Taeyong terduduk sendiri di ruang tamu rumahnya, dia baru selesai membersihkan diri. Pikiran nya berkecamuk, rasa takut kembali menghampiri memaksa nya mengingat masa lalu.
Sebuah pesan kembali masuk, kali ini bertubi-tubi.
Unknown:
Itu anak ku? Kau mengatakan padanya kalau aku masih hidup kan? Kalau tidak kau jahat sekali padaku.
Lee taeyong, aku rindu tubuhmu.
Aku rindu desahan mu.
Aku rindu wajah memohon mu.
Kau tidak rindu padaku sayang?
Taeyong langsung membanting handphone nya ke atas sofa di sebelahnya. Dia lemas, hatinya jadi tidak tenang.
Dia tau siapa yang mengirimkan pesan itu, dia tau, itulah kenapa dia sangat takut. Takut akan orang itu, suaminya.
"Mom? Are you okay?" Mark datang menghampiri Taeyong, dia lihat peluh membasahi dahi Mommynya itu.
"Heii, iya. Im okay." Kata Taeyong, dia mencoba tersenyum di depan Mark.
"Really? I Saw you look like so scared." Mark duduk di sebelah Taeyong dia memegang tangan Mommynya itu memberi ketenangan.
"Gak sayang, hanya kelelahan. Sudah saya tidur. Besok sekolah." Suruh Taeyong, dia pun berdiri masuk ke kamarnya dan meninggalkan Mark yang masih diam menatap dirinya.
***
Jaehyun masih sibuk dengan leptopnya, dia lagi membaca email yang dikirimkan oleh koleganya dan sekertaris nya.
Matanya sudah lelah, dia bahkan sudah mengantuk. Jaehyun melirik ke jam dindingnya. Sudah pukul 00:45. Dia lupa waktu.
Dia berdiri, niatnya mau cuci muka dan pergi tidur. Tapi entah kenapa sekarang kakinya malah melangkah keluar kamar dan pergi menuju kamar Jeno.
Jaehyun masuk, Jeno sudah tertidur. Kakinya perlahan melangkah mendekati Jeno berusaha tidak membuat suara. Lampu meja Jeno masih hidup, dan Jeno juga tertidur dengan masih pake kacamata. Ada sebuah buku di dadanya.
Dengan sangat pelan Jaehyun melepaskan kacamata Jeno, dia menaruhnya di meja samping kasur Jeno. Awalnya Jaehyun mau narik selimut Jeno, tapi dia terpaku pada buku biru dengan tulisan 'DIARY JENO'.
Karena penasaran, Jaehyun mengambil buku itu. Waktu dia buka satu-satunya yang bisa dia baca hanya tanggal bulan tahun kapan itu di tulis. Sisanya di buku Jeno hanya tertulis susunan angka yang tidak Jaehyun mengerti. Isinya hanya deret angka yang sama tapi ada yang di beri silang ada yang di beri congkreng. Angkanya di tiap hari juga sama.
Jaehyun pun menutup buku itu, dia Manarik selimut Jeno dan mematikan lampu setelahnya keluar dengan perlahan.
Dia menuju ke dapur ingin mengambil minum. Tapi dirinya terkejut waktu lihat bini Ahn sedang di dapur juga.
"Belum tidur?" Tanya Jaehyun, bibi Ahn sedang menyiapkan bahan masakan untuk besok.
"Belum, dari kamar Jeno ya?" Tanya bibi Ahn. Dia bicara santai saja sama Jaehyun karena hanya ada mereka berdua. Jaehyun mengangguk, setelahnya dia ngambil minum di kulkas.
"Tadi sore yang jemput Jeno kamu? Terus makan sama-sama?" Tanya bibi Ahn, Jaehyun gak jawab soalnya dia lagi minum.
"Iya, Jeno cerita?" Tanya Jaehyun balik, bibi Ahn hanya tersenyum sambil mencuci sayuran. Entah kenapa di tengah malam.
"Dia selalu cerita jika habis melakukan sesuatu dengan mu. Sama seperti dirimu dulu." Jawab bibi Ahn, Jaehyun terdiam menatap wanita tua itu.
"Kata Jeno yang beri ginseng merah tadi bibi." Ujar Jaehyun, bibi Ahn natap dia sekilas terus lanjut lagi nyuci sayur.
KAMU SEDANG MEMBACA
You're My Destiny [Jaeyong]
General FictionJung Jaehyun adalah seorang single Parent yang merawat anak satu-satunya Jung Jeno, yang terlahir tanpa mengenal siapa ibunya. Karena ibunya meninggal saat melahirkan dirinya. Menjadi seorang ayah dan ibu sekaligus untuk anaknya membuat Jaehyun memi...