52. SI NEKAT YANG CENGENG

10.1K 660 105
                                    

Kalo ada note itu dibaca  ya? Biar kalian ga bingung. Gara-gara ga baca note Authornya, banyak dari kalian yang kebingungan, salah faham dan menanyakan pertanyaan yg sama ke gue 😓😓😓

Gue udah pernah bilang, Bukbad ini udah publis sampe Tamat. Ini publis kedua setelah revisi. Itu juga alasan kenapa gw bisa up sampe  3x1 kayak mamam obat seperti yang kamu bilang itu.

Budayakan baca ya? Mentang2 fokus ke Eno dan Aya, bacodan gue dianggap butiran rindu 😂😂 sampe ga dilirik samsek. Hadooohhh...

_____

Pulang sekolah, aku sudah tak sabar untuk bertemu Eno. Dia harus mengajariku cara mengendarai motor dengan baik. Harus.

Mana pacarku itu? Kenapa dia belum kelihatan di kios bakso depan gerbang? Aku sudah celingukan saja. Tapi tak berapa lama, dari ujung jalan kulihat dia sudah muncul dengan sepeda motornya. Eno langsung berhenti di hadapanku.

"Hallo, pacaaarr! Maaf telat! Mampir dulu ke basecamp tadi," katanya.

"Ga apa-apa."

"Jadi, mau kemana kita hari ini?" pertanyaan wajib itu langsung dilontarkan Eno padaku.

Kuperhatikan Eno dengan seksama. Dia memakai dua plester luka yang dipasang di lehernya. Aku tertawa kecil melihat benda itu. Karna aku tau Eno menggunakannya untuk menutupi kiss mark hasil karyaku tadi malam di tempat kostnya. Hahaha ... Aku jadi malu sendiri.

"Kenapa?" tanyanya sambil tersenyum menatapku.

"Lehernya kenapa, Bang? Kena gores, gara-gara tawuran?" Aku menggodanya.

"Iya nih ... padahal tawurannya enggak jadi. Cuma di pehapein musuh doang!" balasnya tengil.

Aku tertawa lepas. Menertawakan tindakan gilaku semalam pada Eno. Dasar aku!

"Sebenarnya, biarpun ditutup gini, semua orang juga tau, apa yang aku sembunyikan di dalamnya. Mending aku buka sekalian. Biar pamer, aku punya pacar ganas kek kamu," ujar Eno.

"Enak aja! Janganlah ...! aku yang malu nanti," tanggapku.

"Kenapa malu? Aku milik kamu, kan?" Eno nampak percaya diri. Dia menyodorkan helm-nya padaku.

Aku hanya memukul bahunya saja sebagai respon.

"Kemana dulu, nih?" tanya Eno lagi.

"Aku mau belajar bawa motor!" jawabku.

"Apa?" Eno tersentak.

"Iya. Aku mau belajar bawa motor. Kamu harus ajari aku! Sekarang juga!" hentakku tak sabar.

"Lho, lho? Ada apa, Ayy? Kenapa tiba-tiba kamu mau belajar bawa motor?" Eno terlihat terkejut.

"Ya, aku mau aja. Temen-temen aku udah pada bisa bawa motor! Cuman aku doang yang belum bisa, No! Ayo ajarin akuuu ...!" Aku menarik-narik legan kaos Eno. Merengek dengan jurus andalanku.

Eno menggasak-gasak belakang kepalanya. "Tapi itu bahaya, Ayy! Buat apaan kamu pakek mau belajar bawa motor segala? Kalo mau kemana-mana, kamu kan tinggal minta antar aku!"

"Enggak! Aku mau belajar sekarang! Kalo kamu enggak mau, aku minta ajarin Rifan, nih!" ancamku.

"Eehh, iya, iya. Ok! Aku ajarin sekarang!" jawab Eno cepat. Huh! Dia pasti tidak rela kalau aku harus belajar pada cowok lain kan?

Aku segera naik ke boncengannya. "Di mana kita akan belajar?" tanyaku tak sabar begitu sudah dalam perjalanan.

"Bilang dulu, kenapa tiba-tiba kamu mau belajar bawa motor?" Eno balik bertanya.

BUKAN BADJINGAN (BUKBAD) tamat & lengkap ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang