62. TEKAT DAN KEYAKINAN

4.6K 486 310
                                    


Peringatan!

Part mengandung kebucinan dosis tinggi!

Yang ga suka bucin alay silahkan skip.

Sekali lagi, gue Author bucin garis keras.

🍁🍁🍁🍁

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🍁🍁🍁🍁

"Kamu izinin anak gadis kamu pacaran sama pemuda macam begini?" Suara Papa kian meninggi.

Mama hanya menarik nafas panjang. Dia menatap Eno seraya menepuk bahunya. "Kamu bisa pulang sekarang. Makasih ya, udah anterin Aya pulang. Maaf, kalo Papanya Aya ga sopan sama kamu."

"Ga Papa kok Tante." Eno tampak sungkan. "Kalo gitu saya permisi." Eno menatapku sekilas sambil tersenyum.

"Malam, Om ...," pamitnya pada Papa.

Aku menatapnya dengan perasaan tak menentu. Eno pasti merasa tak nyaman dengan perlakuan Papa barusan. 

"Apa maksud semua ini?" Papa langsung mengarah pada Mama.

"Aku capek Mas. Lain kali saja kita bahas." Mama nampak menghindar dengan wajah malas.

"Anak kamu pincang karna jatuh dari motor dan itu gara-gara pemuda enggak jelas tadi. Sementara kamu malah bersikap masa bodo seperti ini?" Papa makin terlihat geram.

Mama langsung menatapku. Ke arah kakiku tepatnya.

"Enggak, Ma. Bukan gara-gara Eno. Aya jatuh sama Angel. Justru Eno yang udah nolongin Aya," sergahku segera menjelaskan.

Mama menatap Papa lagi. "Kamu denger sendiri, kan?"

"Dan kamu percaya begitu saja apa yang dikatakan Aya?" Papa masih ngotot. "Kamu biarkan dia pacaran dengan pemuda tak jelas yang penampilannya macam preman seperti tadi? Di mana rasa keibuan kamu, Sar?"

"Mas ... jangan memancing keributan. Aku sudah kenal dengan pemuda itu. Aku percaya sama dia. Aku juga percaya sama Aya. Kalau hari ini Aya melakukan kesalahan, biar aku yang akan menasehatinya. Kamu tidak perlu repot-repot menghawatirkan dia, okay? Sekarang aku lelah dan jangan ganggu aku. Ayo Ayy, kita masuk!" ajak Mama padaku masih nampak santai saja.

Papa tersenyum tak percaya. "Ibu macam apa kamu ini? Aya bahkan masih terlalu kecil untuk kamu biarkan berpacaran."

Mama balas tersenyum sinis. "Di bagian itu dia mirip sama kamu. Yang sudah ngebucin sejak masa sekolah. Kamu enggak sadar?" sindirnya seraya melengos masuk ke dalam rumah.

H-ff ... hampir saja tawaku meledak mendengar jawaban pedas Mama itu. Jawaban yang langsung membungkam Papa hingga tak berkutik lagi.

Hidup Mama! batinku riang.

Saat aku melirik Papa, wajahnya tampak beku seperti patung. Hah! Rasakan! Aku jadi merasa lucu melihat tampang angkuhnya yang langsung menciut.

____

BUKAN BADJINGAN (BUKBAD) tamat & lengkap ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang