Jemari itu sangat cekatan mengikat simpul tali dasi hitam bercorak garis tersebut. Jeno menatap pantulan dirinya di kaca kamarnya. Dia menatap ragu pada dirinya sendiri.
"Minggir, lama sekali." Mark menggeser tubuh Jeno, dia mau memasang dasinya. Jeno lama sekali dari tadi melamun saja.
"Apa lagi yang kau pikirkan?" Tanya Mark, Jeno menggeleng dia mengambil jas nya.Hari ini konferensi pers setelah satu Minggu artikel yang di rilis waktu itu, Jaehyun bilang mereka harus. Tapi Jeno takut, di gugup. Takut jika tiba-tiba berbuat salah dan berdampak buruk.
Mark melempar handphonenya ke kasur, Jeno sedikit terkejut. Dia mengambil handphone Mark yang sedang menampilkan dance Jaemin semalam.
"Eh, ini yang semalam?" Tanya Jeno, Mark mengangguk. Senyum Jeno tertampil dia mengambil duduk di kasurnya. Tapi kurang, enaknya rebahan. Jeno pun menyandarkan dirinya di kepala ranjang nya. Dia menonton Vidio yang ada di handphone Mark.
"Kau dengan Jaemin bertengkar?" Tanya Mark, Jeno tidak menjawab dia menatap fokus pada penampilan Jaemin. Senyumnya tertampil tampan. Mark menggeleng maklum.
"Bayar!" Mark pun merebut kembali handphone nya. Jeno ingin protes, tapi tidak jadi karena Mark sudah menyimpan handphonenya di saku jasnya.
"Ah! Jadi nyesal gak nonton. Padahal Nana, Haechan dan hyu--"
"Aku tidak bertanding, tenang saja." Jawab Mark, Jeno terkejut, dia membernarkan posisinya jadi duduk.
"Hah? Tapi kenapa? Bukannya ini pertandingan terakhir Hyung ya? Tahun depan kan sudah tidak lagi." Mark hanya menggidikkan bahunya.
"Hanya malas, makanya saat latihan aku tidak ikut bermain. Tanpa aku juga kita menang." Jeno diam, dia menatap Mark yang terlihat santai merapikan penampilan nya.
"Karena aku tidak ikut, Hyung juga tidak?" Tanya Jeno, Mark langsung menatapnya.
"Ih, percaya diri sekali. Untuk apa, aku lelah tau mencari si sialan Lucas, mana sempat latihan. Lagi--" Jeno langsung berdiri memeluk Mark, keduanya hampir terjatuh. Mark saja terkejut.
"Sayang Mark Hyung, senang punya Hyung, apa-apapun Mark Hyung memang terbaik." Mark diam, dia dengan ragu membalas pelukan Jeno. Aneh saja rasanya. Tapi entah kenapa dia senang juga.
"Aigoo, apa ini peluk-pelukan. Ayo cepat kita berangkat." Jeno dan Mark menoleh ke arah pintu. Mereka berdua langsung terpesona melihat penampilan Taeyong.
Jeno menjatuhkan dirinya ke kasur. Taeyong langsung masuk dan dengan cepat menghampiri nya.
"Tolong, Jeno serangan jantung..." Ucapnya, Taeyong yang mendengarnya langsung kepanikan.
"Jeno, Jeno, astaga. Kenapa? Ya Tuhan Jeno!" Taeyong berdiri di hadapan Jeno sambil memukul pelan pipi Jeno. Setelahnya Jeno bangun. Wajahnya sangat dekat dengan Taeyong.
KAMU SEDANG MEMBACA
You're My Destiny [Jaeyong]
General FictionJung Jaehyun adalah seorang single Parent yang merawat anak satu-satunya Jung Jeno, yang terlahir tanpa mengenal siapa ibunya. Karena ibunya meninggal saat melahirkan dirinya. Menjadi seorang ayah dan ibu sekaligus untuk anaknya membuat Jaehyun memi...