SMK FA 07, Pagi hari...Kedatangan Eno di parkiran sekolah disambut sorak teman-temannya. Setelah memarkir motornya, pemuda itu melangkah santai menghampiri kawan-kawannya yang masih nongkrong bergerombol di pinggir lapangan parkir.
"Wiiihh... siape tuh?" seru Awank pura-pura heboh.
"Masih idup lo, No?"
"Baru aja gue mau ikut tahlilan lu yang ke tujuh hari, udah muncul aja ni bocah," timpal Isam.
Eno tak menanggapi. Langsung duduk di pinggiran beton pembatas parkiran sekolah, bergabung dengan kawan-kawannya.
Pemuda itu meminta rokok pada Awank, yang langsung merogoh bungkus rokok di saku seragam lalu memberikannya pada Eno.
"Jitu juga idenya si Eza," celetuk Awank, menatap Eno seraya tersenyum tak percaya.
"Lebay lo berdua. Pakek datengin cewek gua segala. Ngadu yang enggak-enggak! Panik tu dia gegara lo!" Eno sudah menyulut rokoknya, lalu melempar bungkus rokok pada Awank lagi.
"Tapi lo seneng, kan? Kalo bukan karna dia, udah jadi bangke lo! Enggak guna!" damprat Awank.
"Gaya doang, sangar! Giliran dicampakkin cewek, udah kek dilanda kiamat seorang diri. Anjing, kan?" tambah yang lain.
Eno tersenyum kecut. Menghembuskan asap rokoknya dengan santai.
"Pulang jam berapa, Aya semalam?" selidik Awank.
"Kepo lu!" sahut Eno.
Awank terkekeh. Tapi ia lega. Karna akhirnya Eno mau kembali ke sekolah. Tak sia-sia dia dan Eza mendatangi Aya kemarin ke sekolahnya. Nyatanya, memang hanya gadis itulah yang bisa membujuk Eno kembali ke sekolah.
"Aya dateng ke tempat lo, No? Ngapain?" Isam jadi penasaran.
"Benerin genteng bocor!" Awank yang menyahut.
"Elu, Wank..." Isam merengut kesal.
"Lagian lu masih pakek nanya? Ya mo ngapain lagi kalo bukan nyadarin temen lo yang kemaren nyaris gila?" Awank melirik Eno.
Yang dilirik tampak cuek bebek.
"Aya nginep ya, No?" Isam menyenggol Eno makin penasaran.
"Ini anak curut, Apaan sih?" tanggap Eno sengit.
"Ngaku deh... ngapain aja lo berdua di kost semaleman? Ha?" Isam makin tertarik.
"Diem lo, Babi! Bikin gosip aja lu!" sentak Eno sengit.
"Waahh... jadi enggak yakin kalo lo masih perjaka, sekarang!" sambung Isam lagi.
Eno bangkit, makin gemas dengan ocehan Isam. Sahabatnya itu menghindar, tapi terlambat. Satu tendangan Eno mendarat di pantatnya.
Isam tergelak. Merasa berhasil memancing kekesalan Eno.
"Mujur banget nasib lu, No. Punya cewek macam Aya. Udah cantik, tajir, eh... masih sudi dia bujukin cowok setan kayak lo," komentar Isam.
"Iya. Kalo gue jadi Aya, udah gue depak cowok gak guna kayak si Eno. Udah dekil, tukang mabok, kere lagi!"
"Tapi gue ngangenin!" Eno tersenyum, tetap percaya diri meski dihujani hujatan kawan-kawannya.
"Iye! Percaya gua! Penjara aja kangen sama lo. Kemaren sampe minta dikunjungin kan? Wahahahaha..."
Eno berjengit. Menanggapi cemo'ohan itu dengan wajah kecut.
"Tawuran, ganas! Di lintasan, sangar! Baku hantam, jago! Giliran diputusin cewek, klepek-klepek kayak ikan kehabisan aer!" sorak sorai menistakan Eno terus berlanjut.
KAMU SEDANG MEMBACA
BUKAN BADJINGAN (BUKBAD) tamat & lengkap ✅
Novela JuvenilTak terlukiskan betapa bahagianya aku pernah menulis cerita ini. Kisah yang hingga kini masih menyisakan sukacita mendalam saat aku membacanya. Kisah yang selalu menggetarkan hati. Kisah yang selalu menghanyutkan jiwa hingga aroma kenangannya tak p...