Mark tengah belajar dan tiba-tiba Taeyong masuk ke kamarnya.
"Mark, belum tidur?" Tanya Taeyong. Mark memutar kursinya untuk melihat Taeyong yang masuk tadi. Dia lihat Taeyong duduk di kasurnya.
"Belum mom, Mark masih ada tugas." Jawabnya, dia natap Taeyong sambil menumpu kepalanya di kepala kursi.
"Tapi ini sudah malam... Eh, ini apa?" Tanya Taeyong yang awalnya mau sandaran eh tanganya gak sengaja kena tumpukan kertas.
"Itu formulir mom, ah iya Mark belum baca." Jawabnya, Taeyong menggeleng tidak paham akan ketekunan anaknya belajar. Tapi jika seperti ini, dia bisa sakit.
"Mommy suka Mark rajin belajar, tapi jangan sampai sakit sayang. Harus tau waktu dan batasan. Sekarang tidurlah." Suruh Taeyong, Mark mengangguk saja. Taeyong pun mengelus kepala Mark lembut lalu keluar dari kamar anaknya itu.
Mark bangkit, dia mematikan lampu belajarnya dan menutup bukunya, dia pun langsung duduk di atas kasurnya. Membaca tiap lembar formulir pendaftaran.
Matanya dengan fokus mengamati tiap lembar itu. Membacanya dengan seksama.
"Jung Jeno..." Monolog Mark waktu formulir Jeno akhirnya muncul. Mark membaca mulai dari biodata Jeno sampai matanya menangkap tulisan penyakit yang di derita. Asma
"Asma?" Tanya Mark, ingatan nya kembali saat tadi pulang sekolah mereka gak sengaja lihat Jeno tadi."Apa tadi asmanya kambuh?" Ujar Mark, dia pun mengambil handphone nya mencoba browsing tentang Jung Jeno.
Tapi tidak ada satupun artikel yang memuat tentang anak itu, hanya ada namanya tertulis sebagai putra tunggal Jung Jaehyun. Dan yang baru Mark tau, istrinya Jaehyun sudah meninggal.
Gak tau niat dari mana, Mark tiba-tiba saja browsing tentang asma dan apa saja yang harus dihindari juga aktivitas apa saja yang di perbolehkan.
"Ahhh... Sulit di percaya, padahal permainan nya bagus." Tanya Mark, dia awalnya mau nyudahi baca formulir Jeno tapi matanya kembali fokus pada tanda tangan persetujuan orang tua yang kosong.
"Hm? Apa dia tidak bilang? Kenapa aku jadi peduli padanya. Ah sudahlah!"Mark menyimpan dan menyusun kembali formulir nya. Setelah itu dia pergi tidur.
"Gimana ya rasanya punya ayah sehebat Jung Jaehyun? Andai saja dia ayahku. Mungkin mommy tidak perlu bekerja keras." Ujar Mark sambil memandang langit-langit kamarnya.
"Ck, apasih yang kau pikirkan Mark. Itu mustahil." Dia pun mematikan lampu meja nya dan langsung pergi tidur sebelum Taeyong datang memarahinya.***
Jaehyun terbangun dari tidurnya karna terganggu oleh cahaya yang masuk dari jendela yang bertirai putih itu.
Dia mengumpulkan nyawanya yang masih setengah sadar, saat menoleh ke samping dia tidak mendapati Jeno. Dia melihat jam sudah pukul 06:17 dia pun bangkit dan keluar.
"Iya, bibi tau. Daddy semalam hampir membakar rumah. Hahaha, wajah Daddy langsung hitam-hitam." Waktu dia menuruni tangga, dia dengar suara Jeno yang sedang tertawa dari dapur.
"Oh ya? Lalu, kenapa bisa begitu?" Jawab bibi Ahn, Jaehyun menghentikan langkahnya mencoba mendengar percakapan Jeno.
"Iya bi, Daddy mau bikin sarapan. Tapikan dia tidak bisa masak. Hahahaha. Alhasil kami makan di luar saja." Jaehyun tersenyum kecil mendengarkan ucapan Jeno.
"Wah, berarti selama bibi tidak ada. Kalian berdua makan bersama di luar terus?" Tanya bibi Ahn, Jaehyun menunggu jawaban Jeno.
"Heem, Jeno senang bisa makan berdua sama Daddy. Tapi, Jeno sedih gak ada bibi di rumah Jeno jadi sendiri deh." Jawab Jeno, Jaehyun jadi terdiam ingatannya kembali kepada ucapan Johnny semalam kepadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
You're My Destiny [Jaeyong]
General FictionJung Jaehyun adalah seorang single Parent yang merawat anak satu-satunya Jung Jeno, yang terlahir tanpa mengenal siapa ibunya. Karena ibunya meninggal saat melahirkan dirinya. Menjadi seorang ayah dan ibu sekaligus untuk anaknya membuat Jaehyun memi...