7. CEMBURU?

9.1K 664 111
                                    

Kenapa gue nambahin chapter di awal-awal Bukbad? Karna gue ngerasa hubungan Eno dan Aya sebelum resmi pacaran, kurang disorot waktu publish pertama. Jadi berasa kecepetan jatuh cintanya.

Yang mau baca lagi silahkan, yang ogah baca abaikan. Gue ga maksa. Gue hanya memperbaiki apa yang menurut gue kurang.

Kalian suka. Sukurlah.
Kalian ga suka? Bodo amaaaaattt

****

Keluar gerbang sekolah sore ini, aku sudah melihat Eno di sebrang jalan. Menantiku di teras kios bakso. Dia tersenyum sambil melambai saat melihatku.

Aku agak terkejut. Karna biasanya Eno akan menghubungiku atau aku yang akan menghubunginya terlebih dahulu jika kami ada rencana pergi bersama sepulang sekolah. Atau jika aku sedang malas pulang dengan angkutan umum.

Aku segera menghampirinya. "No? Ada apa?"

"Lho? Kok ada apa? Enggak ada rencana mau kemana kita hari ini?"

"Kita enggak janjian kan, hari ini?"

"Enggak ikut gue nongkrong?" Eno menatapku dengan penuh harap.

Aku terdiam. Mengingat peristiwa dua hari yang lalu saat Eno meninggalkanku di Halte karna cewek bernama Reva, aku jadi berpikir dua kali.

Akhirnya aku menggelengkan kepala sebagai penolakan.

"Kenapa, Ayy? Lo masih marah, yah?" Eno terlihat tak enak.

"Enggak. Kenapa harus marah?" sanggahku datar.

Eno tercenung sesaat. Menatapku dengan wajah hampa.

"Lain kali aja, No. Hari ini gue udah minta dijemput sopir," sambungku saat melihat kedatangan mobil yang dikemudikan sopir pribadi Mama.

Eno tersenyum kecil. "Iya, ga papa kok."

"Maaf ya, No."

Eno hanya mengangguk sambil tersenyum.

"Gue pulang yah?" Aku segera pamit.

Eno mengiyakan. Aku segera beranjak dari hadapnnya menuju mobilku. Melambai sekilas padanya sebelum memasuki kendaraan itu.

Sebenarnya aku tak enak menolak Eno begini. Dia sudah jauh-jauh datang dan mungkin menungguku cukup lama. Tapi aku tak mau merusak acara PDKT Eno pada gebetannya. Aku khawatir, gara-gara diriku, Eno sampai berhenti mendekati Reva. Jelas aku bisa melihat, kalau dia benar-benar menyukai gadis itu.

Cara Eno berinteraksi dengan Reva sangat berbeda dengan caranya berinteraksi dengan gadis lain. Di rumahku malam itu, Eno bahkan terang-terangan mengakui kalau dia sedang jatuh cinta. Untuk itu aku tak mau mengganggunya dulu sementara waktu.

Seminggu lebih berlalu sejak hari aku menolak Eno untuk ikut nongkrong bersamanya. Kami tak pernah bertemu. Hanya bertegur sapa di chat seperlunya.

Hingga suatu sore, sepulang sekolah, aku meminta Pak Jamal, sopir pribadi Mama yang menjemputku untuk mampir sebentar ke Halte tempat Eno biasa nongkrong.

Saat turun dari mobil, aku disambut beberapa kawan Eno yang ada di sana termasuk Beni dan Isam.

"Kirain siapa? Hallo, Ayaa..." Beni menyapaku ramah.

"Udah lama enggak pernah ikut nongkrong bareng kita? Lo kemane aje, Ayy?" Isam menimpali.

"Ada kok." Aku tersenyum saja menanggapi mereka. "Eno mana?" tanyaku kemudian. Mataku mencari-cari keberadaan pemuda itu tapi aku tak menemukannya di sini.

"Eno juga udah lama enggak ikut nongkrong di sini. Sepulang sekolah dia kerja terus sekarang."

"Kerja?" Aku tersentak.

BUKAN BADJINGAN (BUKBAD) tamat & lengkap ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang