26. SI KERAS KEPALA

12.2K 643 70
                                    


Sementara Glen, kulihat hanya tersenyum kecut menatap Eno. Dia pasti sangat senang melihatku dan Eno bersitegang saat ini.

"Aku mohon... kita pulang. Kita bicara di rumah," bujuk Eno menatapku sangat dalam.

Aku balik menatapnya. Dengan perasaan yang masih meradang luar biasa.

"Aya, jangan Ayy! Terlalu beresiko. Lo harus nurut sama Eno. Ayo pulang!" Rifan menimpali. Menatapku sangat khawatir.

Mengapa kedua lelaki ini memperlakukan aku seperti anak kecil begini? Aku sungguh tak mengerti. Dan Eno? Setelah apa yang dia lakukan dengan gadis itu, tanpa merasa bersalah dia datang padaku hanya untuk menghentikanku? Yang benar saja!

"Gue bukan anak kecil lagi! Berhenti ngatur-ngatur gue!" tegasku lalu berbalik menuju motor Glen. Aku segera naik ke boncengan.

Eno bertolak pinggang. Memandangku dengan wajah geram luar biasa.

"Aya, PULANG!" sentaknya murka.

"Jangan halangi aku!" balasku dengan arogansi berkobar dalam dada.

"Aku enggak akan biarin kamu lakukan ini!" Lagi-lagi Eno menarikku.

"Dengar, aku enggak pernah larang kamu untuk melakukan apapun yang kamu mau. Jadi aku minta, kamu juga jangan halangi aku sekarang!" bantahku sengit.

Eno membuang muka. Aku tak peduli, kuminta helm pada kawan Glen yang ada di dekatku. Tapi sebelum aku menerima benda itu, Eno menepiskannya hingga helm itu terjatuh.

Detik berikutnya, Eno mengangkat tubuhku dengan melingkarkan tangannya ke pinggangku. Menurunkan aku dengan paksa.

"Heeeyyy...!!" Kawan-kawan Glen serentak maju siap menghadang. Tapi Awank dan kawan Eno yang lainnya tak tinggal diam. Mereka maju juga untuk mencegah segala kemungkinan terburuk.

Kedua kelompok itu berhadapan saling waspada. Bersiap untuk baku hantam.

"Tenang guys!" Rifan langsung menengahi kedua kubu.

Semua orang yang berada di lintasan serentak fokus padaku dan apa yang sedang terjadi. Suasana arena yang semula tenang berubah menjadi tegang.

"Eno! Lepasin aku!" Aku meronta dari  pelukan tangan Eno yang sangat erat merengkuh pinggangku dari belakang.

Tapi dia tak menggubris. Tanpa peduli situasi, Eno beralih kedepan tubuhku, langsung memanggulku ke atas pundaknya. Posisi kepalaku kini ada di belakang punggungnya menghadap ke bawah. Dia dengan langkah lebarnya, segera membawaku menjauhi lintasan.

"Eno! Lepasin aku!" Aku berontak. Memukuli punggungnya sambil menghentakkan kakiku sembarangan. Tapi tak menggoyahkan sedikitpun pertahanan Eno.

Kulihat Rifan masih menengahi kelompok Eno dan Glen yang bersitegang. Hingga perlahan kedua kubu itu saling mundur membuyarkan diri.

"Eno! Lep-pass!!" Aku terus berusaha melepaskan diri. Tak peduli berpasang-pasang mata yang keheranan menatap kami.

"Kamu keras kepala!" jawab Eno.

"Turunin aku!!" teriakku nyaring. Di salah satu sisi jalan yang agak jauh dari kerumunan, akhirnya Eno menurunkan aku juga.

"Apa-apaan si, kamu?" sentakku dengan kemarahan meledak.

"Kamu yang apa-apaan? Kamu tau, apa yang kamu lakukan tadi? Ha?" Eno balik membentakku.

Aku terdiam. Menatapnya dengan wajah memanas.

"Kamu membahayakan keselamatan kamu, Ayy! Kenapa kamu nekat lakukan itu hanya karna liat aku pegang barang murahan kayak tadi?"

"Diam!" seruku nyaring.

BUKAN BADJINGAN (BUKBAD) tamat & lengkap ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang