Pagi yang indah, tentu saja. Hamparan pohon yang masih di naungi embun dengan salju yang masih bersisa bekas hujan.
Taeyong dan Jaehyun ada di tempat yang kata Taeyong surga setelah jembatan kematian.
Mereka di sini, karena semalam Jaehyun mengajak Taeyong keluar kota untuk pertemuan. Jadinya mereka pulang terus singgah disini.
"Aku pasti akan sering ke sini jika tidak ada jembatan sialan itu, mengerikan sekali." Ungkap Taeyong, dia suka disini, tenang, hanya ada suara kicauan burung dan segarnya udara.
"Itu aman, kau tidak akan mati bila jatuh, asal bisa berenang." Taeyong mencibir Jaehyun, tapi musim dingin seperti ini udaranya jadi sangat dingin disini.
"Jae, acara semalam aku minta maaf, aku tidak tau harus menjawab apa pertanyaan dari orang-orang itu. Seharusnya kau suruh aku belajar dulu. Biar tidak buat malu." Jaehyun menoleh ke arah Taeyong, semalam Taeyong di hujani pertanyaan tentang perusahaan. Dia mau tertawa lihat muka Taeyong semalam.
"Kau tidak perlu tau itu, jawab saja seadanya."
"Kalau aku jawab aku hanya tukang kue, mereka akan bicara apa tentang kita?" Jaehyun tidak menjawab, dia mengambil duduk. Lelah juga berdiri.
"Sepasang kekasih tentu." Taeyong geram sendiri dengan Jaehyun, di saat dia khawatir tentang image Jaehyun, orangnya malah terlewat santai.
"Aku tidak bercanda!"
"Siapa yang bercanda?"
"Kenapa sih tidak bisa serius?"
"Terlalu serius lekas menua, seperti mu. Sudah keriput."
"Bisa tidak usah bawa umur dan tua? Kau juga sudah tua asal kau tau." Taeyong membuang wajahnya tidak mau menatap Jaehyun. Dia lebih milih lihat pemandangan, walaupun kedinginan.
"Ayo pulang, tempat ini berhantu." Jaehyun berdiri, membenarkan jaketnya.
"Apa?" Tanya Jaehyun saat Taeyong menatapnya dengan jengkel."Menyebalkan sekali, mana ada hantu pagi-pagi begini." Jaehyun tersenyum dia berjalan mendekati Taeyong, di lepasnya jaketnya.
"Kata siapa? Kau saja tidak lihat." Jaehyun pun memberikan jaket tadi dengan menyampirkannya di Taeyong.
"Jangan bercanda." Wajah Taeyong berubah pucat mendengar ucapan Jaehyun.
"Di atas pohon ini ada penghuninya, dan di jembatan ada penghuni danau, dia biasanya menangkap kaki orang yang melintasi jembatan." Jaehyun merapikan poni Taeyong yang berantakan karena angin. Tapi Taeyong hanya diam memegang erat lengan Jaehyun.
"Ayo pulang..." Ajak Taeyong, dia memeluk erat lengan kekar Jaehyun.
"Sebentar aku mau mengikat tali sepatuku." Taeyong melepaskan pegangannya, tapi setelahnya dia sadar sepatu Jaehyun tidak ada tali. Dan saat itu juga Jaehyun berlari meninggalkannya.
"Jaehyun!! Aaa!! Tunggu! Jangan tinggalkan aku." Taeyong berhenti tepat di depan jembatan, sedangkan Jaehyun sudah ada di tengahnya.
"Ayo." Jaehyun berhenti menunggu Taeyong yang terus berteriak memanggilnya di sebelah sana.
"Tunggu, aaa aku takut. Jaehyun..." Taeyong hampir menangis, dia memejamkan matanya karena takut. Dia berjongkok pasrah pada dirinya sendiri. Jaehyun tertawa lepas karena Taeyong.
"Aku tinggal ya?" Taeyong mengangkat wajahnya dan membuka matanya. Rupanya Jaehyun sudah ada di depannya mengulurkan tangan. Ternyata Taeyong menangis, hidungnya merah. Takut sekali dengan hantu.
"Jahat!" Dia langsung berdiri memeluk Jaehyun. Detik itu juga perasaan Jaehyun membuncah, rasa familiar yang kembali menjalar dalam dirinya. Dia sampai terdiam.
KAMU SEDANG MEMBACA
You're My Destiny [Jaeyong]
General FictionJung Jaehyun adalah seorang single Parent yang merawat anak satu-satunya Jung Jeno, yang terlahir tanpa mengenal siapa ibunya. Karena ibunya meninggal saat melahirkan dirinya. Menjadi seorang ayah dan ibu sekaligus untuk anaknya membuat Jaehyun memi...