Malam minggu yang kutunggu akhirnya tiba. Eno sudah menelponku sejak sore tadi. Biasanya, setelah menelfonku begitu, dia akan mematikan hapenya hingga selesai balapan.Jam sepuluh malam, Rifan menjemputku di rumah. Aku sudah siap sejak tadi. Aku gunakan pakaian senyaman mungkin. Celana jeans, kaos oblong dilapisi hoodie dan sneakers. Kami berangkat dengan mengendarai motor sport Rifan.
Tiba di tempat yang dituju, suasana sudah sangat ramai. Banyak muda mudi sepantaranku telah berada di sana. Deretan motor dengan berbagai gaya modifikasipun jadi pemandangan menarik tersendiri buatku. Karna ini pertama kalinya aku datang ke tempat seperti ini.
Aku tak jauh-jauh dari Rifan. Setidaknya, jika seorang gadis berjalan berdampingan dengan seorang cowok, tak akan ada yang berani iseng menggangguku.
Aku melihat Angel dari kejauhan, baru berniat menghampiri, aku sudah melihat Glen juga di sana. Aahh... sial! Akupun mengurungkan niatku.
Rifan mengajakku duduk di pinggiran trotoar. Dia juga membelikanku sebotol jus dingin instan.
"Lintasannya di sana!" Rifan menunjuk ke arah jalan raya. Di mana banyak orang berkerumun. Dari tempat itu, terdengar suara gas mesin motor yang ditarik kencang bersahutan menusuk pendengaran.
Lalu kulihat seorang joki sudah memacu motornya amat cepat di lintasan.
"Lombanya udah mulai, Fan?" tanyaku mulai tertarik.
"Enggak. Paling lagi pada ngetest aja," jawab Rifan.
Aku mengangguk. Lalu mataku fokus pada sekelompok cewek dengan pakaian minim, rok mini dengan tanktop, atau hot pants denim dipadukan kaos ketat pendek yang bahkan tak menutupi pusar mereka.
"Itu pendamping Joki. Mantep, kan?" komentar Rifan seolah tau apa yang ingin aku tanyakan.
Ya, mereka nampak luar biasa. Mungkin usia mereka juga masih belasan. Meski sebagian wajah-wajah mereka nampak lebih dewasa karna polesan tebal.
"Ay, lo tunggu di sini bentar yah. Gue mau liat undian di panitia lomba. Mau tau lawannya Glen anak dari geng mana," ujar Rifan kemudian.
"Jangan lama-lama ya? Gue takut," ucapku.
"Iya, enggak lama kok," sahut Rifan lalu beranjak dari hadapanku.
Pandanganku kembali fokus ke lintasan balap. Suasana makin ramai dan meriah. Oh, aku baru tau ternyata balapan liar bisa semenarik ini. Sayangnya Eno tak pernah mau mengajakku. Padahal menurutku, tak ada yang perlu dikhawatirkan. Keadaan cendrung kondusif karna semua orang lebih fokus pada balapan dan kendaraan modifikasi yang berderet dipamerkan di bahu jalan.
Aku tak sabar rasanya, ingin melihat bagaimana suasana balapan dimulai. Iseng-iseng aku mendekat ke arah lintasan. Perlahan kuterobos kerumunan orang-orang yang tengah menonton para joki mengetest tunggangannya masing-masing.
Aahh... ini sungguh menegangkan. Padahal balapannya saja belum dimulai. Tapi adrenalinku sudah terpacu sedemikian cepat. Seandainya Eno tau aku ada disini sekarang, entah apa yang akan dilakukannya padaku.
Bodo amatlah! Aku sedang tak mau memikirkannya sekarang. Aku sedang fokus menyaksikan para Joki di lintasan. Kulihat Ito juga sudah melesat dengan motornya. Angel terlihat berdiri menatapnya dari garis start bersama kawan-kawan satu gengnya. Aku tak melihat Glen bersama mereka. Ah... ini saatnya aku menghampiri Angel.
Aku mulai mencari celah untuk mendekat. Sampai tiba-tiba seorang Joki yang mengetest motornya melesat cepat di lintasan.
Tunggu! Siapa itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
BUKAN BADJINGAN (BUKBAD) tamat & lengkap ✅
Teen FictionTak terlukiskan betapa bahagianya aku pernah menulis cerita ini. Kisah yang hingga kini masih menyisakan sukacita mendalam saat aku membacanya. Kisah yang selalu menggetarkan hati. Kisah yang selalu menghanyutkan jiwa hingga aroma kenangannya tak p...