Langit sore belum menghampiri, matahari bersinar dengan terik menyengat dengan begitu panas. Sama seperti panasnya semangat Jeno yang mau latihan sepak bola.
Dia melakukan pemanasan sesuai dengan arahan Lucas dan Hendery. Mark belum datang karena ada tugas tambahan.
"Sekarang kita belajar dasar dulu ya, jadi mulai dari juggling sampai pertahanan. Pertahankan bola 5 menit. Sampai nunggu Mark datang." Ujar Lucas, dia mencontohkan cara juggling dengan kemampuan nya.
Semua Junior menurut padanya, mereka pun mulai mencoba dengan bola mereka sendiri. Termasuk Jeno.
Bagi Jeno itu sangat mudah, terbukti dari bola yang masih di pertahankan nya. Saat semua bisa tapi hanya ada yang sampai sepuluh lalu hilang kontrol, ada yang baru 2 menit lepas bolanya.
Hanya Jeno yang bertahan, bahkan posisinya sama sekali tidak bergerak. Lucas sangsi dia aja tidak bisa stabil seperti Jeno.
"Wowww, yaaaa kau hebat." Puji Lucas melihat Jeno. Jeno tetap melakukan juggling nya karna belum 5 menit. Waktu di atur oleh Hendery.
Jeno terus berusaha menahan bola da keseimbangan nya. Sampai Hendery bilang waktu selesai, Jeno mengambungkan bola tadi dan menangkapnya dengan tangannya. Dia tersenyum puas sambil mengatur napasnya.
"Tepuk tangan dulu untuk temannya." Kata Hendery, dia kagum juga sama Jeno. Gak lama Mark datang dia langsung di sapa semua orang.
"Gimana? Apa kabar?" Tanya Mark, semua serempak menjawab. Termasuk Jeno.
"Hari ini kita latihan fisik ya? Dalam bermain bola, keteraturan pernapasan sangat di butuhkan. Jadi kita latihan pelan-pelan." Kata Mark lagi, semua mengangguk termasuk Jeno. Dia tau, Mark sudah baca formulir nya."Kita mulai dari yang ringan... Tadi ada pemanasan?" Tanya Mark, semua mengangguk mengantarkan sudah.
"Oke, kalau begitu kita lari santai keliling lapangan, ingat selama berlari pastikan paru-paru kalian mendapatkan oksigen. Supaya tidak mudah kelelahan. Sekarang baris dua Banjar." Suruh Mark, mereka semua menurut termasuk Jeno yang baris paling depan."Kita lari dua belas menit. Minimal dapat 5 putaran, kita lari sama-sama." Waktu kembali di atur oleh Hendery, Mark meniup peluit nya dan mereka langsung berlari santai bersama.
***
"Jaehyun, kau tidak menjemput Jeno?" Tanya Johnny, mereka sudah selesai bekerja sebenarnya. Tapi Jaehyun masih bergulat dengan berkas-berkas yang belum dia tanda tanganin.
"Dia punya supir..." Sahut Jaehyun, dia tidak menatap Johnny sama sekali. Johnny menghela napasnya, dia duduk di hadapan Jaehyun.
"Apa kau pernah bertanya tentang keadaannya?" Tanya Johnny, Jaehyun berhenti. Dia melirik ke Johnny.
"Apa maksudmu sih? Kau selalu membahas itu." Jaehyun mencoba untuk kembali fokus sama kerjaannya.
"Sejujurnya kau masih merasa kepergian Doyoung karena Jeno kan?" Pertanyaan tadi langsung menusuk ke hati Jaehyun.
Kenapa Jaehyun selalu menjaga jaraknya dari Jeno? Karna Jeno begitu mirip dengan Almarhum istrinya. Keras kepala, nekat, dan manja. Setiap melihat Jeno dia selalu merasa kerinduan yang membuat hatinya sakit.
"Aku---"
"Jaehyun-ah, kau tau. Doyoung berjuang untuk anaknya, dia tidak peduli dengan nyawanya, dia tetap mempertahankan buah hatinya. Jeno tidak tau apa-apa Jaehyun. Apa kau pernah memahami perasaannya? Aku paham perasaan mu, tapi kau tidak bisa lakukan itu ke Jeno. Dia anakmu." Ujar Johnny, Jaehyun diam dia tidak menjawab pertanyaan Johnny.
"Sekarang ku tanya, bagaimana perasaan mu dulu saat hanya di titipkan dengan bibi Ahn oleh kedua orang tuamu yang sibuk bekerja?" Lagi-lagi Jaehyun hanya diam, dia sama sekali tidak menjawab pertanyaan Johnny.
KAMU SEDANG MEMBACA
You're My Destiny [Jaeyong]
Fiction généraleJung Jaehyun adalah seorang single Parent yang merawat anak satu-satunya Jung Jeno, yang terlahir tanpa mengenal siapa ibunya. Karena ibunya meninggal saat melahirkan dirinya. Menjadi seorang ayah dan ibu sekaligus untuk anaknya membuat Jaehyun memi...