Suho dan Lay sudah pulang, dari makan malam suasana sudah tidak enak. Untung ada Jeno yang mencairkan suasana nya.
Taeyong duduk sendiri di teras belakang rumah Jaehyun, dia menatap jauh ke langit yang masih turun salju merintik.
Segelas teh hangat tiba-tiba tersodor di depan wajahnya. Taeyong terkejut, dia kira Mark atau Jeno. Rupanya Jaehyun.
"Tumben baik, gak di kasih racun kan?" Taeyong mau bercanda, tapi muka Jaehyun keras sekali. Dia bahkan mau buang gelasnya untung di tahan Taeyong, bukan apa-apa gelas mahal kaca premium itu.
"Bercanda, terimakasih banyak." Taeyong mengambil minum nya.Jaehyun duduk di sebelah Taeyong, dia memberikan jarak untuk keduanya. Mereka berdua sama-sama memandang jauh ke langit.
"Langit malam hebat ya..." Ucap Taeyong tiba-tiba. Jaehyun menoleh sebentar ke dirinya lalu kembali fokus menatap pada malam.
"Dia tetap indah meski tanpa bintang dan bulan?" Taeyong menoleh ke Jaehyun, dia tidak menyangka Jaehyun akan menjawab hal tadi.
"Tapi tetap saja dia kesepian, kan?" Ujar Taeyong, Jaehyun menatap Taeyong yang masih melihat ke arahnya. Pandang keduanya kembali terkunci.
Sinar mata mereka sama-sama memancarkan kehilangan, kesedihan, ketakutan dan kesepian yang sama besarnya.
"Tidak juga jika dia terbiasa sendiri." jawab Jaehyun menatap dalam mata Taeyong, ada sirat yang tidak bisa dia pahami. Tapi ada yang aneh, rasanya seperti ribuan kupu-kupu terbang dan menggelitik dalam perutnya.
"Takdir mengharuskan nya. Seperti kita, di paksa bertemu oleh dia." Kata Taeyong, dia mengeratkan jaket yang di gunakan nya.
"Siapa yang ingin bertemu dengan mu?"
"Kau pikir aku mau? Cih, kau tidak dengar kata dipaksa?? Aku terpaksa. Menyebalkan sekali!"
"Bahhh, hayooo berdua aja. Gak ajak-ajak." Jeno keluar, keduanya langsung menoleh ke Jeno yang mendekati mereka. Jeno duduk di lantai dia bersandar di sofa dan menumpu kepalanya di paha Taeyong.
"Kenapa tidak pakai jaket dingin Jeno..." Kata Taeyong dia mengelus lembut Surai Jeno.
"Sudah minum obat?" Tanya Jaehyun, Jeno menggeleng.
"Iya nanti dad, sebelum tidur." Jeno masih duduk nyaman menikmati elusan Taeyong di kepalanya.
Gak lama Mark datang, dia sudah pake jaket dan membawakan jaket Jeno. Dia memberikan nya untuk Jeno.
"Thanks Hyung." Jeno menampilkan senyum nya untuk Mark yang duduk juga di sofa kayu single tapi. Jeno saja yang di bawah.
Kalau di lihat seperti keluarga bahagia yang lengkap, penuh kasih sayang dan nyaman. Itu lah yang di lihat baik Jeno maupun Mark, tanpa tau hitam di atas putihnya.
"We look like a real Family ya? Eh, soon kan?" Kata Jeno dia mendongak menatap Taeyong yang terdiam. Setelahnya Taeyong memaksakan senyumnya dan mengangguk untuk Jeno.
"Sudah malam tidur, besok sekolahkan." Suruh Jaehyun, Jeno merengut baru juga duduk sudah di usir.
"Aaaa, nanti saja. Belum larut. Lagian kan cuman belajar bersama" Sanggah Jeno, Mark juga masih mau seperti ini. Rasa baru untuknya. Soalnya sekolah mereka mewajibkan belajar bersama untuk muridnya 2 kali seminggu selama libur musim dingin.
"Besok kesiangan tinggal ya?" Ancam Mark, Jeno tidak peduli dia masih mau seperti ini. Dingin tidak terasa karena kehangatan yang dia rasakan.
"Oh iya, mommy besok buka toko?" Tanya Jeno, Taeyong mengangguk sambil merapikan rambut Jeno.
KAMU SEDANG MEMBACA
You're My Destiny [Jaeyong]
General FictionJung Jaehyun adalah seorang single Parent yang merawat anak satu-satunya Jung Jeno, yang terlahir tanpa mengenal siapa ibunya. Karena ibunya meninggal saat melahirkan dirinya. Menjadi seorang ayah dan ibu sekaligus untuk anaknya membuat Jaehyun memi...