyum lalu mengangguk mengiyakan permintaan Jeno.
Jeno yang udah mendapatkan ijin pun langsung keluar dari rumah besar itu. Di depan sudah ada paman Im.
"Mau di antar?" Tanya paman Im, Jeno menggeleng. Dia mau jalan kaki aja, sekalian olahraga.
"Gak usah paman, Jeno mau jalan kaki saja. Terimakasih." Habis itu Jeno naikin tutup kepala Hoodie nya dan pergi dari rumahnya.
Kakinya berjalan dengan yang santai, sesekali Jeno memperhatikan pejalan kaki yang lainnya. Banyak para pelajar yang masih berkeliaran di sana.
Sepertinya menunda pulang, mereka asik ngobrol dengan teman-teman mereka. Kalau Jeno tidak punya teman, karena katanya Jeno penyakitan.
Padahal banyak yang mau berteman dengannya. Hanya saja dia yang selalu menganggap dirinya beban untuk orang lain. Itulah kenapa dia menutup diri.
Kaki jenjangnya terus mengambil langkah, perlahan sambil sesekali menendang bebatuan kecil yang menghalangi jalannya.
Gak sengaja, waktu dia natap lurus ke depan. Matanya menangkap seseorang yang gak asing, dia kesulitan membawa plastik dengan kotak-kotak yang ada di tangannya. Jeno langsung menghampiri nya.
"Halo, aunty cantik." Orang yang di sapanya tadi agak sedikit terkejut, namun setelahnya dia tersenyum membalas sapaan Jeno.
"Halo..." Ucapnya juga. Jeno tersenyum senang dengar suara nya. Iyap dia bertemu Taeyong
"Mau saya bantu?" Tawar Jeno, daritadi dia lihat Taeyong kaya kesulitan bawain barang-barangnya.
"Gak usah, nanti merepotkan..." Tolak Taeyong, bagaimana ya. Anggapan nya Jeno itu orang asing, dan dia tidak suka merepotkan orang lain.
"Tidak kok Aunty, sama sekali tidak. Saya bantu ya?" Jeno pun mengambil alih sebagian bawaan Taeyong.
"Di antar kemana aunty?" Tanyanya lagi. Taeyong natap dia ragu."Diantar kerumah pembeli, kamu yakin? Tidak apa-apa kok aunty bisa sendiri." Taeyong mau ngambil lagi plastik di tangan Jeno, tapi Jeno sudah jalan duluan.
"Ayo aunty, tidak baik membiarkan pembeli menunggu." Ucapnya, Taeyong sedikit kaget dengan sifat anak itu.
"Beda sekali sama Papanya." Katanya pelan, dia pun nyusul Jeno. Muka Taeyong gak santai kalau sudah ngingat Jaehyun.
KAMU SEDANG MEMBACA
You're My Destiny [Jaeyong]
General FictionJung Jaehyun adalah seorang single Parent yang merawat anak satu-satunya Jung Jeno, yang terlahir tanpa mengenal siapa ibunya. Karena ibunya meninggal saat melahirkan dirinya. Menjadi seorang ayah dan ibu sekaligus untuk anaknya membuat Jaehyun memi...