💖💖💖"Mau kemana kita hari ini?" Kedatanganku di depan kios bakso disambut Eno dengan pertanyaan wajibnya itu.
Wajahnya amat ceria. Tersenyum padaku dengan sorot mata berbinar penuh semangat.
"Kayaknya kamu lagi seneng banget? Kenapa sih?" tanyaku.
Eno malah menahan senyum lebarnya dengan mengatupkan bibirnya. Membuat dia terlihat sangat imut dan mengemaskan di mataku.
"Dihh ...? Ditanya malah senyum-senyum ga jelas?" Aku jadi merasa geli karenanya.
Eno meraih tanganku. "Kamu tau enggak?"
"Enggak. Kamu ngomong aja belum, aku tau dari mana?" tanyaku.
Eno tertawa lalu menggaruk-garuk tengkukunya. "Kenapa jadi aku yang sekarang nanya kayak gitu? Itu dialog kamu, kan?" Dia tampak malu sendiri.
Aku tertawa lepas. "Makanya jangan suka ledekin aku. Ketularan kamu sekarang!" cibirku puas.
Eno tersenyum getir. "Iya nih kayaknya. Kwalat aku gara-gara suka ledekin kamu," tanggapnya.
Aku benar-benar tergelak melihat ekspresi salting Eno sekarang.
"Aku mau makan bakso di pinggir rel kereta. Sudah lama kita enggak kesana kan?" kataku kemudian.
"Siap Bosque!" Eno memberi hormat padaku dengan jenaka.
Aaahh ... dia memang selalu bisa membuatku tersenyum dengan segala tingkah manisnya itu.
Kami segera menuju motornya.
Eno menungguku naik ke boncengan. Memastikan posisiku sudah nyaman.
"Udah?" tanyanya.
Aku mengangguk lalu memeluk pinggang Eno.
"Berangkaaat ...," ucapnya, menirukan dialog khas salah satu tokoh sinetron striping yang sudah akrab dengan pemirsa seindonesia.
Motor melaju. Meninggalkan kios bakso depan gerbang. Membelah angin sore di jalanan. Membawa aku dan Eno dalam kebersamaan kami.
"Tadi mau ngomong apa?" tanyaku dalam perjalanan, setengah berteriak karna suara bising kendaraan.
"Nanti aku ceritain," katanya.
Tiba di kios bakso pinggiran rel, kami langsung masuk ke tempat itu dan memesan dua porsi berikut minumannya.
"Jadi ... tadi itu aku dipanggil Pak Samsul Arif, guru kelas aku yang punya bengkel mobil itu." Eno mulai bercerita.
"Lalu?" Aku mendengarkan dengan sungguh-sungguh.
"Dia bilang, lepas ujian akhir nanti, dia minta aku kerja di bengkelnya," jawab Eno bersemangat.
"Ha?" Aku terkesiap.
Eno tersenyum sumringah. Lalu mengagguk.
"Beneran?" tanyaku.
"Iya."
"Waaahh ... selamat ya, No. Berarti kamu enggak perlu repot-repot cari kerja kalo gitu." Aku ikut senang mendengarnya.
Eno hanya tersenyum.
"Kok bisa, dia langsung nawarin kamu kerjaan?" tanyaku kemudian.
"Dia bilang, dia suka sama hasil kerjaku waktu magang di bengkelnya. Dan hari ini, nilai try out terakhir aku udah keluar. Hasilnya lumayan. Enggak pada jeblok lagi."
"Srius?" Aku tak percaya.
Eno mengangguk lagi.
Ohh... aku benar-benar lega mendengarnya. Saking bahagianya, mataku sampai terasa basah.
KAMU SEDANG MEMBACA
BUKAN BADJINGAN (BUKBAD) tamat & lengkap ✅
Roman pour AdolescentsTak terlukiskan betapa bahagianya aku pernah menulis cerita ini. Kisah yang hingga kini masih menyisakan sukacita mendalam saat aku membacanya. Kisah yang selalu menggetarkan hati. Kisah yang selalu menghanyutkan jiwa hingga aroma kenangannya tak p...