69. Pandanus amaryllifolius

11.8K 1K 366
                                    

Halo semuanya, mau tes ombak satu chapter dulu. Apakah masih ada yang minat sama cerita ini? Setelah liat komen yang semalam. Aku putusin buat gak jadi rombak. Lanjutkan aja, and after end kita ketemu di cerita baru lagi.

Hope you guys still enjoy this story, maaf banget nunggu lama. And terima kasih masih mau menunggu dan membacanya.

Okedeehhh tanpa basa-basi lagi.

Happy reading you all!!

--------------------------------------------------------->

Bukankah mencintai seseorang itu tanpa syarat, dan rasa cinta hadir seiring berjalannya waktu di balut oleh kenyamanan dan kehangatan yang di rasakan. Hal itu membuat kita ingin terus merasakan kebahagiaan dari cinta itu selama yang kita mampu bukan?

Mark duduk dalam diamnya, sayup-sayup suara keramaian hiruk pikuk manusia dan kendaraan yang berlalu lalang di hadapannya tidak dia perdulikan.

Matanya fokus menatap lembar-lembar tulisan yang membuatnya menyesali dirinya yang terus bertanya di mana sosok ayahnya.

"Tidak pantas untuk disebut ayah." Hatinya marah, benci dan kecewa dalam satu rasa. Bagaimana tidak, dia baru saja mengetahui apa yang lelaki kejam itu lakukan pada Mommy nya dahulu.

Tangan itu mengepal, mengisyaratkan kemarahan yang luar biasa, mata nya berkaca-kaca karena amarah yang terus menguar dari dalam dirinya.

"Kali ini, tidak lagi dia bisa menyentuh apa yang ku miliki."

Mark berdiri dari halte di mana dia duduk, dokumen tentang Soo Hyun dan apa yang terjadi pada Taeyong dulu kini sudah remas di tangannya.

Tepat saat dirinya hendak beranjak, matanya menatap pada layar besar dalam sebuah gedung yang sedang menayangkan berita tentang Perusahaan milik Jaehyun yang di duga menggelapkan uang negara untuk penyuntikan dana perusahaan.

***

"Mom?" Taeyong berbalik dan menemukan Jeno menuruni anak tangga dengan perlahan. Weekend selalu membuat Jeno bangun lebih siang.

"Hi, pagi or siang sayang." Sambut Taeyong, tepat ketika kakinya menapak dalam lantai dasar Jeno berlari dan menabrak tubuh Taeyong. Keduanya terjatuh pada sofa panjang diruang tamu itu.

"Jeno kira mommy sudah pergi juga. Mark Hyung kemana?" Tanya Jeno, dia hanya rindu sedikit. Hyungnya itu tidak pernah punya banyak waktu bahkan hanya sekedar bertahan di rumah.

"Sudah pergi tadi pagi, katanya ada urusan." Wajah Jeno terpaut, Taeyong tersenyum dan langsung mencubit pipinya dengan gemas.

"Kan ada mommy, hari ini Jeno-Mommy time. Ya?"

"Mark Hyung sudah seperti Daddy saja." Jawab Jeno, Taeyong sedikit terkejut mendengar pernyataan anak itu.

"Daddy-"

"Daddy kan kerja, iya Jeno tau." Jawab Jeno lagi, belum habis saat Taeyong berbicara. Tidak tau harus menjawab apa Taeyong terdiam juga.

Hening, keduanya terhanyut dalam kenyamanan masing-masing. Jeno menikmati usapan hangat Taeyong di kepalanya.

"Nanti kalau Jeno tidak ada mommy sendiri terus."

"Huh? Kamu mau jalan hari ini?" Tanya Taeyong, Jeno menggeleng dan memeluk nya langsung.

"Misalnya mom... Oh, mommy tidak ke toko?" Tanya Jeno langsung mengalihkan obrolannya. Taeyong menggeleng pelan.
"Ish, siapa sih yang percaya ada ulat di kue! Bodoh!" Kesal Jeno. Taeyong menatap lucu pada dirinya.

You're My Destiny [Jaeyong] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang