Sore ini sepulang sekolah, aku ikut Eno nongkrong di Halte bersama beberapa kawan basisnya. Termasuk tiga orang siswi yang wajah-wajahnya sudah cukup kukenal meski aku tak begitu hafal siapa nama mereka.Seperti yang pernah kukatakan, aku sudah mulai terbiasa berada di antara kawan-kawan Eno juga kebiasaan mereka nongkrong sepulang sekolah di basecamp atau Halte. Ya, Halte tempat aku dan Eno bertemu untuk pertama kalinya.
"Eh, cewek tuh cewek!" Seruan salah satu kawan Eno menarik perhatian kami. Aku yang sedang fokus pada media sosial di ponselku ikut menoleh.
Beberapa puluh meter di sana, dua orang siswi berseragam batik dan rok abu tampak baru tiba di Halte. Kurasa mereka bukan berasal dari sekolah Eno. Penampakan mereka cukup manis, terlihat asik berbincang seraya menunggu bis untuk pulang.
"Widiiihhh... bening benerrr...!" Beni langsung melonjak terpesona.
"Taruhan Ben, kalo lo bisa kenalan sama tu cewek, rokok dua bungkus," ujar Eno tiba-tiba.
"Beneran ya? Awas lo!" Beni langsung bangkit dari bangkunya.
"Iyee...!" Eno menyahut yakin.
Beni bergegas menghampiri kedua siswi itu.
"Neng, awas Neng... ada fedofil nyamperin noooh...!" teriak Eno kemudian. Disambut gelak tawa kawan-kawannya.
"Penjahat kelamin tu diee... tihati Neng...!"
"Tukang palak, Neng... jangan mauuu!" timpal yang lain.
Teman-teman perempuan Eno yang duduk di sebelahku hanya terkekeh melihat tingkah kawan-kawan mereka. Seakan sudah terbiasa dan tidak terlalu tertarik.
Beda denganku yang justru begitu tergelitik melihat Beni sudah ibuk berbicara entah apa dengan kedua siswi tadi, tapi kulihat mereka mengacuhkan Beni sepertinya.
Eno tak berhenti cekikikan melihat tampang memelas Beni di hadapan kedua gadis itu.
"Pepet terooosss...!"
"Paksa aja, paksaaa...!"
"Nangis, nangiiisss...!"
Teriakan kawan-kawan Eno bersahutan untuk menistakan Beni.
Pemuda itu masih sibuk dengan misinya tapi kedua gadis yang jadi target masih mengabaikan dia. Hingga akhirnya Beni menyerah dan kembali ke bangku Halte dengan wajah kesal. Kedatangan Beni disambut tawa laknat kawanannya terutama Eno yang tampak sangat puas."Hahahaha... mampus lo!"
"Tampang lo minus Ben... ga ada auranya!"
"Malu banget sumpah! Kalo gua jadi elu, udah gali lobang kubur gua Ben!"
Sorak sorai penuh kepuasan kompak mengarah pada Beni yang masih menekuk wajahnya.
"Najis! Pada sombong banget tu Bikang. Mentang-mentang cantik." Beni merutuk kesal.
"Segitu doang usaha lo? Jiaaahhh... liat gua, niihh...!" Eno membuang rokoknya. Bangkit dari bangku penuh percaya diri. Dia merapikan rambut dan jaket yang melapisi seragamnyanya sekilas, lalu bergegas menghampiri kedua siswi tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
BUKAN BADJINGAN (BUKBAD) tamat & lengkap ✅
Genç KurguTak terlukiskan betapa bahagianya aku pernah menulis cerita ini. Kisah yang hingga kini masih menyisakan sukacita mendalam saat aku membacanya. Kisah yang selalu menggetarkan hati. Kisah yang selalu menghanyutkan jiwa hingga aroma kenangannya tak p...