"Aya, gue pengen ngomong sama lo!" Kedatanganku di sekolah pagi ini, disambut Rifan, sahabat baik Glen."Ngomong aja," sahutku datar, tanpa menghentikan langkahku.
"Lo beneran pacaran sama anak SMK yang suka jemput lo itu?" tanya Rifan.
Langkahku terhenti. Aku menatapnya dengan dingin.
"Mau gue pacaran kek, mau enggak kek, itu bukan urusan lo!" dampratku pedas.
"Tapi Ayy, gue khawatir sama lo. Jangan karna putus sama Glen, lo cari pelampiasan yang enggak bener. Kenapa lo harus bergaul sama berandalan kayak gitu sih?"
"HEH!!" aku mendorong bahu Rifan dengan kasar. Lelaki itu tampak kaget dengan sikapku.
"Jaga ya, omongan lo! Dia bukan berandalan!" Mataku membundar menatap Rifan.
"Kalo lo enggak tau apa-apa, mendingan lo diem. Enggak usah banyak tanya!" tambahku kesal.
Rifan tertegun. Menatap ngeri padaku.
"Maaf, Ayy. Gue enggak maksud gitu. Sebenernya, niat gue cuma pengen mastiin lo baik-baik aja," Rifan menciut.
"Ga usah repot-repot mikirin gue!" hentakku lagi.
Rifan mengangguk. Entah apa yang dia pikirkan, tapi anak itu tak berani mengikuti langkahku lagi.
Tiba di kelas, suasana hatiku kembali anjlok saat melihat Glen dan Serly tampak mengobrol berdua di salah satu bangku.
Melihat kedatanganku, keduanya kompak menghentikan obrolan sambil menatapku.
CUIHH !!
Ingin rasanya aku melempar mereka dengan sepatu. Tidak tau malu! Sungguh muka badak dua orang tak tau diri itu.
Meskipun sudah beberapa bulan berlalu sejak putusnya aku dan Glen, hatiku tetap terasa diremas saat melihat mereka berdua bermesraan di hadapanku.
Ingin aku lari ke hutan dan berteriak!!!
TEMAN, MANTAN, SETAAAANNN!!
Untungnya tidak ada hutan di sekitar sini, jadi aku putuskan berteriak dalam hati saja.
Pulang sekolah, seperti biasanya, Eno... ehm, maksudku... pacarku Eno selalu setia menungguku dengan motor nyentrik kesayangannya. Ya, sejak kami resmi jadian hampir seminggu yang lalu. Dia selalu menjemputku pulang sekolah.
Aku selalu riang jika melihat dia sudah berdiri di depan gerbang, meski dengan seragam serabutan yang tampak lecek itu. Karna Eno selalu menyambut kedatanganku dengan senyuman manisnya. Entah mengapa, di mataku, Eno lebih terlihat keren dan Macho dengan penampilan urakannya.
Sangat berbeda dengan si Glen sialan yang selalu rapi, bersih dan wangi. Penampilan mantan pacarku itu tak ada nilainya lagi dalam pandanganku. Apa mungkin seleraku yang ikutan anjlok atau karna perasaanku yang sudah pupus untuknya. Aku tidak tau.
Yang pasti, dari hari kehari aku merasa Eno semakin mempesona saja. Geblek!!
Beberapa siswa sekolahku menatap penuh tanda tanya tiap kali melihatku menghampiri Eno. Mungkin mereka heran, kenapa bisa seorang Soraya Andrea berhubungan dengan cowok macam dia. Ah... bodo amatlah! Aku tidak peduli.
"Udah lama nunggu?" tanyaku saat sudah ada di hadapannya.
"Baru aja," jawabnya. Eno selalu menjawab begitu. Padahal aku tau dia sudah cukup lama menungguku. Terlihat dari banyaknya puntung rokok yang berserakan di bawah kursinya. Bahkan pernah beberapa kali, karna sebuah pelajaran praktek, Eno menungguku hingga berjam-jam lamanya di warung bakso depan gerbang.
KAMU SEDANG MEMBACA
BUKAN BADJINGAN (BUKBAD) tamat & lengkap ✅
Teen FictionTak terlukiskan betapa bahagianya aku pernah menulis cerita ini. Kisah yang hingga kini masih menyisakan sukacita mendalam saat aku membacanya. Kisah yang selalu menggetarkan hati. Kisah yang selalu menghanyutkan jiwa hingga aroma kenangannya tak p...