Selamat ulang tahun Ayaaa ...!
Yeaaayy ... hari ini usiaku tepat tujuh belas tahun. Usia yang cukup matang buat pacaran. Hahaaa ... aku sungguh bahagia. Bukan karna ingin buru-buru pacaran, karna kenyataannya aku memang sudah punya pacar.Yups. Namanya Glen. Dia anak kelas dua belas di sekolahku. Tidak usah tanya penampakkannya seperti apa. Yang jelas, Glen adalah salah satu cowok populer sekolah yang banyak digandrungi para siswi.
Ganteng? Pasti dong. Tajir? Ya, begitulah. Glen juga anak futsal dengan kemampuan di atas rata-rata. Prestasi akademisnya juga lumayan baik.
Aahh ... pokonya, aku jamin, banyak cewek yang iri kepadaku karna aku juga sudah pacaran dengan Glen hampir setahun ini.
Ok, kembali ke ulang tahunku tadi. Aku bahagia, karna seminggu yang lalu waktu naik mobil Glen, aku menemukan sebuah kotak kecil berisi kalung yang sangat indah di jok belakangnya tanpa sepengetahuan Glen.
Aku yakin, pasti dia sudah membeli kalung itu untuk hadiah ulang tahunku. Liontin kalung itu berbentuk huruf S. Yang berarti Soraya. Alias Aya. Ya, itu adalah namaku.
Aku tidak sabar, ingin segera mendapatkan hadiah itu dari Glen. Aaahh ... pacarku itu memang tau sekali cara membuatku bahagia.
Pagi ini, aku sangat bersemangat pergi ke sekolah. Beda dari biasanya.
"Cieee ... yang ulang tahun, seneng amat?" Kedatanganku di kelas disambut oleh Serly. Teman setiaku sejak Nobita masih dalam kandungan ibunya. Atau mungkin ... sejak zaman firaun masih pakek popok.
Aku tersenyum menyambutnya.
"Iyalah ... gue enggak sabar. Pengen tau, kira-kira ... Glen bakalan ngasih gue hadiah apaan yaaa?" Aku pura-pura belum tau saja di depan Serly.Sahabat setiaku itu tersenyum. Mengibaskan rambutnya ke balik punggung.
Tiba-tiba mataku tertuju pada kalung berkilauan yang dikenakan Serly. Bukan masalah kilaunya yang menarik perhatianku. Tapi liontin kalung dengan huruf S itu amat mirip dengan kalung yang pernah kulihat di mobil Glen seminggu yang lalu.
"Ser ... kalung lo baru ya?" tanyaku menyelidik.
"Oh ... iya. Bagus kan?" sahut Serly riang.
"Iya. Bagus banget. Beli di mana?"
"Mmm ... ini ... hadiah dari Mama," jawabnya setelah agak diam terlebih dahulu.
Aku hanya mengangguk. Dengan segala rasa curiga yang mulai memenuhi isi kepalaku.
Ah ... mungkin hanya sebuah kebetulan saja, batinku menghibur diri. Karna aku juga tidak mau berprasangka yang bukan-bukan pada Serly.
"Selamat pagi Nona Sorayaaa ...!" Seorang siswa laki-laki datang ke kelasku dengan sebuah kado ukuran besar di pangkuannya.
Itu Rifan, teman setia Glen. Lelaki itu menaruh kado berbungkus kertas corak hati di mejaku.
"Ini hadiah dari Abang Glen kesayangan lo," ujar Rifan kemudian.
"Glennya mana?" tanyaku mengernyitkan dahi.
"Ada. Di kantin. Lagi makan," jawab Rifan, lalu pamit dari hadapanku.
"Ayo buka, Ayy!" Serly bersemangat.
Aku mengiyakan. Lalu segera membuka kado itu meski pikiranku masih kacau tak karuan.
Jeng ... jeeengg ....
Sebuah boneka panda ukuran besar. Aku merengut. Apa-apaan ini? Boneka macam begini sudah bejubel di kamarku, bahkan sebagian sudah aku wariskan pada adik sepupuku yang masih duduk di bangku SD.
KAMU SEDANG MEMBACA
BUKAN BADJINGAN (BUKBAD) tamat & lengkap ✅
Teen FictionTak terlukiskan betapa bahagianya aku pernah menulis cerita ini. Kisah yang hingga kini masih menyisakan sukacita mendalam saat aku membacanya. Kisah yang selalu menggetarkan hati. Kisah yang selalu menghanyutkan jiwa hingga aroma kenangannya tak p...