SMK FA 07, Warung Bang Adul, jam istirahat ....Seraya menikmati rokoknya, Eno berkali-kali menatap layar ponsel Awank yang ia genggam.
"Nungguin telfon dari siapa si, Lo? Dari pagi muke lo gelisah amat?" tanya Awank yang langsung duduk di samping Eno.
"Aya," jawabnya.
"Aya?" Awank mengernyitkan dahi.
"Napa Aya harus nelfon ke nomor gua? Hape lo kemane? Lo jual?" sambungnya.
Eno menggeleng. Menghempaskan punggungnya ke tembok warung. Lalu menghembuskan asap rokoknya dengan mata menerawang. Tak mengindahkan berisiknya suasana tempat itu oleh sekumpulan anak basis sesama siswa FA 07.
"Ada apa si? Cerita napa, No?" Awank menangkap wajah resah Eno yang tak bisa ditutupi.
"Aya datang ke kost gua jam dua pagi. Jalan kaki, kacau, nangis-nangis ... sekarang dia ada di kost gua. Hape, gue tinggal sama dia. Karna dia ga bawa apa-apa semalam. Gue udah mau nganterin dia pulang, eh... dianya enggak mau. Nolak sambil nangis-nangis," jawab Eno.
Awank terkesiap. "Kok bisa? Kenapa? Aya minggat? Dia marahan sama Nyokapnya?"
Eno menggeleng. "Rumit," katanya.
Awank terdiam sejenak. "Terus? Rencana lo sekarang apa?"
"Gue mau kabarin Nyokapnya. Suruh dia jemput Aya."
"Lo kata Aya enggak mau pulang? Kenapa malah suruh Nyokapnya buat jemput?"
"Kalau Nyokapnya tau Aya ada di tempat gue, dan gue diem aja, n'tar dikira gue yang bawa lari dia!" tanggap Eno.
Awank terdiam lagi. "Aya itu polos banget, No. Dia cinta mati sama lo. Seandainya lo niat ngerjain dia, bisa kelar masa depan tu cewek!" komentar Awank.
Kali ini Eno yang diam.
"Lo beneran srius, sama Aya?" tanya Awank lagi.
"Menurut lo?" Eno malah balik bertanya.
"Gue belum pernah liat lo sesrius ini," Awank menjawab pertanyaannya sendiri.
Eno menarik nafas panjang. "Saat ini, dia satu-satunya alasan yang bikin gue pengen jadi orang bener. Gue takut kehilangan dia, Wank!" sambungnya dengan tatapan jauh ke depan.
Awank tersenyum simpul. Lalu menepuk-nepuk bahu sahabatnya.
"Aya cewek yang pantas buat lo perjuangin. Dia bahkan enggak pernah peduli siapa lo, siapa temen-temen lo, dan gimana cara hidup lo. Meski dia berasal dari dunia yang beda sama kita, tapi dia enggak pernah mempermasalahkan itu. Lo beruntung, No. Punya cewek macam dia," tutur lelaki itu.
Eno tersenyum nanar. Menyimpan gelisah dalam senyumnya. Ya, Awank benar. Dirinya beruntung memilikki Aya. Tapi entah sampai kapan, keberuntungan itu akan terus bertahan bersamanya.
"Ngapain lo pada mojok di mari?" Tanpa permisi, Eza menarik bungkus rokok dari saku Awank.
Seketika Eno dan Awank menoleh pada kedatangannya.
"Korek, No!" Eza langsung duduk di sebelah Awank.
Eno melempar korek gasnya pada kawannya itu.
"Tumben lo nongol di sini?" tanya Awank.
Eza menatap Eno setelah lebih dulu menyalakan rokoknya.
"Gue ada kabar penting buat lo pada."
Wajah Eza nampak srius."Apa?" Awank dan Eno kompak menatap pemuda itu.
Eza menghembuskan asap rokoknya ke udara. Lalu kembali menatap Awank.
KAMU SEDANG MEMBACA
BUKAN BADJINGAN (BUKBAD) tamat & lengkap ✅
Novela JuvenilTak terlukiskan betapa bahagianya aku pernah menulis cerita ini. Kisah yang hingga kini masih menyisakan sukacita mendalam saat aku membacanya. Kisah yang selalu menggetarkan hati. Kisah yang selalu menghanyutkan jiwa hingga aroma kenangannya tak p...