71. VIRGIN?

11.1K 759 412
                                    

❤❤❤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

❤❤❤

Tok tok tok ....

"Aya! Buka pintunya!"

Kudengar suara teriakan Mama dari luar kamarku. Mengetuk pintu sangat tidak sabar.

"Aya! Mama mau ngomong!"

"Iyaa ... iyaa ... bentar ...!" sahutku ikut berteriak. Kumatikan pengering rambut yang sedang kugunakan. Lalu bergegas membuka pintu.

"Ada apa si, Mah? Baru pulang langsung teriak-teriak gitu? Malu sama tetangga!" kataku gusar.

"Diam kamu! Cepet pakek baju. Mama tunggu di bawah. Mama mau ngomong!"

"Sekarang kan Mama juga lagi ngomong, bukannya nyanyi!"

"Kamu ini!" Mama menoyor jidatku dengan telunjuknya. "Cepat!" sentaknya lalu segera pergi.

"Ada apa sih? Baru pulang langsung ngomel-ngomel? Ganggu aja ...." Aku menggerutu. Bergegas balik masuk kamar.

Setelah mengganti bathroobku dengan baju biasa. Aku segera turun menemui Mama yang sudah menungguku di ruang tengah.

"Duduk!" tegas Mama seraya menatap tajam padaku.

Aku menghempas di sofa bersebrangn dengannya.

"Ngapain kamu nginep lagi di tempat Eno semalam? Ha?" Tanpa basa basi Mama langsung menyalak.

"Apaan si, Maaa ...?" Aku menjawab malas.

"Jangan ngeles! Bi Nur bilang kamu baru pulang tadi pagi! Ngapain aja?"

"Masih bagus Aya pulang pagi. Mama baru pulang jam segini," sahutku enteng.

"Jangan nyerang balik, kamu! Mama pulang siang kayak gini enggak keluyuran sama cowok di luar sana. Tujuan Mama jelas. Sementara kamu? Kamu nginep di kost anak cowok! Apa kamu sudah enggak waras? Di mana otak kamu Aya? Kamu ga punya malu?" Mama makin ngotot.

Aku mendelik. "Iya ... iyaa ... maaf ... enggak lagi-lagi deh ...."

"Maaf kamu itu bullshit! Sudah ke berapa kali kamu nginep di tempat Eno? Mau jadi apa kamu?"

Aku terdiam. Bukan karna takut. Aku hanya tidak mau melawan Mama karna bagaimanapun juga, semua kemarahanya ini adalah hal yang sangat wajar. Masih bagus, Mama hanya marah. Harusnya dia sudah menamparku karna kegilaanku yang lagi-lagi berani menginap di tempat Eno.

"Kalau Papa kamu tau, dia bukan hanya akan hajar kamu, tapi juga bisa bunuh Eno, tau enggak?" geram Mama.

"Kalau Papa tau, berarti Mama biang keroknya!" kataku enteng.

"Apa kamu bilang?"

"Iya. Papa enggak akan tau kalau Mama enggak bilang. Lagian Papa kan sibuk sama istri muda dan anak bungsu kesayangannya. Dia ga bakal peduli sama Aya!" sambungku.

BUKAN BADJINGAN (BUKBAD) tamat & lengkap ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang