"Ayy, ada apa?" tanyanya nampak terheran."Aku mau pulang!" hentakku nyaring.
Eno membuang rokoknya segera. Lalu cepat mendekat padaku. Menatapku dengan rasa khawatir. Begitupula Awank dan Eza yang didampingi Gita. Mereka memandangku penuh pertanyaan.
"Kamu kenapa, Sayang?" Eno meraup wajahku dengan kedua telapak tangannya.
"Aku mau pulang sekarang! Bawa aku pulang!" kataku tak mampu lagi menahan air mata. Aku sudah mencoba untuk tidak sampai menangis. Tapi ternyata aku memang gadis yang terlalu cengeng.
Eno menarikku dalam pelukannya. Aku tau dia masih bingung dengan apa yang sudah terjadi padaku. Tapi kurasa dia pasti sudah dapat menebak, kalau ada yang tak beres dengan salah satu penghuni basecamp.
"Aya kenapa, Din?" Kudengar Eno bertanya. Aku menarik diri dari pelukannya dan menoleh kebelakang, kulihat Dinar sudah ada di belakangku dengan wajah cemas.
"Din, gue tanya sama lo, Aya kenapa?" hentak Eno mulai tak sabar.
"Aku enggak apa-apa!" sergahku cepat. Aku tau ini mulai terlihat buruk.
"Aku cuma mau pulang," lanjutku masih diselingi suara isakan dari hidungku.
Eno menyingkirkan aku begitu saja. Dia tak peduli pada apa yang aku katakan, dia maju mendekati Dinar.
"Lo denger kan, gue ngomong apa?" Eno menatap geram pada Dinar. Gadis itu menciut dengan wajah pucat pasi.
"Heri gangguin Aya, gue udah peringatkan Heri, tapi tu anak malah sengaja ngelecehin Aya dengan pegang-pegang dia. Heri juga bilang kalau Aya jalang-nya elo, No," jelas Dinar dengan ekspresi terintimidasi.
Oohh... mendengar laporan Dinar, membuat dadaku kian sesak saja. Kulihat Eno langsung keluar dengan wajah merah padam. Aku segera mengejarnya, begitupula Awank dan Eza. Tapi Eno sudah tak bisa dihentikan lagi.
"Heh, BABI!!!" Eno langsung meneriakki Heri yang sedang nongkrong di halaman basecamp bersama beberapa kawannya. Dia bergegas menghampiri anak itu.
"Eno!" Aku memanggilnya, tapi aku tau itu tidak akan bisa menghalanginya.
"Lo apain cewek gua, Anjing!!" Eno langsung mengganyang kerah jaket Heri hingga lelaki itu terbangun dari posisi jongkoknya.
"Eh, kenapa, No?" Heri yang tak merasa berdosa sudah melecehkanku tampak kebingungan diganyang Eno secara tiba-tiba begitu.
Semua perhatian penghuni basecamp langsung tercurah ke halaman di mana Eno dan Heri bersitegang sekarang.
"Jangan belagak bego, lu, SETAN!! Lo apain cewek gua, barusan?!"
Buagh!!
Satu hantaman tangan Eno mendarat di wajah Heri hingga pemuda itu langsung terhuyung. Belum sempat Heri menyadari apa yang sebenarnya terjadi, Eno sudah kembali menarik kerah jaketnya, dengan amarah meledak luar biasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
BUKAN BADJINGAN (BUKBAD) tamat & lengkap ✅
Ficção AdolescenteTak terlukiskan betapa bahagianya aku pernah menulis cerita ini. Kisah yang hingga kini masih menyisakan sukacita mendalam saat aku membacanya. Kisah yang selalu menggetarkan hati. Kisah yang selalu menghanyutkan jiwa hingga aroma kenangannya tak p...