50. BERTAHAN?

11.6K 654 108
                                    


18+
Konten dewasa!!
Yang alergi adegan vulgar silahkan diskip. Para bocah harap menyingkir, tapi gue yakin ga bakal mau.


****

Aku menarik kaosnya. Melabuhkan ciuman di bibirnya. Aku sangat merindukan kekasihku ini. Meskipun biasanya, aku tak pernah mau memancing Eno di saat kami berduaan di tempat kost. Aku sadar, itu sangat berbahaya. Terlalu beresiko untukku. Tapi saat ini, aku sedang tak peduli pada semua itu. Perasaanku sedang kalut. Rasa rindu dan takut akan kehilangan Eno, membutakan akal sehatku.

Aku lumat habis bibirnya. Sesuka hati, sepenuh jiwa. Dia milikku, kan? Huh? Aku memang sudah gila! Ya, Eno sudah membuatku tergila-gila. Dia berhasil menjeratku hingga aku mabuk kepayang seperti ini.

Kudesakkan tubuhku padanya. Menyingkirkan jarak di antara kami. Eno membalas ciumanku. Meski tak seliar biasanya. Mungkin dia merasakan aku yang berbeda. Yang lebih agresif hingga berani menyerang lebih dulu, itu sebabnya dia menahan diri.

Bodo amatlah! Respon Eno yang lamban itu makin membuatku gemas. Kutarik satu sisi kerah kaosnya. Lalu merangkai ciuman dari leher hingga kepundaknya.

Astagaa... aku sungguh tak bisa berhenti. Kalau begini saja, aku merasa tidak akan cukup. Aku masih merasa kehausan. Sangat.

"Gila, lo Ayy... di mana harga diri lo sebagai cewek? Apa yang sedang lo laluin sekarang? Stoopp... lo udah enggak waras apa?"

Otakku terus memberi peringatan keras. Tapi tubuhku seolah pura-pura tuli. Tak merespon perintah organ yang bertahta dalam kepalaku itu.

"Ayy...?" Kudengar Eno ikut memperingatkan. Sepertinya dia benar-benar terkejut melihat aku yang sekarang sedang tergila-gila padanya.

Siapa peduli? Aku mendorong tubuhnya hingga terbaring. Mengarahkan bagian atas tubuhku untuk menindih bagian atas tubuhnya. Eno menatapku dengan terheran. Tapi dia tak melakukan penolakan.

Coba saja dia menolakku! Aku pastikan aku tak akan mengampuninya. Akan kuperkosa dia dan kurenggut keperjakaannya. Tunggu! Apa Eno masih perjaka? Ya, sepertinya begitu. Aku yakin delapan puluh persen Eno masih suci.

Aku makin menggila. Hasratku sudah menjalar ke seluruh urat syarafku. Hingga aku merasa tak bisa lagi mengendalikan diri. Aku benar-benar telah gelap mata. Aku harus memilikki Eno sekarang. Harus!

Kembali kuciumi lehernya. Ya, aku memang sangat menyukai leher Eno dengan tonjolan menawannya itu. Rasanya seolah mampu memabukkanku. Aku tak bisa berhenti. Kulabuhkan beberapa kecupan mendalam hingga kudengar Eno mengerang beberapa kali. Suaranya yang tertahan itu terdengar sangat seksi di telingaku. Membuat gairahku kian terpacu saja.

Kutinggalkan dua jejak ciuman di sana. Ah... aku sangat suka melihat hasil karyaku itu. Cantik sekali bentuknya. Gila!

Eno memelukku erat, hingga kurasakan tangannya yang agak gemetar merangkulku. Dia berbalik menciumi leherku juga. Inci demi inci hingga satu desahan lolos dari bibirku. Ohh... memalukan! Sungguh! Itu di luar kendaliku. Aku benar-benar tak bisa menahannya.

"Aya..." Di sela nafasnya yang berat, berkali-kali Eno menyebut namaku.

Sial!!

Suaranya itu makin membuat hasratku melonjak. Aku bisa gila!
Apalagi satu tangan Eno sudah makin liar saja merabai tubuhku. Hingga akhirnya berhenti saat dia menyentuh dadaku. Eno segera menarik tangannya. Seperti merasa takut untuk melabuhkan jemarinya di area pribadiku itu.

Kami tercekat. Saling mengunci mata satu sama lain. Aku menatapnya penuh tanda tanya. Kenapa Eno jadi ragu? Aku tidak menghalanginya bukan?

Dia menelan ludah dengan alot. Wajahnya tampak menegang. Antara nafsu dan keraguan yang bercampur jadi satu.

BUKAN BADJINGAN (BUKBAD) tamat & lengkap ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang