EKSTRA PART 3

7.8K 654 282
                                    

KISAH INI HANYA FIKTIF BELAKA. 100% FIKSI. OKAY? FIKSI. NGERTI FIKSI KAN? GUE UDAH KASIH NOTE BERKALI-KALI SEJAK MASIH PROLOG, KALAU KISAH INI HANYA FIKSI.

SEMUA YANG TERJADI DALAM ALUR CERITA MURNI HASIL IMAJINASI PENULIS TANPA BERMAKSUD MENYINGGUNG PIHAK MANAPUN.

Tolong dibaca ya, biar ga salah faham. Gue tau kisah yang gue angkat ini sedikit banyak mengandung kontroversi. Untuk itu gue sangat berhati-hati.

Terima kasih buat kalian yang sudah mengingatkan gue jika ada alur yang dianggap menyimpang.

Tapi ada baiknya, komentarpun berhati-hati ya? Mari saling menghargai pendapat satu sama lain.

Mungkin di sini ada mantan anggota basis atau alumni STM/SMK yang ngerasa kesinggung? Jika ada, gue mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Percayalah, gue enggak bermaksud menyinggung siapa-siapa di sini. Bahkan tokoh utama Abang Eno kesayangan gue dalam kisah ini gue deskripsikan ga buruk-buruk amat.

Ambil sisi positif dari Bukbad, dan buang sisi negatifnya. Gue harap kalian terhibur dengan kisah yang sudah gue tulis dengan mengerahkan segenap ilmu kanuragan yang gue punya ini.

Meski banyak kekurangan di dalamnya, Bukbad adalah wujud kemampuan terbaik yang gue punya. Inilah hasilnya, inilah bentuknya. Mohon dimaklumi jika kesalahan yang gue buat di Bukbad sungguh keterlaluan banyaknya.

Lupyu Followers  ❤❤❤

______

Ini hari ketiga Eno berada di Tangerang. Orang-orang di rumah ini tak mengizinkannya pulang. Bahkan untuk keluar dari rumahpun pergerakannya selalu diawasi dua ajudan Ayah Amar yang seram bak tukang pukul di sinetron-sinetron.

Eno mulai frustasi. Bukan hanya karna tak betah karna rumah ini bukan habitatnya. Melainkan karna tak ada akses komunikasi yang diberikan padanya menjadi alasan paling menyebalkan. Dia tak bisa menghubungi Aya. Kekasihnya itu pasti sangat mencemaskan dirinya di Jakarta sana. Karna Eno pergi tanpa sempat pamit.

Tok tok tok ...

Pintu kamar Eno diketuk dari luar.

"Siapa?" seru Eno.

"Ini Ibu. Boleh Ibu masuk?"

Eno berdecak. Untuk apa wanita tua itu masuk kamarnya? Pikir Eno kesal.

"Abimanyu? Boleh Ibu masuk?" Terdengar lagi seruan dari luar sana.

"Iyaaa ...!" sahut Eno malas.

Tak berapa lama, Bu Amar masuk ke dalam kamar. Membawa beberapa paper bag di tangannya.

"Selamat Pagi ... kenapa kamu masih mengurung diri di kamar? Ayahmu sedang berkuda di halaman belakang. Kamu tak ingin ikut menemaninya? Kesehatannya begitu cepat pulih begitu melihat kamu pulang, Nak. Rupanya sakitnya benar-benar karna dia ingin bertemu anak laki-lakinya," ujar wanita itu.

Eno tak menyahut. Basa basi yang benar-benar tak penting.

"Kapan saya bisa pulang?"

"Pulang? Pulang kemana? Ini rumahmu."

Eno tersenyum kecut. "Mending kalian terus terang sekarang. Apa yang kalian rencanakan sebenarnya? Kita bereskan dan biarin saya pulang."

Bu Amar tersenyum. "Kamu benar-benar mirip Ayahmu. Tak suka basa-basi," komentarnya.

"Dengar, nanti siang, Ayahmu mengundang beberapa sahabatnya sesama purnawirawan. Mereka sudah cukup lama tak bertemu. Ayahmu sudah berjanji, akan memperkenalkan kamu pada mereka. Jadi Ibu harap, kamu bisa bekerja sama. Jangan kecewakan Ayahmu, Abi."

BUKAN BADJINGAN (BUKBAD) tamat & lengkap ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang