Dua hari kemudian, Eno menjemputku sepulang sekolah. Aku melihatnya berdiri menantiku di depan kios bakso. Dia tersenyum dan melambai saat melihatku keluar gerbang."Hallo cewek... ikut Abang dangdutan yuk!" godanya saat aku menghampiri.
"Gue k-popers ya, kalo lo lupa!" sahutku.
"Gue Mingyu seventeen ya, kalo lo lupa!" balasnya tak mau kalah dan sukses membuat tawaku pecah berderai-derai.
Ya. Ini salah satu yang aku suka dari Eno. Dia selalu bisa membuatku tertawa dengan semua tingkah konyolnya.
"Mau kemana kita hari ini?" tanya Eno kemudian.
"Kita enggak ada rencana Eno... gue mau pulang aja!"
"Enggak. Gue mau ngajak lo ke basecamp. Ayo ikut!"
"Ngapain?"
"Ada'lah... cepet naik!" Eno mendorong pundakku dari belakang menuju ke arah motornya.
Saat tiba di basecamp, ternyata sudah banyak teman-temannya berkumpul. Termasuk beberapa siswi perempuan juga.
"No, ada apaan? Kok tumben rame banget?" Aku mulai beringsut saat menyadari semua penghuni basecamp menatap kedatangan kami penuh penasaran.
"Ga ada apa-apa. Lo tenang aja." Eno berbisik padaku seraya meraih tanganku untuk ia pegangi.
"Siapa tu, No?" Satu dari siswi itu langsung menyongsong kedatangan Eno, menggandeng tangannya dengan mesra.
"Temen. Namanya Aya." Eno memperkenalkan aku pada beberapa teman wanitanya.
"Cuma temen kan, No? Bukan pacar?" goda salah satu dari mereka.
Eno tertawa. "Kalo gue punya pacar, kalian bisa patah hati berjama'ah n'tar!"
Mereka semua tertawa dengan selorohan Eno itu. Tapi aku hanya diam. Menunjukkan ekspresi datar. Ya, aku tau aku hanya temannya. Tapi melihat Eno dan kawanan ceweknya tertawa seperti itu, aku merasa, sepertinya akulah yang sedang mereka tertawakan.
Eno melanjutkan obrolannya dengan mereka. Aku memilih untuk mengalihkan diriku ke sisi lain basecamp. Tapi saat aku melangkah, kurasakan Eno menahan tanganku. Aku menoleh padanya, tapi dia masih fokus mengobrol dengan teman-temannya.
Sepertinya Eno tau kalau aku merasa tak nyman dengan apa yang mereka bicarakan tadi. Dia memegangi pergelangan tanganku begitu erat.
Ya. Aku mengerti. Dia hanya berusaha terlihat sopan di hadapan teman-teman ceweknya. Baik. Aku faham.
"Jangan jauh-jauh dari gue!" bisik Eno padaku, tapi dengan wajah mengarah ke arah lain. Seperti ada gurat cemas yang ia rasakan.
"Ayo doong, kapan mulainya, Nooo?" tanya satu cewek sangat manja. Dia menggelayut mesra di pundan Eno.
Lelaki itu tersenyum saja.
Aku melirik pojokan teras basecamp. Di pojok sana, kulihat satu box penuh botol minuman keras tampak sudah tersedia.
Apa-apaan ini? Nampaknya ada sesuatu yang tengah mereka rayakan. Apa Eno sudah berhasil memacari gebetannya? Untuk itu dia ingin merayakannya? Konyol!
Aku agak merinding melihat botol-botol minuman keras itu. Nampaknya, tak seharusnya aku berada di basecamp ini sekarang. Ah, tiba- tiba aku menyesal. Harusnya aku menolak ajakan Eno saja hari ini. Aku tidak tau kalau akan ada acara macam begini di basecamp.
Aku ingin pulang. Tapi aku tak berani mengganggu Eno yang nampak asyik mengobrol dengan teman-temannya. Di antara sekumpulan orang-orang di basecamp, hanya aku yang memakai seragam berbeda. Beberapa siswi perempuan sempat melirikku dengan tatapan sinis. Terutama saat menatap seragam sekolahku.
KAMU SEDANG MEMBACA
BUKAN BADJINGAN (BUKBAD) tamat & lengkap ✅
Genç KurguTak terlukiskan betapa bahagianya aku pernah menulis cerita ini. Kisah yang hingga kini masih menyisakan sukacita mendalam saat aku membacanya. Kisah yang selalu menggetarkan hati. Kisah yang selalu menghanyutkan jiwa hingga aroma kenangannya tak p...